Bab IV Nilai-nilai Moral dan Hubungan Antara Tokoh, Penokohan, Latar,
4. Setia
sabar, (6) rela berkorban, (7) bela negara, (8) hormat kepada orang tua, dan
(9) menjaga kesucian diri. Nilai-nilai tersebut akan dideskripsikan di bawah
ini.
1. Mawas diri
Mawas diri adalah sikap instrospeksi, melihat kekurangan diri atas apa
yang sudah dilakukan (Kamus Jawa-Indonesia, 2006:204). Watak mawas diri
dapat dirunut pada tokoh Rama, Lesmana, dan Sinta.
Watak mawas diri Rama ditunjukkan dengan sikap ia mau melihat
kekurangan diri, selama ini ia hanya memikirkan hidup sebagai pendeta saja
tidak memikirkan kewajiban lain yang juga penting yaitu membela negara
dalam rangka ikut menciptakan perdamaian dunia. Berikut ini kutipannya:
(1) “Rama merasa selama ini hanya memikirkan dirinya sendiri, hidup sebagai
pendeta saja. Ia lupa bahwa ada kewajiban lain yang juga penting yaitu
membela Ayodya untuk menciptakan perdamaian dunia. Ia baru menyadari
bahwa dalam hidup ini segala sesuatu harus berjalan seimbang.” (hlm. 42)
Watak mawas diri Lesmana ditunjukkan dengan sikap ia mau melihat
kekurangan diri, menjalani kehidupan denagn tabah, dan berserah kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini kutipannya:
(2) “Aku ini makhluk ciptaan Dewa, sudah pasti tidak terbebas dari rasa sakit dan
rasa sedih. Semua itu harus dijalani dengan tabah karena Dewa memberi
cobaan tentunya tidak melebihi kemampuanku. (hlm. 60)
Watak mawas diri Sinta ditunjukkan dengan tindakan ia mau melihat
kekurangan diri dan memohon kepada Dewa agar diberi petunjuk untuk
langkah selanjutnya. Berikut ini kutipannya:
(3) “Duh Dewa, kuasa seru sekalian alam, hamba mohon Engkau berkenan
dengan disaksikan bumi, langit, lautan dan seisinya agar hambamu ini diberi
iman yang teguh, dapat mengatasi segala gangguan, dan tetap setia kepada
suami.” (hlm. 218)
Cinta adalah rasa sangat suka, rasa sangat sayang, rasa sangat tertarik
hati antara laki-laki dan perempuan, dan rasa hormat kepada orang tua
(Poerwadarminta, 238). Watak cinta dapat dirunut pada tokoh Rama dan
Sinta.
Watak cinta Rama kepada ayahnya ditunjukkan dengan sikap ia
menuruti perintah ayahnya agar menyerahkan tahta Kerajaan Ayodya kepada
adiknya, Barata, dan pergi ke Hutan Dandaka untuk bertapa. Berikut ini
kutipannya:
(4) “Aku sangat mencintai Kanjeng Rama. Aku akan melaksanakan semua
perintahnya. Aku dapat melihat dunia, dapat mengerti apa yang disebut utara,
timur, selatan, dan barat karena beliau. Dengan senang hati aku akan memasuki
Hutan Dandaka.” (hlm. 30)
Watak cinta Rama kepada Sinta ditunjukkan dengan tindakan Rama
berusaha mencari tanpa kenal lelah agar segera menemukan istrinya yang
diculik oleh Rahwana. Berikut ini kutipannya:
(5) “Apa pun akan kulakukan, asalkan istriku segera kembali ke pangkuanku.” (hlm.
60)
Watak cinta Sinta kepada Rama ditunjukkan dengan sikap dan
tindakan Sinta dengan tabah, berserah, dan berdoa kepada Dewa agar segera
bertemu suaminya. Berikut ini kutipannya:
pertolongan-Mu, kiranya Engkau berkenan, segera pertemukan hamba dengan
suami hamba.” (hlm. 218)
3. Taat
Taat adalah patuh, menurut, menjalankan apa yang diperintahkan oleh
atasan (Poerwadarminta, 1173). Watak ketaatan dapat dirunut pada tokoh Rama,
Kumbakarna, Anggada, Anoman, trijata, dan Marica.
Watak taat Rama kepada ayahnya ditunjukkan dengan tindakan ia mau
menyerahkan tahta Kerajaan Ayodya kepada kepada adiknya, Barata, dengan
pertimbangan ia tidak mau terjadi pertumpahan darah di antara keluarga.
