• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABAK PERTAMA

20 SEPTEM BER 1951

Saja mengutjapkan sjukur alhamdulillah, karena pada malam ini saja dapat menghadiri satu pertemuan dengan pengurus dari Taman Pendidikan Islam jang sudah pernah terdengar namanja oleh kawan2 di Djakarta, akan tetapi belum mengetahui benar2 bagaimanakah usaha dan tindakan dari Taman Pendidikan ini.

Sekarang saja berada ditengah saudara2. Saja rasanja berada kembali pada tangga saja sendiri. Sebab tatkala saja keluar dari bangku peladjaran, maka jang mula2 saja hadapi dalam lapangan pekerdjaan dan perdjuangan, ialah lapangan pendidikan Islam ini.

Adapun jang sedang saudara2 kerdjakan sekarang, bukanlah suatu pekerdjaan jang lekas2 diketahui orang. Bukan suatu pekerdjaan jang saban hari tertulis di-surat2 kabar, bukan pula pekerdjaan jang dianggap orang herois, pekerdjaan pahlawan jang dipudja-pudji setiap hari. Saudara mentjari pekerdjaan djauh dari kota, jakni di-kebun2 onderneming, menanamkan Agama dikalangan buruh2 perkebunan di-gunung2.

Akan tetapi ketahuilah saudara2, bahwa ibarat orang memanah, sasaran saudara sudah tepat pada tampuknja benar, sebab orang sering kali lupa, bahwa potensi dan tenaga dari umat kita, sebenarnja terle- tak diluar kota, didesa, di-tepi2 gunung, di-tengah2 alam raja jang

besar itulah !

Sekarang saudara menghadapi satu masjarakat jang terpisah, jang dinamakan masjarakat kebun, jang mempunjai sipat sendiri, penuh de­ ngan penderitaan poenale-sanctie dan lain2 sisa alam pendjadjahan. Itulah batang terendam jang saudara2 pikul sekarang.

Ini adalah pekerdjaan jang menghendaki kepada meniadakan dirt, meniadakan diri dengan pengertian, membuat sesuatu pekerdjaan hanja karena besarnja kesadaran dan tidak ingin kepada pudji dan pudja. Tjukup saudara2 puas dengan mendapat keredaan Ilahi jang Ia-nja melihat usaha saudara2.

Bolehlah saja disini menjatakan kegembiraan hati dan sjukur saja, karena dapat bertemu dengan teman2 jang meletakkan dasar pi- kirannja bahwa dalam membangun sesuatu umat, dan membangkitkan tenaga umat, dasarnja harus diatur dengan satu falsafah hidup jang tidak didasarkan kepada kebendaan dan materiil. Djikalau sekarang sebaha- gian bangsa kita tenggelam dialam kebendaan jang meradjalela, maka

saudara2 sekarang mentjarikan imbangannja antara kedjajaan djasmani dan kemakmuran batin. Saudara2 sedang melakukan pekerdjaan jang

bersipat merintis dalam alam perdjuangan ini.

Masih banjak orang jang belum mengetahui, apakah jang hendak ditudju oleh Agama Islam kita ini. Orang masih sering berkata: ,,Islam adalah agama, jang tempatnja disurau atau di-langgar2. Orang Islam itu salat, berpuasa sekali setahun, naik hadji, membajar zakat; hanja itu sadjalah jang dinamakan Islam ! Mereka kurang mengerti, bahwa Islam tidak terbatas hanja sampai disitu sadja. Islam tidaklah se-mata2 urusan manusia dengan Tuhan sadja, akan tetapi djuga urusan manusia dengan alam, urusan manusia dengan manusia. Falsafah hidup jang demikian itu, dilupakan kepada keluarga2 jang hanja dihargai menurut titik ke- ringatnja jang keluar waktu bekerdja; keluarga jang dilupakan orang, bahwa dia adalah manusia, bukan mesin; manusia jang hidup dan men­ tjari penghidupan sebagai kita, manusia jang berpikir dan merasa djuga. Saudara2 akan meletakkan pandangan hidup mereka itu lebih dari pada jang biasa, lebih tinggi nilainja. Mereka tidak hanja bekerdja untuk menutup punggung jang tidak bertutup, bukan bekerdja hanja sekedar mengisi perut jang lapar, tetapi sebagai manusia lain2-nja djuga untuk mendapatkan budi pekerti dan pandangan hidup jang lebih ting­

gi. Baik anak2-nja jang saudara2 didik, maupun ibu bapanja jang telah terlandjur dalam masjarakat jang demikian rupa, tetaplah ada tudju- an bahwa mereka harus sedar akan harga dirinja sebagai manusia.

