• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senyawa Kimia Partikel TKS

Dalam dokumen Karakterisasi Partikel Tandan Kosong Sawit (Halaman 62-96)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Senyawa Kimia Partikel TKS

Hasil analisis senyawa kimia partikel TKS menggunakan GCMS (gas chromatography mass spectrofometry) berupa Kromatogram, seperti disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Sedangkan perbandingan antara senyawa kimia partikel TKS tanpa perendaman dan partikel TKS setelah direndam n-heksana disajikan dalam lampiran 1.

Gambar 1 Kromatogram partikel TKS sebelum perendaman dalam n-hexana Senyawa kimia utama yang terkandung dalam partikel TKS sebelum perendaman dalam n-hexana adalah Carbamic acid monoammonium salt (CAS) Ammonium carbamate (19,72%), Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS) 2,6- Dimethoxyphenol (9,35%), Cyclopropyl carbinol (8,54%), 2-Propano ne, 1- hydroxy- (CAS) Acetol (6,49%), Phenol (CAS) Izal (4,48%), 1,2- CYCLOPENTANEDIONE (4,31%), 2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon (3,79%), Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid (3,66%), 1,3- Benzenadiol (CAS) Resorcin (3,46%) dan 4-METHYL-2,5- DIMETHOXYBENZALDEHYDE (3,23%).

17

Gambar 2 Kromatogram partikel TKS setelah perendaman dalam n-hexana

Sedangkan, senyawa kimia yang terdapat dalam partikel TKS setelah perendaman n-hexana adalah Carbamic acid monoammonium salt (CAS) Ammonium carbamate (24,15%), Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS) 2,6- Dimethoxyphenol (9,60%), Cyclopropyl carbinol (7,91%), 2-Propanone, 1- hydroxy- (CAS) Acetol (5,45%), Phenol, 2-methoxy- (CAS) Guaiacol (5,31%), Phenol (CAS) Izal (4,03%), 6-OXA-BICYCLO[3.1.0]HEXAN-3-ONE (3,31%), 2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon (3,17%), Phenol, 4-ethenyl-2-methoxy (3,13%) dan 1,2-Benzenadiol (CAS) Pyrocatechol (2,79%).

Senyawa 1,2-CYCLOPENTANEDIONE, Phenol 2-methoxy- (CAS) Guaiacol, 2-Propenoic acid, 2-methyl-, ethyl ester (CAS) Ethyl methacrylate dan Phenol, 4-(3-hydroxy-1-propenyl)-2-methoxy-(CAS) Coniferyl alcohol merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam partikel TKS sebelum perendaman n-hexana, tetapi tidak terdapat dalam partikel setelah perendaman n- hexana. Senyawa kimia tersebut diduga merupakan golongan zat ekstraktif non- polar karena larut dalam n-hexana. Bahan-bahan yang tergolong dalam senyawa non-polar seperti lilin, lemak, asam lemak, getah, resin dan atsiri (Fengel & Wegener 1995).

Sedangkan senyawa lainnya, yaitu Carbamic acid, monoammonium salt (CAS) Ammonium carbamate, N-METHYL-D3-AZIRIDINE, 2-Propano ne, 1- hydroxy- (CAS) Acetol, 2-Butanone, 1-(acetyloxy)- (CAS) 1-Acetoxy-2-

18 butanone, Butanedial (CAS) Succinaldehyde, 2-Furanmethanol (CAS) Furfuryl alcohol 2(5H)-FURANONE, Phenol (CAS) Izal, 2-Cyclopenten-1-one, 2- hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon, Cyclopropyl carbinol, ETHYLCYCLOPENTENOLONE, 2-Methoxy-4-methylphenol, dan 1,3- Benzenadiol (CAS) Resorcin merupakan senyawa yang terdapat dalam partikel TKS sebelum dan sesudah perendaman n-hexana. Senyawa kimia tersebut diduga senyawa kimia polar yang tidak larut dalam n-hexana.

