• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

2.2. Sensor Infrared

Sensor infrared merupakan sensor yang mampu menghasilkan gelombang

infrared sebagai detektor yang akan direspon dari objek. Menurut Sarwono et al. (1992) berdasarkan panjang gelombangnya Infrared dibagi kedalam 3 jenis yaitu : 1. Infrared jarak dekat

Infrared Jarak dekat merupakan infrared yang bekerja pada panjang

gelombang 0.75 µm – 1.5 µm atau lebih dikenal dengan Near-Infrared (NIR). 2. Infrared jarak menengah

Infrared jarak menengah merupakan infrared yang bekerja pada panjang gelombang 1.5 µm – 10 µm.

3. Infrared jarak jauh

Infrared jarak jauh merupakan infrared yang bekerja pada panjang gelombang 10 µm – 100 µm.

Boknæs et al.(2002) melakukan pendugaan kesegaran cairan dan fillet ikan cod dingin dengan mengukur nilai spectrometer dari gelombang pendek

infrared (Near Infrared (NIR)). Pengujian NIR dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang spectrum 1,000 - 2,222 nm.

Uddin et al.(2002) mengaplikasikan NIR panas tubuh ikan dengan menggunakan nilai spectrum 1100 - 2500 nm dan pada tahun 2005 melakukan pengujian kesegaran pada kamboko gel dengan menggunakan NIR.

Sivertsen et al. (2010) melakukan pengukuran kesegaran ikan cod (Gadus morhua) menggunakan NIR dengan panjang gelombang 400-2500 nm dan

resolusi spectral 0,5 nm dimana rancangan alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Interactance setup for online measurements. (Sivertsen et al, 2010) Sensor suhu merupakan sensor yang mendeteksi rangsangan suhu dan merubahnya menjadi sinyal listrik. Ada enam gejala fisik benda yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengukuran suhu, yaitu: pemuaian zat cair, padat, ataupun gas; perubahan tahanan listrik; perubahan dalam gaya gerak listrik; pancaran gelombang elektromagnetik dari permukaan suatu benda; perubahan frekuensi dari permukaan suatu benda; perubahan frekuensi dari permukaan suatu benda dan kecepatan reaksi kimia (Griffiths, 1976). Sensor suhu merupakan alat yang berfungsi untuk mengindera perubahan suhu lingkungan suatu zat tertentu (padat, cair, gas). Sensor suhu yang baik adalah sensor yang memiliki respon yang peka terhadap perubahan suhu sekecil mungkin.

Sensor suhu yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor suhu digital jenis DS1820 (Gambar 2).Sensor suhu ini mampu mendeteksi suhu dengan kisaran -55 - 125 oC. Tingkat akurasi sensor suhu ini adalah ± 0.5 oC pada kisaran -10 - 85 oC. Kecepatan pembacaan data maksimal 750 ms (DS1820, 2010).

Gambar 2. Konfigurasi Pin DS1820 (DS1820, 2010)

2.2. Catu Daya

Setiap perangkat elektronik memerlukan sumber tenaga untuk bekerja. Sumber tenaga terdiri dari dua jenis yaitu tegangan searah (DC) dan tegangan bolak-balik (AC). Setiap komponen elektronika umumnya membutuhkan sumber tenaga dari tegangan searah (DC). Pada tegangan AC untuk mendapatkan tegangan DC diperlukan converter disebut konverer AC/DC.

Tegangan DC sudah memiliki tegangan yang sesuai dengan komponen akan tetapi masih memerlukan penyesuaian besarnya kebutuhan tegangan sehingga masih dibutuhkan konverter yang disebut konverter DC/DC. Sistem yang dirancang bersifat portable sehingga sumber yang digunakan adalah tegangan searah (DC). Salah satu sumber DC yaitu baterai yang akan digunakan dengan sistem konverter DC/DC.