Mereka bekerdja tidak hanja sekedar untuk menutupi keperluan2 djasmani, bukanlah se-mata2 merupakan barang dagangan jang dihargai menurut djam dan dihitung dengan sen, tetapi bekerdja itu bagi mereka, dan bagi kita semua, dapat dilihat sebagai suatu alat untuk mengisi batin, ruhani disamping djasmani, sebagai suatu culturele-functie jang mendjadikan manusia itu lebih dari pada hewan. Djikalau kita sudah me­ ngetahui, bahwa Islam adalah sistem kehidupan, sistem pemetjahan soal hidup jang ada diatas dunia ini, djikalau orang telah merasakan bahwa Islam itu adalah untuk kesempurnaan dunia, untuk kesempurnaan ma­ sjarakat dan dapat memberikan djiwa kepada pelbagai aspek dalam soal2 peri kehidupan, — baik dilapangan pembangunan, baik dilapang­ an politik, maupun dilapangan sosial — , maka nanti lambat laun orang

akan mengerti bahwa Islam adalah suatu ideologi, ja bukan ideologi se-mata2, tetapi djuga adalah suatu falsafah hidup.

adalah saudara2 telah membawa satu risalah, satu missi jang sutji dalam perlumbaan hidup jang begitu menghebat seperti sekarang.

Boleh saudara2 menganggap bahwa perbuatan itu tidak berarti, akan tetapi kalau dilihat dalam hubungan jang lebih luas, saudara2 nanti akan merasakan, bahwa saudara2 adalah pradjurit dari suatu pekerdjaan sutji jang menghendaki kepada meniadakan diri, jang meng- hendaki djiwa jang ichlas dan sutji.

Mudah2-an apa jang telah ditjapai dalam setahun jang telah sudah, tjukup mendapat perhatian dari masjarakat, dari madjikan2 dan djawat- an2 selandjutnja. Saudara2 pandanglah semua pertolongan itu sebagai suatu ni’mat Ilahi jang akan saudara2 pergunakan se-baik2-nja. Djika­

lau saudara2 terus-menerus melakukan tindakan jang demikian itu de­ ngan tidak mengenai tjapek dan tidak mengenai pajah, insja Allah masjarakat akan membantu apa jang saudara2 telah kerdjakan.

Terutama boleh saja njatakan penghormatan saja terhadap saudara2 jang telah rela mendjadi guru di-daerah2 jang demikian itu. Mudah2-an saudara akan tjukup kekuatan terus dalam menghadapi pekerdjaan itu, walaupun keadaan saudara susah-sulit, tidak tjukup se-gala2-nja, dan mungkin saudara2 harus bekerdja lebih keras dari pada biasa.

Saudara2 adalah guru, seorang jang lain dari pada jang lain. Kalau orang bertanja apakah ustaz dan muballigh itu djawabnja, ustaz itu adalah manusia jang biasanja melakukan pekerdjaannja dengan tidak dibajar. Dibajar hanja dengan „lillahi T a’ala”, dibajar dengan utjapan alhamdulillah. Djikalau ustaz atau muballigh itu dizaman jang lalu memanggil orang untuk ber-sama2 mengerdjakan sesuatu pekerdjaan dan memerlukan kepada alat2 dan materiil, sering kali ia diberikan djawaban kata2 jang kata orang lebih baik dari pada sedekah, akan tetapi sjukur masih ada machluk jang demikian, machluk jang melupakan kepentingan dirinja sendiri, tetapi mementingkan apa jang perlu di- bawanja kepada umat dengan rasa penuh tanggung-djawab, dan ia ber- sjukur melihat murid2-nja berguna bagi masjarakat. Lupa ia akan periuk- nja dirumah jang belum berisi. Ia telah merasa menerima ni’mat jang paling besar apabila ia dapat melihat muridnja mendjadi manusia jang berharga dalam masjarakat. Itulah jang dianggapnja upah se-tinggi2-nja!

Akan tetapi djikalau saudara2 telah mengirimkan 43 orang guru dan ustaz ke-daerah2 itu, disamping mendidik mereka itu dengan sipat guru, haruslah djuga dipikirkan agar djangan dibiarkan mereka men­ djadi m alaikat terus-menerus. Mereka adalah manusia jang memerlu­ kan kepada keperluan2 sebagai manusia biasa. Ini adalah soal jang harus kita perhatikan benar2.

