• Tidak ada hasil yang ditemukan

Website Penting

Latihan 8.2.1 Jangan Sentuh Saya!

Tujuan

 Memahami berbagai bentuk pelecehan seksual

 Memahami akibat-akibat dari pelecehan seksual

 Mengidentifikasi tindakan yang mungkin untuk melawan pelecehan seksual

Kelompok sasaran Anak-anak dan remaja

Waktu 120 menit

Pengaturan Ruang

Duduk melingkar dengan ruang yang luas di tengah-tengah ruangan

Bahan

Kertas flipchart, spidol dan selotip kertas

Alat Bantu Pelatihan

Catatan Singkat: Pelecehan Seksual

Rencana Sesi

Persiapan

Sebelum sesi dimulai, minta 3 relawan untuk mempersiapkan sebuah permainan peran yang berdurasi 5 menit: satu orang akan berperan sebagai pelaku pelecehan, satu orang lainnya berperan sebagai korban dan orang ketiga berperan sebagai saksi mata. Ceritanya sebagai berikut :

Mereka berada di pasar untuk berbelanja dan tidak mengenal satu sama lain. Pelaku pelecehan mulai bersiul dan membuat lelucon-lelucon seksual terhadap korban. Ia pun mendekatkan diri dan mulai menyentuh korban. Korban merasa malu, dan mengatakan kepada pelaku untuk berhenti menyentuhnya tetapi pelaku tetap melakukan perbuatannya. Saksi mata yang telah menyaksikan kejadian tersebut tidak melakukan tindakan apapun dan memilih menjauhi tempat kejadian. Korban akhirnya mendorong kuat-kuat pelaku dan lari.

Kiat untuk pelatih

Pelatih bisa memainkan peran sebagai pelaku, jika permainan peran ini dianggap terlalu sulit bagi peserta.

Langkah 1 – 10 menit

Jelaskan kepada peserta bahwa sesi ini berhubungan dengan pelecehan seksual: pengertian dan apa yang perlu dilakukan jika terjadi pelecehan. Minta relawan untuk memulai permainan peran.

Unit 8.2 Lat. 8.2.1

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan

Ketika permainan peran selesai, sampaikan terima kasih kepada relawan dan tekankan bahwa mereka hanya memainkan sebuah peran sehingga dalam kehidupan nyata mereka tidak akan melakukan perbuatan semacam itu.

Langkah 2 – 20 menit

Mulai sebuah diskusi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: - Apa yang terjadi di dalam permainan peran?

- Apa sebutan bagi orang yang menyentuh anda meski anda tidak menginginkannya? - Apa yang akan kamu lakukan dalam situasi ini?

- Apa pendapat anda tentang sikap saksi?

- Misalkan seorang teman dilecehkan secara seksual, bagaimana kamu akan membantunya?

Langkah 3 – 20 menit

Tanyakan kepada peserta, perbedaan antara bercumbu dan pelecehan seksual, dan minta mereka menulis jawaban pada papan atau flipchart. Diskusikan perbedaan pokok: Merayu adalah perilaku yang disukai dan diinginkan oleh kedua belah pihak. Pelecehan seksual adalah perilaku yang bersifat seksual yang tidak disukai dan tidak diinginkan oleh salah satu pihak.

Perilaku penyerangan seksual yang dilakukan oleh laki-laki seringkali ditutup-tutupi dan meminta gadis dan perempuan untuk tidak terlalu sensitif. Kadang-kadang dikatakan bahwa anak laki-laki/laki-laki dewasa tidak bisa menahan “dorongan seks alamiahnya” atau mengatakan bahwa perempuan memancing pelecehan seksual dengan gaya penampilan dan pakaian mereka. Ide-ide ini adalah salah karena tidak didasarkan atas fakta. Fakta-faktanya adalah:

 Ada laki-laki yang melakukan pelecehan dan ada juga yang tidak melakukannya. Menjadi seorang korban dari dorongan seksnya sendiri tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Anak laki-laki dan laki-laki dewasa yang dapat mengendalikan dorongan seksnya dan menghormati gadis dan kaum perempuan jauh lebih populer dibandingkan mereka yang menyalahgunakan kekuatannya.

 Anak perempuan/perempuan yang berpakaian tertutup aturan dan norma berpakaian setempat juga menjadi korban pelecehan seksual.

 Pelecehan seksual bukan mengenai kenikmatan seksual tetapi merupakan penyalahgunaan kekuasaan.

Langkah 4 – 30 menit

Tanyakan kepada peserta apakah mereka pernah mengalami situasi-situasi serupa dengan situasi di dalam permainan peran. Buat daftarnya dan tuliskan pada papan atau flipchart. Gunakan contoh-contoh tersebut untuk menjelaskan pelecehan seksual setelah itu berikan juga definisi dari pelecehan seksual (lihat Catatan Singkat: Pelecehan Seksual).