Senyawa 6-OXA-BICYCLO[3.1.0]HEXAN-3-ONE, 2-Furanmethanol, tetrahydro- (CAS) Tetra hydrofurfuryl alcohol dan 1,2-Benzenadiol (CAS) Pyrocatechol merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam partikel TKS setelah perendaman dalam n-hexana, tetapi tidak terdapat dalam partikel TKS tanpa perlakuan. Hal ini diduga terjadi karena distribusi ekstraktif di dalam TKS. Ada senyawa yang terdapat pada bagian TKS tertentu dan ada senyawa lain yang terdapat di semua bagian TKS. Diduga pula serbuk-serbuk TKS yang dipakai di perendaman mempunyai komponen kimia yang tidak dimiliki serbuk- serbuk TKS kontrol. Demikian juga sebaliknya. Pada TKS kontrol mempunyai senyawa kimia yang tidak terdapat di serbuk-serbuk yang direndam n-heksana. 4.2Komponen Kimia Penyusun Dinding Sel TKS

4.2.1 Selulosa

Selulosa merupakan komponen penyusun kayu yang paling banyak persentasenya didalam kayu. Selulosa ditemukan di dinding sel, karena merupakan komponen utama dinding sel tanaman. Fungsi dasar selulosa adalah untuk menjaga struktur dan kekakuan bagi tanaman. Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan tanaman untuk menahan kekuatan mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda. Itulah sebabnya dinding sel tanaman kaku dan tidak dapat berubah-berubah bentuk (Pikukuh 2011). Hasil pengujian kadar selulosa tandan kosong sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

19 Tabel 3 Kadar selulosa partikel tandan kosong sawit

No Perlakuan Selulosa (%) 1 Tanpa perendaman 36,03 2 Perendaman n-hexana 37,01

Berdasarkan hasil pengujian kadar selulosa yang terkandung dalam tandan kosong sawit yang ditunjukkan Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan perendaman dengan n-hexana menghasilkan nilai yang tidak berbeda dengan tandan kosong tanpa perlakuan. Diduga karena n-hexana tidak berpengaruh dalam mendegradasi selulosa partikel tandan kosong sawit.

4.2.2 Hemilselulosa

Hemiselulosa merupakan komponen penyusun kayu terbesar kedua setelah selulosa. Pengujian kadar hemiselulosa dilakukan secara tidak langsung. Komponen hemiselulosa dihitung berdasarkan selisih dari kadar holoselulosa dengan kadar selulosa yang dihasilkan dari pengujian partikel tandan kosong sawit. Hasil perhitungan kadar hemiselulosa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kadar hemiselulosa partikel tandan kosong sawit

No Perlakuan Hemiselulosa (%) 1 Tanpa perendaman 28,57 2 Perendaman n-hexana 28,40

Berdasarkan hasil pengujian kadar hemiselulosa yang terkandung dalam tandan kosong sawit yang ditunjukkan Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan perendaman dengan n-hexana menghasilkan nilai yang tidak berbeda dengan tandan kosong tanpa perlakuan.

4.2.3 Lignin

Lignin merupakan salah satu zat komponen penyusun sel tumbuhan (Fengel & Wegener 1995). Dari segi morfologi, lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama perkembangan sel, lignin dikategorikan sebagai komponen terakhir dalam

20 dinding sel yang dapat menembus di antara fibril-fibril sehingga dapat memperkuat dinding sel.

Lignin terdapat diantara sel-sel dan dalam dinding sel serta berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel-sel agar tepat bersama. Keberadaan lignin dalam dinding sel erat hubungannya dengan selulosa yang berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel, berpengaruh dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan air kayu dan mengurangi degradasi terhadap selulosa. Konsentrasi lignin tertinggi terdapat dalam lamela tengah dan akan semakin mengecil pada lapisan dinding sekunder (Haygeen & Bowyer 1989). Hasil pengujian kadar lignin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kadar lignin partikel tandan kosong sawit

No Perlakuan lignin (%)

1 Tanpa perendaman 17,50 2 Perendaman n-hexana 17,00

Hasil pengujian lignin yang terdapat pada Tabel 5 menunjukan bahwa perendaman partikel TKS dalam n-hexana mempunyai nilai yang tidak berbeda dari partikel TKS tanpa perendaman. Hal ini diduga n-hexana tidak mampu mendegradasi lignin yang berada dalam partikel TKS.