2.3. Baterai

Baterai merupakan alat yang mengonversi energi kimia dalam bahan aktif yang terkandung didalamnya langsung menjadi energi listrik melalui reaksi reduksi oksidasi (Linden, 2002). Reaksi oksidasi ( redoks) adalah proses

berkurangnya bilangan oksidasi (reduksi) suatu zat dan terjadi penambahan bilangan oksidasi pada zat lainnya (Park, 1988).

Terdapat dua jenis baterai yaitu baterai primer dan baterai sekunder. Baterai primer adalah baterai yang tidak dapat secara efektif diisi ulang. Baterai tipe ini hanya bisa dipakai sekali. Kelebihan baterai ini adalah murah, biasanya ringan, memiliki waktu penyimpanan yang lama, kepadatan energi yang cukup baik, serta tidak perlu perawatan. Baterai sekunder adalah baterai yang energinya bisa diisi ulang kekondisi semula. Cara pengisiannya adalah dengan mengalirkan arus berbalik arah terhadap arus ketika penghabisannya. Terdapat dua aplikasi utama baterai sekunder. Pertama adalah sebagai penyimpan energi, dihubungkan dengan alat elektronik dan diisi menggunakan sumber energi utama. Kedua adalah baterai sekunder yang digunakan sebagai sumber utama pada sebuah alat. Lalu diisi ulang ketika energinya habis.

2.4. Mikrokontroler

Mikrokontroleradalah rangkaian elektronik atau chip yang sangat terintegrasi untuk membuat sebuah alat kontrol. Biasanya terdiri dari CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Access Memory), sebagian bentuk ROM (Read Only Memory), IO (Input/Output) port, dan timers.

Bagian-bagian utama dari mikrokontroler antara lain : 1. CPU

Merupakan jantung utama dari mikrokontroler. Bagian ini mengambil instruksi di memori program, mengolahnya, lalu mengeksekusi perintah tersebut. CPU itu sendiri terdiri dari registers, arithmetic logic unit (ALU),

2. Memori Program

Tempat menyimpan perintah-perintah yang berbentuk program. Untuk mengakomodasi program berukuran besar, memori program dapat dipartisi menjadi memori program internal dan memori program eksternal pada beberapa jenis mikrokontroler. Memori program biasanya bersifat non-volatile dan berupa tipe EEPROM, Flash, Mask ROM atau OTP (one-time programmable).

3. RAM

Digunakan oleh mikrokontroler untuk menyimpan data. CPU menggunakan RAM untuk menyimpan variabel yang disusun bertumpuk (stack). Stack

tersebut digunakan CPU untuk menyimpan alamat kembali suatu perintah setelah melewati sub rutin atau panggilan interrupt.

4. Pembangkit Clock

Mikrokontroler mengeksekusi program dari memori program berdasarkan kecepatan tertentu. Kecepatan ini ditentukan oleh frekuensi dari pembangkit

clock. Pembangkit clock bisa berupa rangkaian internal RC-oscillator atau sebuah pembangkit eksternal seperti kristal quartz, sirkuitresonansi LC, atau bahkan sebuah sirkuit RC. Ketika mikrokontroler diberikan tegangan,

oscillator langsung beroperasi. 5. Port Serial

Merupakan port yang digunakan mikrokontroler untuk berkomunikasi dengan perangkat eksternal lain dengan hubungan serial. Port ini dapat dioperasikan pada kecepatan transfer data tertentu. Ada dua jenis serial port, synchronous

bit sebagai informasi waktu, sedangkan asynchronous tidak memerlukan sinyal clock.

6. Port I/O Digital

Port yang digunakan untuk berkomunikasi dengan perangkat luar lain. Berbeda dengan port serial yang mentransfer data 1 bit dalam waktu tertentu, data dalam port I/O digital ditransfer sebagai byte secara paralel. Akan tetapi, secara software bisa diemulasikan untuk menerima data serial.