Berikut ini kutipannya:
(7) “Aku memohon restunya agar adikku Barata dijadikan penggantiku
memegang tahta Kerajaan Ayodya. Aku tidak ingin terjadi perang saudara jika
aku yang memegang tahta kerajaan ini.” (hlm. 30)
Watak taat Kumbakarna kepada ayah dan ibunya ditunjukkan dengan
tindakan ia pergi bertapa ke Gunung Gohkarna untuk membekali diri dengan ilmu
kesaktian, menaati perintah orang tuanya. Berikut ini kutipannya:
(8) “Waktu sudah diputuskan bahwa ia harus pergi bertapa, maka ia berangkat
sendirian ke Gunung Gohkarna untuk memenuhi keinginan kedua orang tuanya
tanpa diantar.” (hlm. 149)
melaksanakan perintah junjungannya dan menjadi duta (utusan) pergi ke Kerajaan
Alengka untuk membantu mengusahakan kembalinya Dewi Sinta. Berikut ini
kutipannya:
(9) “Anggada, tugasmu adalah menanyakan sikap yang pasti dari Rahwana, apakah ia ingin damai denganku atau memilih jalan perang. Kalau ia memilih jalan damai maka ia harus segera mengembalikan gustimu Dewi Sinta. Tetapi kalau ia
memilih jalan perang maka kapan pun dan dimana pun akan kulayani. Nah, segera berangkatlah!” (hlm. 223)
Watak taat Anoman kepada Rama ditunjukkan dengan tindakan ia
melaksanakan perintah junjungannya menjadi utusan pergi ke Kerajann Alengka
secara diam-diam untuk menemui Dewi Sinta dan pulang dengan membawa hasil
yang memuaskan. Berikut ini kutipannya:
(10) “Anoman segera melakukan sembah, kemudian melaporkan pelaksanaan tugasnya
dari awal hingga akhir. Pada akhir laporannya, Anoman segera serahkan surat
Dewi Sinta dan tusuk rambut beliau kepada Rama.” (hlm. 160)
Watak taat Trijata kepada Rahwana ditunjukkan dengan tindakan ia
melaksanakan perintah Rahwana untuk merawat Dewi Sinta. Berikut ini
kutipannya:
(11) “Setibanya di Alengka, Sinta segera diserahkan kepada Trijata. Trijata merawat
Sinta dengan penuh kecintaan. Kalau Sinta sedih, Trijatalah yang menghibur dan
membesarkan hatinya.” (hlm. 59)
melaksanakan perintah Rahwana supaya mengecoh Dewi Sinta dengan terlebih
dahulu mengubah diri menjadi seekor kijang kencana. Berikut ini kutipannya:
(12) “Marica segera mengubah diri menjadi seekor kijang kencana untuk menarik
perhatian Dewi Sinta dan segera pergi ke Hutan Dandaka.” (hlm. 53)
4. Setia
Setia adalah tetap dan teguh hati, berpegang teguh pada pendirian
(Poerwadarminta: 1111). Watak setia dapat dirunut pada tokoh Rama, Lesmana,
dan Sinta.
Watak setia Rama kepada Sinta ditunjukkan dengan tindakan ia mau
menuruti kehendak istrinya agar ditangkapkan kijang. Berikut ini kutipannya:
(13)”Rama dengan senang hati menuruti kehendak istrinya. Dikejarnya kijang kencana
itu.” (hlm. 54)
Watak kesetiaan kepada Sinta juga ditunjukkan dengan tindakan Rama
berusaha mencari tanpa kenal lelah agar segera menemukan istrinya yang diculik oleh
Rahwana. Berikut ini kutipannya:
(14)”Apa pun akan kulakukan, asalkan istriku segera kembali ke pangkuanku.” (hlm. 60)
bersedia dengan tulus hati menemani kakaknya untuk pergi meninggalkan istana
dan hidup bertapa di Hutan Dandaka. Berikut ini kutipannya:
(15) “Rama meninggalkan istana hanya diikuti oleh istri dan adik laki-laki yang lahir
dari Dewi Sumitra yang tua ialah Lesmana.” (hlm. 30)
Watak kesetiaan Sinta kepada Rama ditunjukkan dengan tindakan dengan
tulus hati ia menemani suaminya pergi meninggalkan istana dan hidup bertapa di
Hutan Dandaka. Berikut ini kutipannya:
(16) “Sinta ternyata sungguh merupakan wanita utama yang patut menjadi teladan. Ia setia kepada suami. Walaupun sejak kecil ia biasa hidup di istana dan sekarang ini harus hidup sengsara di Hutan Dandaka, sedikit pun tidak pernah goyah hatinya untuk meninggalkan suami atau menyalahkan suami.” (hlm. 31)
Watak kesetiaan Sinta kepada Rama juga ditunjukkan dengan tindakan
Sinta tidak mau menuruti nafsu Rahwana yang terus merayunya agar mau
menjadi istrinya. Berikut ini kutipannya:
(17) “Hei, Rahwana, beranimu hanya sebagai pencuri istri orang. Sungguh, itu bukan
watak kesatria. Tak sudi aku jadi istrimu! Lebih baik aku mati!” (hlm. 213)