Secara umum perlakuan perendaman n-hexana tidak merubah komposisi selulosa, hemiselulosa dan lignin yang terkandung dalam partikel TKS. Hal ini juga terjadi pada hasil penelitian (Lukman 2008) bahwa perlakuan perendaman dalam air dingin, air panas dan etanol-benzena tidak mempengaruhi komposisi kimia (selulosa, hemiselulosa, lignin) yang terkandung dalam partikel TKS. Gambar 3 menunjukan bahwa perlakuan perendaman partikel TKS dalam n- hexana tidak berbeda dengan komponen kimia yang terkandung dalam partikel.

21

Gambar 3 Histogram komponen kimia tandan kosong sawit

4.3Kadar Ekstraktif dan Kadar mineral TKS 4.3.1 Zat ekstraktif

Zat ekstraktif merupakan komponen kayu yang tidak termasuk dalam komponen kayu struktural penyusun dinding sel kayu. Zat ekstraktif diperoleh dari ekstraksi kayu menggunakan pelarut organik dan pelarut non organik. Hasil pengujian zat ekstraktif setelah perendaman maupun zat ekstraktif tanpa perlakuan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Kelarutan zat ekstraktif TKS hasil perendaman No Parameter Satuan Tanpa

Perendaman

Perendaman N-hexana 1 Kelarutan zat ekstraktif dalam

air dingin

% 11,06 11,94

2 Kelarutan zat ekstraktif dalam air panas

% 11,46 11,10

3 Kelarutan zat ekstraktif dalam etanol-benzena

% 14,96 15,21

4 Kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% % 24,65 23,30 0 10 20 30 40

Tanpa rendam Rendam n-hexane

K an d u n gan K im ia T K S ( %) Perlakuan

22

Gambar 4 Histogram kelarutan zat ekstraktif tandan kosong sawit

Berdasarkan data pada Tabel 6 terlihat bahwa TKS setelah direndam n- hexana mempunyai persentase kelarutan yang lebih tinggi pada kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin dan dalam etanol-benzena, hal ini karena senyawa non- polar sudah dilarutkan oleh n-hexane terlebih dahulu. Partikel TKS setelah direndam n-hexana cenderung memiliki senyawa yang sifatnya semi-polar dan polar. Oleh karena itu air dingin, etanol-benzena akan lebih spesifik melarutkan senyawa semi-polar dan polar tanpa dihambat senyawa non-polar. Sehingga pada partikel setelah direndam, senyawa yang semi polar dan polar jadi lebih mudah larut dalam air dingin dan etanol benzena.

Kelarutan partikel dalam air panas setelah perendaman n-hexana memilki nilai yang tidak berbeda dibandingkan kelarutan partikel TKS tanpa perendaman, Hal ini diduga karena senyawa polar yang terkandung dalam partikel setelah perendaman n-hexana dan sebelum perlakuan tidak berubah karena n-hexana hanya melarutkan senyawa non-polar.

Kelarutan dalam NaOH 1% dapat memberikan gambaran adanya kerusakan komponen kimia dinding sel yang disebabkan oleh serangan jamur pelapuk atau terdegradasi oleh cahaya dan panas. Jadi semakin tinggi kelarutan dalam NaOH 1% maka tingkat kerusakan kayu juga meningkat. Kelarutan NaOH 1% terendah terdapat pada partikel TKS tanpa perendaman. Setelah di rendam dengan N-hexana kelarutan NaOH 1% menjadi lebih tinggi hal ini berarti tingkat kerusakan kayu akan menurun setelah perendaman n-hexana.

0 5 10 15 20 25 30

Tanpa rendam Rendam n-hexane

K el ar u tan E k st rak tif (% ) Perlakuan

Kelarutan dalam air dingin kelarutan dalam air panas kelarutan dalam NaoH 1% kelarutan dalam etanol-benzena

23 4.3.2 Kadar abu

Komponen mineral yang terkandung dalam kayu jumlahnya sangat sedikit. Fengel dan Wegener (1995) menyatakan bahwa meskipun persentase komponen mineral rendah (kayu yang berasal dari daerah tropika dan subtropika mengandung abu hingga 5%), komponen mineral sangat mempengaruhi proses pertumbuhan kayu. Mineral dalam kayu dapat diperoleh melalui reaksi pembakaran hingga mendapatkan abu pada suhu yang tinggi yaitu ±600ºC. Hasil pengujian kadar mineral yang dilakukan terhadap partikel TKS dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kadar abu partikel tandan kosong sawit