3! SU M B A N G A N ISLA M B A G I PER D A M A IA N D U N IA . Pidato d i K arachi, 9 A pril 1952. (D iterdjem ahkan dari bah. ln g g eris).

Assalamu’alaikum w.w.

Sdr. Ketua, sdr2 . se-Agama serta sdr2 . jang hadir, jang hidup di- bawah Sinar-Ilahi, Tuhan Maha Esa dan Maha Kuasa, Al-Chalik dan Pentjipta alam-semesta, jang tiada berbatas kasih dan sajang-Nja, Tuhan bagi semua machluk.

Saja utjapkan sjukur alhamduli’llah kepada Allah s.w.a. jang telah memberikan kesempatan kepada saja untuk mengutjapkan kata didepan rapat chusus dari Lembaga-Pakistan untuk Soal2-Internasional ini. Gi- rang dan bangga saja mendapat keistimewaan begini, tapi saja harapkan pula kemurahan hati dan maaf sdr2., djika andai kata tjeramah saja nantinja tidak sampai kepada harkat jang sewadjarnja, sepadan dengan rapat utama ini.

Sebenarnja tidaklah berani saja ziarah ke Pakistan ini dengan tiada persiapan jang akan diutjapkan sekedarnja. Pertama sekali perlulah saja putuskan atjara manakah selajaknja akan saja utjapkan didepan sdr2 . Alhamduli’llah tidaklah begitu sulit menentukan jang demikian, karena sudah tentu seharusnjalah soal2 jang mengenai Islam. Pakistan adalah N egara Islam. Hal itu pasti, baik oleh kenjataan penduduknja maupun oleh gerak-gerik haluan N egaranja. Dan saja katakan Indonesia djuga adalah Negara Islam, oleh kenjataan bahwa Islam diakui sebagai Agama dan anutan djiwa bangsa Indonesia, meskipun tidak di- sebutkan dalam Konstitusi bahwa Islam itu adalah Agama Negara. Indonesia tidak memisahkan Agama dari Kenegaraan. Dengan tegas, Indonesia menjatakan pertjaja kepada Tuhan Maha Esa djadi tiang- pertama dari Pantjasila, — Kaedah jang Lima — , jang dianut sebagai

dasar ruhani, dasar achlak dan susila oleh Negara dan bangsa Indo­ nesia.

Demikianlah, oleh kedua N egara dan umat kita ini, Islam menda­ pat tempat asasi dalam kehidupannja. Tapi jang demikian tidak berarti bahwa organisasi dan susunan Negara kita adalah theokrasi. Soal theokrasi ini insja Allah akan saja uraikan sekedarnja dibelakang nanti. Inilah jang menggerakkan hati saja untuk menentukan jang tjeramah saja ini bersipat dan bertjorak Islam. Disamping itu perlu pula saja kemuka- kan soal2 internasionai, sebab Lembaga ini bertudjuan memperhati­ kan soal2 jang bersangkut-paut dengan peristiwa bangsa demi bangsa itu.

Berbitjara tentang soal2 internasional ini, pada hemat saja tidaklah ada seorangpun diantara kita jang tidak melihat, bahwa dunia dewasa ini sedang diantjam oleh mara bahaja jang ngeri sekali. Kepada kenjataan dunia jang demikian, adalah amat tepat sekali gambaran jang diberikan Quran, surat Ar-Rum : 41 : ,,T elab bertebaran tjedera dan m alapetaka, didarat dan dilaut, disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. A llah akan menimpakan sebagian dari m alapetaka itu kepada m ereka, dengan sebab perbuatan tangan mereka. A logcf hal itu mendjadikan m ereka kem bali kepada djalan jang benar”.

Dalam zaman jang begini, baiklah kita memperhatikan seruan Wahju Ilahi kepada para Nabi dan Rasul2-Nja, jang seorang diantara- nja adalah Muhammad s.a.w. Muhammad datang membawa pesan Ilahx penghabisan, berupa Al-Quran jang mengandung penegasan dari Kitab2 Sutji jang telah diturunkan terlebih dulu.

Muhammad s.a.w. datang bukanlah untuk menghapuskan Agama dan Kepertjajaan jang berdasarkan Kitab2 Sutji, tapi adalah untuk me- wudjudkan „kemerdekaan-beragama” jang se-benar2-nja. Keadaan ini telah dibuktikan oleh riwajat Negara2 Islam sepandjang abad.