7. Port I/O Analog

Masukan sinyal analog dilakukan melalui ADC (analog-to-digital converter) sehingga menjadi sinyal digital yang dapat diproses di mikrokontroler. Contoh aplikasi ADC adalah untuk mendapatkan nilai dari sensor suhu, tekanan, cahaya, dsb. Perubahan teganganyang dihasilkan sensor tersebut akan dibaca oleh ADC. Keluaran sinyal analog dilakukan dengan melalui

digital-to-analog converter (DAC). Biasanya DAC digunakan untuk melakukan kontrol terhadap motor, menghasilkan suara, dsb.

2.5. Kesegaran Ikan

Kesegaran ikan merupakan keadaan dari saat ikan mati hingga memasuki tahapan penurunan mutu ikan. Secara umum penurunan mutu ikan terdiri dari empat tahap yaitu hiperaemia (pre-rigor), rigor mortis, autolisa dan penyerangan bakteri.

Kemunduran mutu ikan setiap fase bergantung terhadap waktu dan jenis ikan. Tingkatan kesegaran ikan adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang bermutu baik dan buruk. Ikan dikatakan masih segar jika perubahan-perubahan biokimia, mikrobiologi dan fisika yang terjadi belum menyebabkan perubahan

sifat-sifat ikan pada waktu masih hidup. Menurut Hadiwiyoto (1993) kesegaran ikan dapat digolongkan menjadi 4 kelas mutu, yaitu :

1. Ikan yang kesegarannya masih baik sekali (prima)

Ikan pada kondisi ini merupakan ikan yang baru saja ditangkap dan baru saja mengalami kematian, sehingga semua organ tubuhnya baik daging, mata maupun insangnya masih benar-benar dalam keadaan segar. Secara fisik ikan masih memiliki mata cerah, bola mata menonjol, kornea jernih, insang berwarna merah dan jernih, sayatan daging merah cemerlang. 2. Ikan yang kesegarannya masih baik (advanced)

Pada kondisi ini, ikan masih dalam keadaan segar namun tidak sesegar seperti saat kondisi pertama. Kondisi ikan secara fisik yaitu, bola mata agak cerah, kornea agak keruh, warna insang agak kusam, warna daging masih cemerlang namun agak lunak bila ditekan.

3. Ikan yang kesegarannnya sudah mulai mundur

Ikan pada kondisi ini organ tubuhnya sudah banyak mengalami perubahan. Secara fisik kondisi ikan memiliki bola mata agak cekung, kornea agak keruh, warna insang mulai berubah menjadi merah muda, warna sayatan daging mulai pudar dan daging agak lunak.

4. Ikan yang sudah tidak segar lagi (busuk)

Pada kondisi ini ikan sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Daging ikan pada kondisi ini sudah lunak dengan sayatan daging tidak cemerlang, bola mata cekung, insang berubah warna menjadi coklat tua, sisik mudah lepas, dan sudah menyebar bau busuk.

Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar, sehingga disukai oleh konsumen. Penanganan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk tetap menjaga kesegaran ikan, makin lama berada di udara terbuka maka makin menurun kesegarannya. Alasalvar dan Taylor (2002) menyatakan bahwa umumnya ada dua metode yang tersedia untuk memperkirakan kesegaran ikan, yaitu sensor dan non-sensor. Metode sensor tergantung pada indera manusia dengan pengecualian pendengaran dan digunakan dalam industri perikanan untuk menilai kualitas dengan penglihatan , peraba/sentuhan (tekstur), bau dan rasa. Metode non-sensor adalah metode objektif yang digunakan untuk menentukan kesegaran ikan dan kualitas ikan yang temasuk dalam metode lain.

Menurut Hadiwiyanto (1997) ada 7 parameter fisik yang menandakan kesegaran ikan yaitu :

1.Kenampakan luar

a. Cerah, tidak suram (segar) karena perubahan biokimiawi belum terjadi, metabolisme dalam tubuh ikan masih normal.

b.Makin lama menjadi suram warnanya, berlendir sebagai akibat berlangsungnya proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.