No Parameter Satuan Tanpa Perendaman

Perendaman N-hexana 1 Kadar abu % 4,375 3,780

Komponen mineral dalam kayu yang diuji yaitu kadar abu yang terkandung dalam TKS. Pada Gambar 5 terlihat bahwa kadar abu setelah perlakuan perendaman dengan pelarut n-hexana sebesar 3,780%. Sedangkan kadar abu yang terkandung dalam partikel TKS tanpa perlakuan perendaman sebesar 4,375%. Perbedaan nilai ini diduga karena perbedaan distribusi mineral dalam TKS akibat perbedaan tekanan turgor saat transportasi unsur hara dalam tanaman sawit.

Gambar 5 Histogram kadar abu tandan kosong sawit. 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5

Tanpa rendam Rendam n-hexane

Ka d a r a b u (% ) Perlakuan

24 Hasil menunjukan bahwa perlakuan perendaman tidak berpengaruh terhadap kadar abu yang terkandung dalam partikel TKS. Hal ini karena mineral tidak dapat terlarut saat perendaman. Mineral mengendap dalam sel, sehingga perbedaan nilai tidak signifikan.

4.4Sifat Fisis Partikel TKS 4.4.1 Kadar air

Air dalam kayu terdapat dua macam yaitu air terikat dan air bebas. Air terikat terdapat dalam dinding kayu yang terikat pada komponen kimia kayu sedangkan air bebas adalah air yang terdapat dalam rongga sel kayu. Hasil pengujian kadar air partikel TKS dapat dilihat pada Gambar 6.

Perendaman partikel TKS dalam pelarut n-hexana menghasilkan kadar air yang lebih besar dibandingkan kadar air partikel tanpa perendaman. Hal ini diduga karena senyawa non-polar seperti lilin, resin, lemak dan lain-lain dan sifatnya melapisi rongga sel dan membentuk ikatan dengan dinding rongga sel TKS. Karena senyawa non-polar ini berikatan dengan dinding ronggga sel, air yang masuk dalam sel TKS tidak bisa membuat ikatan dengan dinding sel TKS. Sehingga kadar air sebelum perendaman lebih kecil. Setelah direndam n-hexana senyawa non-polar hilang, untuk itu tidak ada halangan lagi untuk air mempenetrasi TKS dan terikat dengan sel-sel TKS sehingga kadar air setelah direndam jadi lebih besar.

Gambar 6 Histogram Kadar air tandan kosong sawit. 7 7,5 8 8,5 9 9,5

Tanpa rendam Rendam n-hexane

Ka d a r A ir (% ) Perlakuan

25 4.4.2 Sifat keterbasahan

Keterbasahan adalah kondisi suatu permukaan yang menentukan sejauh mana cairan akan menyebar pada permukaan, mempengaruhi absorpsi, adsorpsi, penetrasi dan penyebaran perekat (Marra, 1992). Hasil pengujian sifat keterbasahan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Histogram nilai keterbasahan partikel tandan kosong sawit. Keterbasahan partikel TKS yang diperoleh dari partikel yang diberi perlakuan perendaman n-hexana sebesar 305,03 mm, sedangkan nilai keterbasahan dari partikel tanpa perlakuan perendaman sebesar 123,28 mm. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa perendaman partikel dalam pelarut n- hexana mempengaruhi nilai keterbasahan. Hal ini diduga karena senyawa non- polar seperti lilin, resin, lemak melapisi dan berikatan dengan dinding ronggga sel, air yang masuk dalam sel TKS tidak bisa membuat ikatan dengan dinding sel TKS. Sehingga nilai keterbasahan pada serbuk sebelum perendaman lebih kecil. Setelah direndam n-hexana senyawa non-polar hilang, untuk itu tidak ada halangan lagi untuk air mempenetrasi TKS dan terikat dengan sel-sel TKS sehingga nilai keterbasahan setelah direndam jadi lebih besar.