Pada hakikatnja tidaklah ada satupun dalam adjaran dan paham Islam, sesuatu jang menentang akan hukum susila atau inti dari agama manapun djuga. Sebagai halnja dengan agama2 jang terdahulu, dalam kemurniannja jang asli, Islam pun membawa adjaran „Perdamaian” dan „Kemerdekaan”. Untuk memelihara dan mendjaga perdamaian itu. Is­ lam tidak mengemukakan suatu tjara atau aturan jang tertentu, tapi dititik-beratkannja kepada menilik suasana dan keadaan. Beberapa pe- tundjuk diadjarkannja supaja tudjuan dapat ditjapai, antaranja supaja ,,diadjak manusia kepada djalan Tuhan dengan kebidjaksanaan dan

phn-pinan2 jang mengandung hikmah !” (Al-Quran surat An-Nahl : 125) dan bahwa „tidaklah sama jang djelek dengan jang baik, dan jang djelek itu haruslah disingkirkan dengan memperbuat sesuatu jang lebih baik” (AI Quran, surat Ha-Mim As-Sadjdah : 34).

Siapa jang rela berusaha barang sedikit akan menemui Ajat2 Quran dan Hadits2 Nabi jang sangat banjak berkenaan dengan ketentuan jang saja kemukakan itu.

*

Sangat disesalkan, bila dinjatakan oleh umat Islam bahwa mereka suka bekerdjasama dengan bangsa2 lain untuk kepentingan „perdamai- an”, kenjataan menundjukkan penghargaan terhadap tjita dan tudjuan sutji Islam itu tidak dihargai sewadjarnja oleh dunia diluar Islam.

Bah-kan diantara orang2 jang mengaku beragama Islam sendiripun ada jang salah tampa tentang tudjuan dan maksud jang sesungguhnja dari adjaran2 Islam itu. Penindasan jang ber-abad2 dibawah kekuasaan asing, sesudah kedjajaan dan kebesaran dahulunja, telah menjebabkan hantjur- nja rasa harga-diri pada umat Islam itu. Dalam pada itu Dunia Barat jang pernah mengalami kehebatan pedang Islam, masih belumlah melu- pakan sama sekali akan tenaga dan kekuatan jang terpendam dalam Alam Islam itu. Itulah sebabnja maka usaha umat Islam dalam abad ke 19, supaja dapat bangun-kembali dalam suatu Dunia Islam jang Bersatu, — Gerakan Pan-Islam — , ditindjau oleh Dunia Barat dengan penuh tjuriga dan dipandangnja djadi antjaman jang akan membahajakan kedudukan dan kekuasaan mereka di-tanah2 jang mereka kuasai, jaitu di-daerah2 jang menghasilkan bahan2 mentah untuk kemakmuran negeri2 mereka. Tulisan Lothrop Stoddard, dalam „The New World of Islam”, dan „The Rising Tide of Colour”, dan tulisan2 dalam „Encyclopaedia Brittanica” mengenai Pan-Islam itu, melukiskan dengan njata tentang sikap permu- suhan dan pertentangan itu. Sebaliknja, Alam Islam tidaklah berdaja untuk mengemukakan suaranja, menentang tuduhan2 jang tak benar dan tak adil itu.

Tapi, perdjalanan sedjarah menghasilkan djuga kembali kebangun- an Dunia Islam itu setindak demi setindak. Dengan terlambat Dunia Barat melihat, bahwa sebenarnja bukanlah Islam jang merupakan bahaja jang mesti mereka hadapi, dan dewasa ini mereka sedang melakukan ber-matjam2 usaha meminta supaja kita umat Islam sudi kerdjasama dengan mereka untuk memelihara perdamaian dan mendjauhkan bahaja perang dunia ketiga jang akan merupakan malapeta besar untuk kema- nusiaan itu.

Sajang sekali, sampai sekarang perubahan sikap Barat terhadap kita itu adalah mempunjai dasar negatif se-mata2. Perubahan sikap itu adalah pilihan sewadjarnja menurut mereka, dari „dua matjam bahaja” jang ada. Bagi kita, selama belum dapat kenjataan jang pasti tentang sikap mereka ini, selama itu pula kita tetap masih kuatir tentang maksud dan tudjuan jang sebenarnja dari Dunia Barat itu, dan pada tempatnja kita bersikap demikian berdasarkan pengalaman di-masa2 jang lampau. Dengan demikian tidak mungkin dapat diharapkan sukses jang sedjati sebagai hasil dari suatu kerdjasama jang mempunjai dasar lemah itu, jaitu kerdjasama jang selalu diintati dengan rasa tjuriga dan tidak per- tjaja dari masing2 pihak.