Bentuk-bentuk pelecehan seksual, meliputi:

 Penyerangan seksual dan pemerkosaan

 Pelecehan fisik

 Pelecehan verbal

 Pelecehan dengan isyarat

 Pelecehan tertulis atau gambar

 Pelecehan emosional

Unit 8.2 Lat. 8.2.1

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan

Tulislah di belakang contoh-contoh bentuk pelecehan seksual yang diberikan peserta pada awal Langkah 4 ini termasuk bentuk yang mana setiap contoh itu. Periksa juga apakah peserta telah memahami bentuk-bentuk pelecehan seksual dengan meminta mereka memberikan contoh-contoh lain untuk setiap bentuk pelecehan seksual (lihat Catatan Singkat untuk uraian lebih lanjut).

Langkah 5 - 30 menit

Mulailah diskusi di dalam pleno dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

- Pernahkah kamu mengalami pelecehan seksual? Jika ya, apa bentuknya dan apa yang kamu lakukan?

- Dapatkah kamu jelaskan apa yang kamu tidak sukai dari pelecehan itu? - Di mana pelecehan seksual bisa terjadi?

- Mengapa pelecehan seksual terjadi?

- Siapa yang beresiko menjadi korban pelecehan seksual?

- Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai? - Apa reaksi terbaik dalam menghadapi pelecehan seksual?

- Menurut anda, bagaimana perasaan korban pelecehan seksual? - Apa yang dapat dilakukan jika kamu mengalami pelecehan seksual? - Apa yang bisa anda lakukan untuk membantu korban pelecehan seksual?

Terangkan secara jelas apa yang harus dilakukan jika mengalami suatu bentuk pelecehan seksual (lihat Catatan Singkat).

Langkah 6 – 10 menit

Buatkan ringkasan dengan mengatakan:

 Pelecehan seksual berarti tindakan yang tidak diinginkan yang bersifat seksual, ataupun tindakan lain berdasarkan seks yang dapat mempengaruhi martabat perempuan dan laki-laki. Pelecehan seksual meliputi tindakan secara fisik, verbal atau non verbal.

 Pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa pun dan di mana pun juga: di tempat umum, di sekolah, di tempat kerja dan bahkan di dalam keluarga dan masyarakat.

 Mayoritas korban adalah perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki menjadi korban pelecehan seksual

 Mayoritas kasus pelecehan seksual terjadi pada remaja dan bahkan di bawah umur, mereka yang memiliki posisi rentan di tempat kerja, di dalam keluarga atau di jalanan.

 Selalu tegaskan bahwa kamu tidak menginginkannya dan mintalah bantuan jika diperlukan

 Tanggapi secara serius dan cobalah membantu korban

Unit 8.2 Lat. 8.2.1

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan

Catatan Singkat: Pelecehan Seksual 3

Memahami Pelecehan Seksual

Definisi umum mengenai pelecehan seksual dikutip dari Resolusi Dewan Komisi Eropa tahun 1990 tentang perlindungan harkat dan martabat perempuan dan laki-laki di tempat kerja: “Pelecehan seksual berarti perilaku yang tidak diinginkan yang bersifat seksual atau perilaku lain yang berdasarkan seks, dan dapat mempengaruhi martabat perempuan dan laki-laki di tempat kerja. Pelecehan seksual bisa meliputi perilaku yang tidak diterima baik secara fisik, verbal, maupun non verbal.”

Pelecehan seksual bisa terjadi di tempat kerja, di dalam keluarga atau di tempat-tempat umum. Definisi yang digunakan di dalam undang-undang, hukum, kebijakan, keputusan pengadilan dan perjanjian bersama mungkin berbeda di setiap negara di dunia, namun secara umum mengandung elemen-elemen sebagai berikut:

- Perilaku yang bersifat seksual dan perilaku lain atas dasar seks yang mempengaruhi martabat perempuan dan laki-laki, yang tidak diterima, tidak beralasan, dan bersifat menyerang si korban.

- Penolakan seseorang terhadap — atau penerimaan terhadap – perilaku semacam itu digunakan secara eksplisit atau implisit sebagai dasar untuk sebuah keputusan yang mempengaruhi pekerjaan atau prospek kerja orang tersebut.

- Perilaku yang menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi, tidak bersahabat atau mempermalukan bagi korban.

Jenis-jenis kekerasan seksual yang paling serius dan dapat terjadi tempat kerja adalah penyerangan seksual dan pemerkosaan, dan di manapun juga merupakan pelanggaran hukum.