4.5Penilaian Partikel TKS sebagai Bahan Baku Perekat Likuida dan Papan Partikel

Pengujian komponen kimia partikel TKS menghasilkan nilai yang berbeda untuk setiap komponen kimia yang diuji. Komponen kimia partikel yang baik digunakan sebagai bahan baku perekat likuida dan papan partikel adalah partikel

0 50 100 150 200 250 300 350

Tanpa rendam Rendam n-hexane

Ka te rb a sa h a n (m m ) Perlakuan

26 yang mengandung lignin yang tinggi. Semakin banyak kandungan lignin suatu bahan maka semakin baik digunakan sebagai bahan baku perekat likuida dan papan partikel.

Perlakuan perendaman yang diberikan terhadap partikel TKS tidak berpengaruh nyata terhadap lignin yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fengel dan Wegener (1995) yang menyatakan bahwa kadar lignin akan meningkat kadarnya apabila diberi perlakuan panas mulai dari suhu 200ºC. Hal yang sama juga terjadi pada komponen kimia yang lain yaitu mulai meningkat apabila diberi perlakuan panas yang tinggi.

Tingginya kadar lignin suatu bahan diharapkan mampu meningkatkan kualitas papan partikel yang dihasilkan. Lignin dapat berfungsi sebagai perekat alami dan dapat meningkatkan daya rekat partikel dengan perekat sehingga papan partikel yang dihasilkan dalam proses pembuatan papan memiliki kekuatan rekat yang baik. Pizzi (1994) menyatakan bahwa lignin yang dihasilkan dari limbah pulp telah digunakan sebagai perekat sejak dikenal pemasakan kayu dengan proses sulfit.

Selain komponen kimia, kandungan ekstraktif dalam suatu bahan dapat mempengaruhi kualitas bahan baku perekat likuida dan papan partikel. Kadar ekstraktif rendah diharapkan mampu meningkatkan kualitas bahan baku perekat likuida karena ekstraktif dapat berpengaruh negatif terhadap reaksi kimia saat proses likuifikasi partikel oleh asam kuat. Ekstraktif yang terkandung dalam partikel TKS dapat mempengaruhi proses pembuatan papan partikel. Ekstraktif dapat menghambat proses pematangan perekat pada saat pengempaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maloney (1977) yang menyatakan bahwa zat ekstraktif berpengaruh pada konsumsi perekat, laju pengerasan perekat, dan daya tahan papan partikel yang dihasilkan. Selain itu bahan ekstraktif yang menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau delaminasi pada proses pengempaan panas. Semakin banyak kandungan ekstraktif, semakin besar pula pengaruhnya. Perendaman partikel kayu diharapkan dapat mengurangi kandungan ekstraktif kayu sehingga pengaruh zat ekstraktif terhadap sifat papan partikel dapat ditekan.

Kadar mineral yang terkandung dalam TKS tergolong tinggi. Kadar abu partikel setelah diberi perlakuan perendaman dengan pelarut n-hexana lebih

27 sedikit dibandingkan dengan partikel TKS tanpa perlakuan perendaman. Perlakuan perendaman menyebabkan perbedaan kadar abu yang dihasilkan. Surdiding et al. (2007) menyatakan bahwa kadar abu tidak memiliki pengaruh secara langsung dalam kinerja perekat.

Kadar air partikel TKS yang tergolong tinggi dapat mengganggu proses likuifikasi perekat likuida serta menggangu proses pembuatan papan partikel. Air dalam partikel dapat bereaksi dengan asam kuat dan menurunkan konsentrasi sehingga proses likuifikasi menjadi terganggu. Air dalam partikel juga dapat keluar pada saat pengempaan papan partikel sehingga menggangu pematangan perekat. Surdiding et al. (2007) menyatakan bahwa air dalam kayu dapat mempengaruhi kedalaman penetrasi perekat dan waktu pematangan perekat cair. Air yang banyak terdapat dalam kayu akan menghambat ikatan dari cairan permukaan.