Untuk mentjapai kerdjasama jang sungguh2, pertama sekali salah paham dan salah anggapan jang sekarang ini ada di Dunia Barat terha­ dap Islam, haruslah dibongkar lebih dahulu sampai hilang sama sekali.

Dan berkenaan dengan tugas jang akan dilakukan dalam kerdjasama itu, haruslah pula diperhitungkan pandangan dan pertimbangan2 dari pihak kita kaum Muslimin sendiri se-penuh2-nja. Tak mungkin dapat diharap­ kan kita kaum Muslimin akan ikut^-an dan akan siap sedia sadja mela- kukan sesuatu jang diberatkan kepada kita dengan tiada penghargaan sepantasnja terhadap kita. Adjaran Islam dan kedudukan kita sebagai Negara2 Asia, adalah merupakan faktor jang menentukan, jang tak mungkin dapat diabaikan dunia dengan begitu sadja.

Sebab itu adalah kewadjiban penting pula bagi kita, berusaha se- kuat tenaga agar Dunia Barat meninggalkan prasangka dan salah tam- panja itu terhadap kita, salah tampa jang mereka anut dan mereka dja- dikan djadi dasar bagi sikap dan politik mereka menghadapi kita. Ditindjau dari sudut pendirian ini, maka memang amat penting sekali dan harus kita insafi dengan sungguh2 betapa perlunja kita turut meng- ambil bagian se-banjak2-nja dalam usaha jang dilakukan oleh Perseri- katan Bangsa2, guna mewudjudkan perhubungan internasionai jang baik, sehingga betul2 terdjelmalah suatu Organisasi Dunia jang hidup bagi menjelesaikan soal2 pertikaian antara negara dan negara, dengan tiada perlu mempergunakan perang atau kekerasan.

Dalam hal ini tugas kita jang per-tama2, ialah memberikan penerang- an serta pendjelasan berkenaan dengan posisi dan maksud sutji jang se-benar2-nja dari Islam, Agama kita itu.

Baiklah diperhatikan bahwa salah sangka Barat, jang Negara2 Islam seperti Pakistan ini, jang berdasarkan asas2 Agama dan menjatakan Islam sebagai Agama Negaranja, sangka mereka akan tumbuh selandjutnja sebagai „negara-theokrasi”. Jang lebih tidak menguntungkan, adalah karena tidak begitu djelas bagi pihak-sana itu, apakah jang mereka mak­ sud sebenarnja dengan istilah „theokrasi” itu, disamping pendapat-dasar mereka bahwa paham „theokrasi” itu mestilah mereka tolak.

Banjak orang2 Amerika, dan jang saja maksudkan ialah orang2 dari Amerika Serikat, memandang bahwa negara dan rakjat mereka adalah negara dan rakjat Kristen. Mendiang Presiden Franklin Delano Roose­ velt, amat njata ke-Kristenannja dan djarang sekali tidak disebutnja Agama Kristen dalam seruan2-nja kepada bangsa2 didunia selama Perang Dunia jang lalu. Begitu djuga orang lnggeris adalah umat Kristen, de­ ngan suatu Agama Negara dan Radja lnggeris adalah Kepala dan Pelin- dung dari Geredja Anglikan sehingga upatjara geredja dan keagamaan

mengambll tempat jang chusus pada pelbagai peristiwa negara. Demi­ kian pula rakjat Belanda, adalah umat Kristen, jang telah menetapkan

dalam undang--dasarnja bahwa Radja mereka mestilah seorang peng- anut Kristen-Protestan. Semua negara2 ini dan negara2 Kristen Eropah lainnja, bahkan sampai2 kepada Perantjis, jang walaupun tidak njata bersipat agama dalam organisasi-negaranja, adalah selalu siap membe­ rikan tundjangan jang besar terhadap kegiatan missi2 Kristen diluar Eropah, seperti di Asia, Afrika, Australia, serta chusus di-negeri2 dja-

djahan atau separuh-djadjahan mereka.