Dua jenis pelecehan seksual lain yang dapat terjadi di tempat kerja adalah pelecehan ‘quid pro quo’ atau pemerasan seksual dan menciptakan permusuhan di lingkungan kerja, yang keduanya perlu dimasukkan dalam definisi apapun untuk memberikan perlindungan yang memadai.

- Pelecehan quid pro quo (yang berarti “ini untuk itu”) memaksa pekerja untuk memilih antara mengabulkan tuntutan seksual atau kehilangan pekerjaan atau manfaat pekerjaannya. Pelecehan quid pro quo hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan untuk memberi atau mencabut manfaat pekerjaan. Bentuk pelecehan seksual ini merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan. Jenis pelecehan seksual ini dapat juga disebut sebagai ‘pemerasan seksual’.

- Ajakan untuk kesenangan seksual, perilaku verbal, non-verbal atau fisik yang bersifat seksual, atau rayuan seksual yang tidak diterima bisa meracuni suasana kerja dan membatasi kinerja para pekerja. Oleh karena itu, penciptaan lingkungan kerja yang penuh permusuhan biasanya tercakup dalam definisi pelecehan seksual

Pelecehan seksual seringkali berkaitan dengan hubungan kekuasaan di mana pelaku memiliki status lebih tinggi dari pada korban. Hal ini menjelaskan mengapa mayoritas korbannya adalah perempuan dan orang-orang muda. Perempuan yang bekerja dengan upah dan status rendah yang secara tradisional dianggap pekerjaan ‘perempuan’ seperti seperti juru ketik, sekretaris,

Unit 8.2 Lat. 8.2.1 Cat. Singkat

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan Jangan Sentuh Saya!

Pelecehan Seksual

1 Diadaptasi dari: Action against sexual harassment at work in Asia and the Pacific by Nelien Haspels et al., (ILO: Bangkok, 2001) halaman 17,147.

perawat, pembantu hotel, pembantu rumah tangga dan buruh pabrik; dan mereka yang mengincar ‘pekerjaan yang lebih baik’ atau yang kontrak kerjanya tidak tetap.

Kaum laki-laki juga bisa mengalami pelecehan seksual dan juga bisa terjadi antara jenis kelamin yang sama.

Perilaku penyerangan seksual yang dilakukan oleh laki-laki seringkali ditutup-tutupi dan meminta gadis dan perempuan untuk tidak terlalu sensitif. Kadang-kadang dikatakan bahwa anak laki-laki/laki-laki tidak bisa menahan “dorongan seks alamiahnya” atau mengatakan bahwa perempuan memancing terjadinya pelecehan seksual dengan gaya penampilan dan pakaian mereka. Ide-ide ini adalah salah karena tidak didasarkan atas fakta. Fakta-faktanya adalah:

 Ada laki-laki yang melakukan pelecehan dan ada juga yang tidak melakukannya. Menjadi seorang korban dari dorongan seksnya sendiri tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Anak laki-laki dan laki-laki yang dapat mengendalikan dorongan seksnya dan menghormati gadis dan kaum perempuan jauh lebih populer dibandingkan mereka yang menyalahgunakan kekuatannya.

 Anak perempuan/perempuan yang berpakaian tertutup aturan dan norma berpakaian setempat juga menjadi korban pelecehan seksual.

 Pelecehan seksual bukan mengenai kenikmatan seksual tetapi merupakan penyalahgunaan kekuasaan.

 Pelecehan seksual adalah bentuk diskriminasi gender berdasarkan jenis kelamin yang tidak berhubungan dengan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan tetapi berhubungan dengan peran gender laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat dan persepsi serta harapan-harapan tentang seksualitas laki-laki dan perempuan.

 Pelecehan seksual terhadap perempuan lebih umum terjadi dalam masyarakat di mana status perempuan rendah.

Berbagai bentuk pelecehan seksual:

 Penyerangan seksual dan pemerkosaan.

 Pelecehan fisik: termasuk mencium, menepuk, mencubit atau menyentuh secara seksual.

 Pelecehan verbal: seperti komentar-komentar mengenai penampilan, kehidupan pribadi atau tubuh seseorang, menghina dan merendahkan atas dasar jenis kelamin seseorang

 Pelecehan isyarat (gestural): isyarat-isyarat ajakan secara seksual, seperti mengangguk-angguk, mengedipkan mata, isyarat dengan menggunakan tangan, jari, kaki atau lengan, menjilat-jilat bibir.

 Pelecehan tertulis atau grafis: mengirimkan gambar-gambar porno melalui email, memasang pin atau mengirimkan surat-surat cinta yang tidak diinginkan kepada karyawan.