Sifat keterbasahan partikel dapat mempengaruhi proses perekatan. Suatu kayu apabila memiliki sifat keterbasahan yang baik maka akan memudahkan perekat untuk mengalir atau menyebar pada proses perekatan. Berdasarkan hasil pengujian sifat keterbasahan partikel TKS diperoleh keterangan bahwa perendaman partikel dengan n-hexana memberikan hasil yang baik terhadap partikel bahan baku papan partikel karena menghasilkan nilai keterbasaan yang tinggi. Hasil penelitian tentang keterbasahan partikel yang dilakukan oleh Surdiding dan Sucipto (2007) memperlihatkan bahwa perendaman dalam air panas dan etanol-benzena memberikan nilai keterbasahan partikel paling baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka diketahui bahwa perendaman partikel dalam n-hexana menyebabkan absorpsi air menjadi meningkat sehingga keterbasahan partikel menjadi meningkat.

Keterbasahan suatu partikel dipengaruhi oleh adanya ekstraktif yang terkandung dalam bahan tersebut. Semakin banyak zat ekstraktif dalam partikel, maka semakin buruk daya absorpsi air oleh partikel sehingga nilai keterbasahan menjadi menurun. Perendaman partikel dalam n-hexana ternyata mampu mengurangi ekstratif yang terkandung dalam partikel TKS.

Keterbasahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berhubungan dengan perekat (tegangan permukaan, suhu, kekentalan) dan kayu (kerapatan, porositas,

28 ekstraktif). Kayu-kayu yang berkerapatan rendah (porositasnya tinggi) menjadi lebih baik untuk dibasahi, sedangkan ekstraktif dalam jumlah berlebihan atau ekstraktif non-polar seperti terpena dan asam lemak mempunyai pengaruh yang kurang baik.

29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Partikel TKS tanpa perlakuan memiliki kadar selulosa 36,03%, kadar hemiselulosa 28,57%, kadar lignin 17,50%, kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin sebesar 11,06%, kelarutan dalam air panas sebesar 11,46%, kelarutan dalam zat ekstraktif dalam pelarut NaOH 1% sebesar 24,65%, kelarutan dalam pelarut etnol-benzena 14,96%, kadar abu 4,375%, kadar air 7,77%, dan nilai keterbasahan 123,28 mm.

2. Partikel TKS setelah perendaman n-hexana memiliki kadar selulosa 37,01%, kadar hemiselulosa 28,40%, kadar lignin 17,00%, kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin sebesar 11,94%, kelarutan dalam air panas sebesar 11,10%, kelarutan dalam zat ekstraktif dalam pelarut NaOH 1% sebesar 23,30%, kelarutan zat ekstraktif dalam pelarut etanol-benzena sebesar 15,21%, kadar abu 3,78 %, kadar air 9,11%, dan nilai keterbasahan 305,03 mm.

3. Perendaman partikel TKS dengan n-hexana berpengaruh terhadap kadar abu, kadar air dan sifat keterbasahan partikel.

4. Partikel TKS yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan baku likuida dan papan partikel adalah partikel tandan kosong yang diberi perlakuan perendaman n-hexana karena memiliki kadar zat ekstraktif yang rendah dan keterbasahan partikel yang tinggi.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan perendaman partikel TKS dalam satu jenis pelarut secara berulang untuk meningkatkan efektivitas pelarutan zat ekstraktif yang terkandung dalam partikel TKS.

2. Perlu kajian lebih lanjut untuk determinasi senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak TKS yang terlarut di dalam n-heksana untuk memastikan senyawa kimia apa saja yang larut dalam n-heksana.

30 3. Perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan dan pengujian perekat likuida dan papan partikel yang dihasilkan dari partikel TKS setelah direndam n-hexana.

31

DAFTAR PUSTAKA

Bakar SE. 2000. Pemanfaatan Batang kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) Sebagai Bahan Bangunan dan Furnitur. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IV Perguruan Tinggi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. IPB. Bogor.

[Ditjen Perkebunan] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old//index.php?option=com_geda&Itemi

d=186. [05 Mei 2011]

Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Fengel D, Wegener G. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hadi YS. 1991. Pengaruh Perendaman Panas dan Asetilasi Selumbar Terhadap Sifat Papan Partikel. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Dipublikasikan.