2.Kelenturan daging ikan

a.Ikan segar dagingnya cukup lentur, apabila dibengkokkan akan kembali kebentuk semula.

b.Kelenturan ini disebabkan belum terputusnya benang-benang daging. c.Pada ikan yang telah busuk, sudah banyak benang-benang daging yang

3.Keadaan mata

a.Ikan Segar, biasanya menonjol ke luar, cerah. b.Ikan Busuk, cekung, masuk ke dalam rongga mata. 4.Keadaan daging

a.Ikan segar, dagingnya kenyal, jika ditekan dengan jari telunjuk/ibu jari, maka bekasnya akan segera kembali.

b. Daging ikan masih banyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah, permukaan tubuh belum terdapat lendir.

c.Setelah beberapa jam daging ikan menjadi kaku.

d. Kerusakan terjadi pada benang-benang daging, timbul tetes-tetes air akhirnya daging kehilangan tekstur kenyalnya.

5.Keadaan insang dan sisik

a.Ikan segar, insang berwarna merah cerah, sisik melekat.

b.Ikan tidak segar, insang menjadi coklat gelap, dan sisiknya mudah lepas dari tubuhnya.

c.Insang merupakan pusat darah mengambil O2 dari dalam air. Kematian ikan dapat menyebabkan peranan darah (hemoglobin) berhenti, darah teroksidasi sehingga warnanya berubah menjadi merah gelap.

6.Keadaan Ruas Badan/Ruas Kaki

a. Parameter ini biasanya digunakan pada hasil perikanan yang beruas-ruas, misalnya udang, lobster, kepiting, rajungan, dan lain-lain.

b.Keadaan segar, ruas badan/kaki masih kuat, tidak mudah putus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas ikan (mutu) dikaitkan dengan kesegaran dan kerusakan ikan menurut Ramadhan (2006) diantaranya:

1. Daerah Penangkapan

Jumlah dan jenis mikrofloranya (lingkungan), adanya cemaran pada daerah-daerah tertentu, memungkinkan mempengaruhi cita rasa daging ikan.

2. Metode/cara penangkapan dan pendaratan ikan

Jarak pengangkutan dari tempat penangkapan ke tempat pendaratan. 3. Cara penanganan pasca tangkap hasil perikanan

Peralatan yang digunakan, penggunaan bahan-bahan pendingin (es), cara penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.

5. Keadaan cuaca/suhu

Ikan nila merah merupakan ikan air tawar yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia dikembangkan pada tahun 1986 dengan tujuan untuk meningkatkan diversifikasi komoditi perikanan dan pemenuhan kebutuhan protein hewani (Warta Mina, 1990 dan Techner, 1993).

Ikan nila merah yang dijual di pasar umumnya diletakkan di atas wadah/meja pada suhu ruang. Ikan harus habis terjual dalam waktu 12 jam, sehingga ikan yang dijual relatif sedikit dengan keuntungan yang kecil. Hal ini disebabkan karena penurunan mutu ikan yang sangat cepat.

Menurut Nurjanah (2004) batasan nilai kesegaran ikan nila merah berdasarkan kemunduran ikan dapat dilihat dalam Tabel 1. Masa setiap fase memiliki perbedaan waktu dengan nilai Total Vibrio Count (TVB), Total Plate Count (TPC) dan Potensial Hidrogen (pH) yang berbeda.

Tabel 1. Standar Nilai Pengukuran Kesegaran Ikan Nila Merah No Fase Waktu ( Jam ) TVB mg N/100 g TPC Kol/g pH 1 Pre rigor 2 Jam 18,67 – 20 3,4 x 104– 6,3 x 10

4

6,7 2 Rigor Mortis 10 Jam 20-24

2,2 x 10

4

- 3,7 x 10

5

6,2-6,60 3 Post rigor > 10 jam > 24 > Log 5 7,2

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Kebutuhan lele konsumsi dalam negeri terus mengalami peningkatan sejalan dengan semakin populernya lele sebagai hidangan yang sangat lezat. Perkembangan produksi ikan lele selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil sangat signifikan yaitu sebesar 21,82% per tahun dari 69.386 ton pada Tahun 2005 menjadi 145.099 ton pada Tahun 2009 dan pada tahun 2010 mencapai 270.600 ton (peikanan-budidaya. KKP, 2010). Peluang ekspor lele dalam bentuk fillet mulai terbuka untuk pasar Amerika dan Eropa. Lele sudah dijadikan komoditi ekspor (DKP, 2006).