Sampai abad ke 19 konon, Eropah tel all menantjapkan kekuasaan didjadjahannja dengan perantaraan jang disebut dengan istilah ,,Tiga-M ”, jakni M ercenary, M issionary, M ilitary, — Laba, Geredja dan Tentara. Tapi tidak ada orang jang merasa kuatir terhadap negara2 tersebut bahwa negara2 itu akan mendirikan negara-theokrasi.

Terhadap kita, demi baru sadja kita menjatakan sesudah Kemerde­ kaan kita bahwa Negara kita adalah Negara Islam, dengan lekas orang menjatakan kekuatirannja bahwa kita akan mendjadi „negara-theo- kratis”. Ada jang menganggap bahwa memang sudah dasarnja Negara Islam itu „theokratis”, seperti misalnja anggapan James A. Michener dalam bukunja ,,Voice of Asia” jang meriwajatkan tentang djawaban jang tepat dari Miss Jinnah atas suatu pertanjaan, bahwa „adalah aneh sekali Mr. Jinnah jang bukan orang-agama hendak mendirikan suatu Negara-Theokrasi !” Didjawab oleh Miss Jinnah, jakni saudara pe- rempuan Quaid-i A ’zam : ,,Apakah jang tuan maksud dengan Negara Theokrasi itu ? Negara kami adalah Negara Islam. Itu bukanlah berarti suatu negara-theokratis. Negara kami bukanlah suatu negara jang pemerintahannja didjalankan oleh pendeta atau suatu hirarchi-kepen- detaan. Negara kami adalah suatu negara jang disusun menurut asas2 Islam. Dan dapatlah saja katakan bahwa asas Islam itu adalah asas jang paling baik untuk susunan suatu negara”.

Lebih djauh pendapat jang diriwajatkan oleh penulis itu djuga dalam bukunja tersebut (hal. 312), jaitu keterangan dari Inamullah Khan, Sekretaris, Muktamar Alam Islam : ,,Muktamar akan mendesak supaja Pemerintah dari tiap2 Negara Islam melaksanakan apa jang di- tentukan Nabi, sebagai kewadjiban pemerintah menurut jang dikehen- daki Nabi itu, sehingga timbul suatu sosialisme negara jang berdjiwa Agama dan bersifat Pan-Islam didalam masalah2 duniawi. Muktamar djuga akan mendesak supaja tiap2 Negara Islam menjediakan keperluan2 jang utama bagi kehidupan semua rakjatnja. Dengan demikian, maka tidak perlu ada aliran komunisme didalam Negara2 Islam. P an -Islam

akan merupakan suatu tenaga dunia jang besar, jang bersipat sosialistis, dan memegang djalan-tengah antara komunisme dan kapitalisme”.

Dapatlah dimengerti bahwa jang dimaksud dengan keterangan2 di- atas bukanlah theokratis. Inamullah Khan menerangkan lagi (hal. 310-311) : „M uktam ar kam i adalah gerakan untuk kebangunan-kem - bali. Seruan kam i ialah : „K em balilah kep ad a adjaran N abi M uhammad s.a.w. ! K em balilah k ep ad a Ouran !” Ini berarti bahw a kam i tidak m em ­ punjai hirarchi dalam Islam . Islam bertudjuan m enghapuskan segala m atjam kependetaan dan orang Islatn tidak m em erlukan kependetaan” Dalam Islam ada ahli2 agama jang disebut ulama. Mereka itu ada­ lah guru dari pelbagai tjabang ilmu-agama, tapi mereka bukanlah pen- deta. Mereka tidak diangkat sebagai pendeta dengan upatjara agama oleh pembesar pemerintah atau oleh pembesar agama. Mereka tidak di- perlukan oleh lingkungan masjarakat agama untuk melakukan ibadat kepada Tuhan sebagai seorang pendeta terhadap geredjanja. Mereka tidak lebih hanjalah guru atau imam. Adanja imam sebagai suatu dja- batan resmi, chusus melakukan pekerdjaan itu, tidak ada dalam Islam. Im am itu hanja, suatu djabatan berdasarkan keperluan2 praktis, tidak suatu djabatan resmi.

Lebih njata lagi bahwa tidak ada kependetaan dalam Islam, ialah lantaran dalam Islam tidaklah ada „geredja” dalam arti suatu badan

jang bekerdjasama, tapi berdiri sendiri dan terpisah dari negara.

*

Betapa dalamnja salah-anggapan Barat terhadap suatu bangsa atau negara jang mengakui sutu kepertjajaan keagamaan, jang pada anggap- an mereka tak boleh tidak mestilah suatu negara-theokratis, ternjata

Dokumen terkait