 Pelecehan emosional: tindakan yang mengucilkan, diskriminatif, atau mengesampingkan seseorang berdasarkan jenis kelaminnya.

Contoh-contoh dampak: Bagi korban:

 Gangguan psikologis dan emosional, seperti malu, terhina, jijik, kurangnya kepercayaan diri, depresi.

 Ketakutan akan balas dendam dari pelaku.

 Dampak negatif terhadap kehidupan pribadi, misalnya masalah dengan keluarga, teman-teman, masyarakat dan kesehatan.

 Turunnya produktivitas dan prestasi, misalnya kemangkiran seperti melakukan cuti dengan alasan kesehatan dan berkurangnya kepercayaan di tempat kerja.

Unit 8.2 Lat. 8.2.1 Cat. Singkat

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan Jangan Sentuh Saya!

Bagi perusahaan:

 Hilangnya pendapatan untuk perusahaan.

 Denda moneter, gugatan hukum

 Publisitas negatif dan hilangnya citra perusahaan

 Meningkatnya biaya buruh, turunnya produktivitas, kemangkiran karena turunnya produktivitas dan tingginya pergantian pekerja

 Lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak ramah.

 Karyawan tidak mempunyai rasa memiliki dan kesetiaan pada perusahaan. Bagi masyarakat:

 Hilangnya sumber daya manusia yang mampu dan berkeyakinan

 Mendorong kekerasan seksual, penolakan, ketakutan, ketidakpantasan moral dan rendahnya penghormatan dan nilai kehidupan di dalam masyarakat.

 Perubahan-perubahan negatif dalam tradisi, norma dan nilai-nilai sosial.

 Menciptakan ketidakbahagiaan di keluarga, di tempat kerja, dan di masyarakat Faktor-faktor pencegah pelecehan seksual:

 Katakan TIDAK terhadap pelecehan seksual

 Peningkatan kesadaran dan pendidikan untuk pekerja laki-laki dan perempuan (muda dan tua), majikan dan keluarga di dalam masyarakat untuk melatih orang-orang agar lebih terus terang dan tegas ketika pelecehan seksual terjadi.

 Sanksi dan hukuman terhadap pelaku berdasarkan berat dan parahnya kasus.

 Perilaku yang benar oleh semua orang berdasarkan rasa hormat kepada orang lain.

 Hukum yang memadai dan penegakan yang tepat dan efektif disertai dengan peraturan, kebijakan dan pembentukan mekanisme yang tepat dengan sistem pendukung, seperti konselor terlatih sehingga korban dengan segera bisa mendapatkan bantuan di tingkat nasional dan perusahaan.

Apa yang harus dilakukan jika kamu mengalami pelecehan seksual

 Katakan TIDAK. Tegaslah bahwa kamu tidak senang dengan perlakuan tersebut. Jika kamu tidak mengatakan “TIDAK’, maka dapat memperparah situasi.

 Jangan berfikir bahwa ini memalukan atau hanya menjadi masalah pribadi saja serta jangan menyalahkan diri sendiri.

 Berkonsultasilah dengan teman-teman, anggota keluarga atau pengawas yang dapat dipercaya, untuk menemukan solusi.

 Perhatikan apakah ada orang lain yang juga dilecehkan secara seksual.

 Buat pengaduan tertulis

 Ambil tindakan hukum

Apa yang harus dilakukan jika kita menyaksikan pelecehan seksual di tempat kerja:

 Menyadari bahwa masalah tersebut merupakan pelanggaran hak di tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan.

 Jangan mengabaikan masalah tersebut, berkumpullah dan gerakkan pekerja dan manajer untuk bertindak.

 Dukung penyelidikan yang dilakukan secara adil dan sensitifitas untuk menghentikan pelanggaran seksual dan untuk menghukum pelaku.

 Berikan dukungan moral kepada korban.

 Doronglah organisasi atau perusahaan untuk memperhatikan secara serius masalah tersebut dan merumuskan prosedur dari segi kebijakan dan praktek

Unit 8.2 Lat. 8.2.1 Cat. Singkat

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan Jangan Sentuh Saya!

Mendiskusikan masalah ini dengan rekan kerja sangatlah penting. Berbagi perasaan dapat melegakan perasaanmu. Adalah penting bagi orang-orang yang mendengarkan untuk serius menanggapi masalah tersebut. Biarkan orang yang melakukan pelecehan tahu bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang tidak baik dan akan ada tindakan jika ia tidak berhenti. Pelecehan seksual seringkali berhenti jika pelaku mengetahui bahwa ‘semua orang’ telah mengetahui apa yang telah dilakukan dan tidak dapat menerima perilaku tersebut.

Unit 8.2 Lat. 8.2.1 Cat. Singkat

Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan Jangan Sentuh Saya!