16

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan

September 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan alat dan uji coba alat. Pembuatan dan uji coba alat dilakukan di Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Table 2 : Table 2. Daftar alat yang digunakan

No Nama Alat Fungsi

1 Seperangkat Komputer dengan sistem operasi Windows XP

Merancang perangkat keras dan lunak serta pengolahan data

2 Solder listrik 45 watt Menyolder antar komponen 3 Multimeter Digital Sanwa CD Mengukur voltase, hambatan dan

koneksi komponen80

4 Gerinda Listrik Memotong pipa PVC

5 Cutter Memotong acrylic

6 Obeng Membuka dan memasang baut

7 CodeVisionAVR 2.04.4a Membuat firmware dan mengunduh

firmware ke mikrokontroller

8 Penggaris Mengukur panjang

9 Amplas Menghaluskan cassing

10 STK 500 Memprogram ATMega 8535

11 Bor Listik Melubangi casing

12 EAGLE 5.10 Membuat desain rangkaian

13 Microsoft Excel 2010 Mengolah data hasil perekaman

14 Lem Alteco Merekatkan casing

15 AutoCad 2008 Membuat desain rancangan cassing 16 Google SketchUp 7 Membuat desain rancangan cassing

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Daftar bahan yang digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1 Acrilic ( 3 mm, 1x 1 m) 1 buah 2 Sensor Infrared Transmitter 3 buah

3 Sensor Suhu 1 buah

4 Sensor Infrared Recivier 3 buah 5 Pipa PVC (d 3/4 inch ) 1 buah

6 Pipa PVC (d 3 inch ) 1 buah

7 Modul Mikrokontroller ATMega 8535 1 buah

8 Jack Konektor 8 pin 2 buah

9 Kabel ( 8 in 1 ) 1.5 meter

10 Resistor 220 Ω 10 buah

11 Resistor 10 KΩ 20 buah

12 Trimpod 10 KΩ 1 buah

13 Female Header 10 pin 2 buah

14 Female Header 2 pin 5 buah

15 Female Header 1 pin 5 buah

16 Pin Header 2 x 20 2 buah

17 Pin Header 1 x 20 2 buah

18 LCD 2x16 1 buah

19 Ikan Nila 1 Kg

20 Ikan Lele 1 Kg

21 Baterai Alkaline kotak 9 volt 2 buah

22 Sakelar 1 buah

3.3. Desain Kerja

Pembuatan alat pengukur kesegaran ikan memiliki tahapan diperlihatkan pada Gambar 3. Pembuatan alat dimulai dari rancang bangun instrumen yang dilanjutkan dengan perancangan elektronik dan rancangan software. Pengujian dilakukan dua kali, uji pertama untuk mengetahui kesesuaian hasil pengukuran dengan program yang dibuat. Setelah pengujian pertama berhasil dilanjutkan dengan penyesuaian seluruh perangkat elektronik dengan desain casing alat dilanjutkan dengan ujicoba kembali kinerja alat yang dibuat.