Haygeen JG, Bowyer JL. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Diterjemahkan oleh: Hadikusumo SA. Yogyakarta : Gajah Mada University.

Lukman A. 2008. Karakteristik Partikel Tandan Kosong sawit setelah Perendaman Air Dingin, Air Panas, dan Etanol-benzena [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Maloney TM. 1977. Modern Particle Board and Dry Process Fiberboard Manufacturing. San Fransisco : Miller Fremann Inc..

Marra AA. 1992. Technology of Wood Bonding : Principles in Practice.

NewYork : Van Nostrand Reinhold.

Masri AY. 2005. Kualitas Perekat Likuida Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Ukuran Serbuk, Keasaman dan Rasio Molar Formaldehida dengan Phenol [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pikukuh P. 2011. Selulosa, Komponen yang Paling Banyak Ditemukan di Alam.

32 Pizzi A. 1983. Wood Adesive : Chemistry and Technology. Pretoria South Africa : National Timber Reasearch Institute Council for Scientific and Industrial Research.

Prihantini AI. 2008. Kualitas Likuida Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) dengan Perlakuan Perendaman Bahan Baku Dalam Air Panas [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.

Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu: Dasar-dasar dan Penggunaan. Yogyakarta: Universitas Mulawarman. Samarinda.

Subiyanto B, Subyakto, Sudijono, Gopar M, Munawar SS. 2004. Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dari Industri Pengolahan Kelapa Sawit untuk Papan Partikel dengan Perekat Penol Formaldehida. Dalam:

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 2 : 99-102.

Subiyanto B, Subyakto, Sudijono, Gopar M, Rasyid E, Munawar SS. 2005. Pembuatan Papan Partikel Berukuran Komersil dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida. Dalam: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 3 : 10-12.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agomedia Pustaka.

Surdiding R, Koroh DN, Syamani FA, Yanti H, Nurhaida, Saad S, Sucipto T. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Surdiding R, Sucipto T. 2007. Wettabilitas Tandan Kosong Sawit (TKS). Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. 9-11 Agustus 2007, Pontianak-INDONESIA. Hal:17-23.

TAPPI. 1991. Tappi Test Methods: Ash in Wood and Pulp (T221 om-85). Volume 1. Tappi Press. Atlanta.

Trisyulianti E. 1996. Sifat fisik papan partikel dari tandan kosong sawit dan sabut kelapa sawit [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tsoumis G. 1991. Science and Technology Wood Structure, Properties, Utilization. Van vostrand reinhold Inc. USA.

33

LAMPIRAN

34

Lampiran 1. Senyawa kimia partikel tandan kosong sawit

Senyawa kimia partikel TKS tanpa perendaman Senyawa kimia partikel TKS dengan perendaman n-hexana

1. Carbamic acid monoammonium salt (CAS) Ammonium

carbamate (19,72%)

2. Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS) 2,6-Dimethoxyphenol (9,35%)

3. Cyclopropyl carbinol (8,54%)

4. 2-Propano ne, 1-hydroxy- (CAS) Acetol (6,49%) 5. Phenol (CAS) Izal (4,48%)

6. 1,2-CYCLOPENTANEDIONE (4,31%)

7. 2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon (3,79%)

8. Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid (3,66%) 9. 1,3-Benzenadiol (CAS) Resorcin (3,46%)

10. 4-METHYL-2,5-DIMETHOXYBENZALDEHYDE

(3,23%).

1. Carbamic acid monoammonium salt (CAS) Ammonium carbamate (24,15%)

2. Phenol, 2,6-dimethoxy- (CAS) 2,6-Dimethoxyphenol (9,60%)

3. Cyclopropyl carbinol (7,91%), 2-Propanone, 1-hydroxy- (CAS) Acetol (5,45%)

4. Phenol, 2-methoxy- (CAS) Guaiacol (5,31%)

5. Phenol (CAS) Izal (4,03%)

6. 6-OXA-BICYCLO[3.1.0]HEXAN-3-ONE (3,31%)

7. 2-Cyclopenten-1-one, 2-hydroxy-3-methyl- (CAS) Corylon (3,17%)

Dalam dokumen Karakterisasi Partikel Tandan Kosong Sawit (Halaman 62-96)

Dokumen terkait