Gambar 3. Diagram alir Perancangan Alat Pengukur Kesegaran Ikan

3.4. Penentuan Panjang Gelombang

Penentuan panjang gelombang dilakukan untuk melihat panjang

gelombang yang baik untuk mengukur kesegaran ikan. Pengukuran ini dilakukan Selesai Mulai Persiapan Perumusan Perancangan Memenuhi Perancangan Model Elektronik Perancangan Model Sofware Ya Uji Coba Ya Perancangan Elektronik,

Sofware dan Model Desain

Perancangan Model Desain

Penyesuaian Tidak

dengan menggunakan sampel ikan nila. Ikan nila yang telah dimatikan akan dilakukan pengukuran panjang gelombang menggunakan alat ukur NIR (near infrared) . Pengukuran ini dilakukan pada tiga bagian tubuh ikan, yaitu bagian mata, bagian perut dan bagian ekor. Sebagai asumsi yaitu perbedaan kadar air pada setiap bagain tubuh ikan tersebut untuk melihat panjang gelombang berapa yang memberikan perubahan pantulan yang nyata pada setiap bagian ikan.

3.5. Rancangan Alat

Alat pengukur kesegaran ikan terbagi kedalam tiga sistem rancangan yaitu, sistem elektronik, sistem software dan sistem desain.

3.5.1. Sistem Elektronik

Alat pengukuran kesegaran ikan ini dirancang berdasarkan system scanning (pemindaian). Sensor infrared yang digunakan akan disusun secara vertikal yang dengan kombinasi dimana receiver berada ditengah 2 transmitter

seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Susunan infrared

Tx adalah sensor transmitter

Rx adalah sensor receiver

(infrared)

Pada rangkain sensor (Gambar 5) dimana sensor memiliki sumber tegangan 5 volt dari baterai. Rangkaian ini dihubungkan dengan rangkaian pengurang tegangan dan penguat tegangan guna memperoleh rentang keluaran hasil yang lebih besar.

Tx

Tx Rx

Gambar 5. Rangkain Infrared

Penyusunan tersebut untuk memperoleh luasan area yang terpindai lebih luas sehingga hasil yang diperoleh memiliki tingkatan kepercayaan yang cukup besar.

Gambar 6. Sistem pengukuran kesegaran ikan

Radiasi sinar infrared (E) yang ditransmisikan oleh sensor infrared (C) akan menembus lapisan daging ikan dan dihamburbalikan oleh daging ikan (B). Energi hambur balik ini yang akan diterima oleh fotodioda (D) sebagai receiver, perubahan hambur balik yang diterima pada saat mengenai ikan diukur seperti yang ditunjukan pada Gambar 6. Dengan adanya perubahan tektur daging yang

A. Probe Sensor B. Ikan/Daging Ikan C. IR Transmitter D. IR Recivier E. Radiasi Infrared F. Sensor Suhu A B C D E C A B C F Depan Samping

terus menurun akan mengakibatkan perubahan nilai hambur balik yang diterima oleh sensor.

Sinyal penerimaan yang diperoleh dikondisikan dengan rangkaian penguat sinyal (Gambar 7). Hasil Pengkondisian yang diperoleh dikonversi kedalam sinyal digital pada mikrokontroller melalui proses ADC. Proses ADC terdapat pada Port A dalam AT Mega 32.

Gambar 7. Rangkaian penguat sinyal.

Sensor DS1820 merupakan sensor digital yang dapat digunakan untuk mengukur suhu di setiap rak ikan. Sensor ini memiliki tiga kaki yaitu GND, Vcc, dan out. Agar nilai dari sensor stabil, maka pada rangkaian (Gambar 7)

ditambahkan resistor sebagai pull upsebesar 1 kΩ. Sensor memiliki satu keluaran

dimana nilainya akan berubah sesuai suhu yang dideteksi. Keluaran dari sensor ini sudah dalam bentuk digital sehingga tidak harus dikonversi lagi.

Gambar 8. Rangkaian dasar DS1820

Alat pengukur kesegaran ikan yang dikembangkan memiliki tampilan hasil menggunakan LCD 2x16 karakter. LCD ini terhubungkan dengan

mikrokontroller pada Port B sebagai output hasil pengukuran. Rangkaian LCD dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 9. Rangkaian LCD 2x16

Alat ini memiliki bagian kontrol sebagai pengatur sistem yang ada didalamnya. Mikrokontroller sebagai pusat pengaturan alat adalah tipe ATMega 32 yang memiliki empat port sebagai keluaran. Keempat port keluaran tersebut terhubung kedalam empat bagian sistem elektronik.

Bagian Port A terhubung dengan bagian sensor sebagai inputan ADC. Port B terhubung dengan LCD sebagai tampilan hasil pengukuran yang ditunjukkan

oleh alat. Pada bagian ini, alat menampilkan hasil berupa nilai ADC. Nilai suhu serta nilai kesegaran ikan sebagai hasil pengolahan alat. Pada Port C terhubung dengan sensor suhu untuk mengukur seberapa besar suhu yang ada saat

pengukuran. Rangkaian sistem ini dapat dilihat ada gambar 9 dibawah ini.

Gambar 10. Rangkaian Mikrokontroller

3.5.2. Sistem Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang terdapat dalam mikrokontroller disebut firmwire. Sistem Perangkat lunak ini dibuat menggunakan software CodeVision AVR dengan bahasa pemograman yang digunakan adalah bahasa C. Firmware yang telah dibuat diunduh ke mikrokontroller dengan Atmel AVRProg (AVR910).

Alur program kerja dari alat yang dibuat ditunjukan pada Gambar 11.

Gambar 11. Rancangan program yang diunduh pada mikrokontroller Inisialisasi Mikrokontroller Deklarasi Fungi Deklarasi Variabel Konfigurasi Mikrokontroller Inisalisasi Variabel Terdapat sensor ?

Ambil Data Suhu Ambil data ADC

Tulis LCD Inisialisasi Sensor

Format Data (.txt)

Parsing Data

Tulis file data.txt (No, ADC, Suhu)

Mulai

Selesai

Tidak

3.5.3. Sistem Cassing

Alat pengukur kesegaran ikan ini dibagi menjadi dua bagian utama yaitu bagian control dan bagian probe sensor.

1. Bagian Kontrol

Bagian ini merupakan tempat perangkat elektronik yang berhubungan dengan pengolahan data dari sensor dan power supply yang digunakan seperti

baterai. Bagian alat memiliki dua bagian yaitu bagian badan dan bagian pegangan. Pada bagian badan terdapat LCD yang menampilkan hasil

pengukuran. Dibagian dalam terdapat tempat penyimpanan baterai dan soket SD card untuk merekam data yang diperoleh. Secara keseluruhan dimensi alat ini seperti yang terlihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.

Gambar 12. Dimensi Alat Kontrol dalam (mm) (A.) tampak atas (B.) tampak samping (C.) tampak depan

A

B

Gambar 13. Tampilan pegangan dalam (mm) (A.) tampak depan (B.) tampak samping

2. Bagian Probe Sensor

Bagian ini merupakan tempat keseluruhan sensor infrared dan sensor suhu.

Probe sensor akan secara langsung berhubungan dengan objek yang akan diukur. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Dimensi Bagian Probe dalam (mm) (tampak samping). A

3.6. Kalibrasi Infrared terhadap Suhu

Kalibrasi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan suhu terhadapa hasil pengukuran pantulan inframerah yang diterima. Pantulan ini dilakukan dengan mengukur sebuah bidang yang memiliki tingkatan kekuatan pantulan yang sama dan tetap dalam hal ini digunakan lantai keramik putih. Pengukuran dilakukan selama 24 jam untuk melihat sejauh mana pengaruh suhu yang terjadi pada siang hari dan malam hari terhadap pantulan yang diterima. Setelah diperoleh akan ditentukan regresi atau hubungan dari suhu dan pantulan inframerah.

3.7. Prosedur Uji Coba Alat

Pengujian alat dilakukan sebanyak 3 perlakuan terhadap dua jenis sampel ikan yang digunakan yaitu ikan nila merah dan lele. Perlakuan tersebut yaitu pengujian Ikan secara whole atau ikan utuh seperti biasa, Pengujian skin on atau bagian ikan fillet luar atau sebelah sisik ikan dan terakhir pengujian skin less atau

Dokumen terkait