• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap pemimpin memiliki tipe dan keunikannya masing-mas-

Dalam dokumen BAB II DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN (Halaman 31-36)

ing, tetapi harus tetap meme-

gang prinsip kepemimpinan yang

bermanfaat bagi semua orang

model peningkatan kerja dan mengelola segala sumber daya. Sasaran akhir dari hubungan kepemimpinan dengan mana- jemen adalah tercipta efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga keuntungan dalam suatu organisasi itu menjadi lebih besar dan berhasil.

Pada hakikatnya, seorang pemimpin berfungsi sebagai

planning, organizing, actuating, dan controling atas sebuah

organisasi. Fungsi inilah yang disebut manajemen. Akan tetapi, kepemimpinan mempunyai pengertian yang agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan di antara kedua konsep pemikiran ini terletak pada istilah organisasi.

Kepemimpinan dapat terjadi setiap saat di mana berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tertentu. Untuk melancarkan pengaruhnya ini biasanya menggunakan berbagai tipe kepemimpinan agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin itu atau kelompoknya. Kemungkinan tujuan yang telah dicapai bisa sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi. Dalam kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama organisasi, tanpa harus diikat oleh birokrasi dan tanpa dibatasi oleh jalur komunikasi struktural. Pemimpin memiliki wewenang untuk membuat kebijakan dan

keputusan kendati melanggar fungsi-fungsi manajemen pada umumnya.

Sementara kepemimpinan yang dibatasai oleh aturan- aturan birokrasi, adanya berbagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, maka kepemimpinan masuk dalam kategori manajemen. Pada situasi ini seorang manajer dapat saja berperilaku sebagai seorang pemimpin karena mengikuti prosedur-prosedur sebagaimana ilmu manajemen mengharapkannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin belum tentu menyandang jabatan manajer, tetapi seorang manajer pasti adalah seorang pemimpin di organisasi tersebut.

Untuk mengetahui lebih lanjut hubungan kepemimpinan dengan manajemen, maka terlebih dahulu mempelajari pengertian manajemen. Dalam uraian Hasibuan mengemukakan pengertian manajemen dari beberapa para ahli, antara lain:

1. Manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk mencapai tujuan yang dinginkan (Johan D. Millet).

2. Manajemen adalah fungsi dari pada setiap pimpinan eksekutif (Ralph C. Davis).

3. Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahakan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi/administrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ordway Tead).

4. Manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan planning, organizing, actuating dan controlling dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha

mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula (G.R. Terry).

5. Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat. (Johan F. Mee).

Dengan demikian, pengertian manajemen di atas bermuara pada pencapaian tujuan tertentu dari suatu organisasi atau perusahaan. Pada umumnya, tujuan dari sebuah organisasi adalah untuk meraih hasil yang maksimal dengan modal atau sumberdaya yang sedikit. Tentu masih banyak lagi pengertian manajemen yang berkaitan dengan fungsi kepemimpinan. Untuk mencapai hasil yang maksimal ini maka diperlukan planning, organizing, actuating, dan

controling secara berkelanjutan dari setiap pemimpin. K. Kendala-Kendala Dalam Memimpin

Sejak era reformasi tahun 1998, pemimpin bangsa Indonesia mengalami beberapa kali pergantian. Kepemimpinan ini dimulai dari Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Pada saat ini Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang memimpin bangsa ini sampai tahun 2019. Pada dasarnya, setiap presiden pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Ada sebagian anggota masyarakat yang merasa puas, tetapi ada juga yang merasa masih jauh dari harapan masyarakat selama kepemimpinan mereka. Ada beberapa alasan masyarakat yang menilai belum merasa puas terhadap pemimpin selama ini, yaitu:

1. Kurangnya integritas sebagai pemimpin nasional. Pemimpin yang berintegritas berarti memiliki sikap yang jujur dan melayani, sehingga tercipta keharmonisan dengan rakyat yang berdasarkan pertimbangan “rasional transformatif” bukan “emosional transaksional”. Pada dasarnya, pemimpin yang berintegritas memiliki karakter manajer, pemimpin, dan negarawan.

2. Kurang melepaskan diri dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Reformasi yang bergulir sampai saat ini telah melahirkan UU No 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tetapi pada tataran empirik ternyata tindakan korupsi semakin meningkat. Para pejabat negara terlibat korupsi seperti menteri, gubernur, walikota, bupati, anggota DPR-DPRD, dan sebagainya. Secara akademik mereka memiliki tingkat intelektual yang tinggi, tetapi “bodoh” dalam penerapan disiplin ilmu sehingga bertindak korupsi. Para pejabat negara ini seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat untuk tertib hukum dan tertib sosial.

3. Kurang memahami moral dan etika kepemimpinan. Tingkat pendidikan seseorang belum tentu memiliki etika dan moral yang baik. Warga negara Indonesia sebelum merdeka memiliki etika dan moral yang baik, walaupun tidak memiliki pendidikan yang memadai. Krisis yang dihadapi saat ini adalah kemerosotan moral dan etika para pemimpin.

4. Kurang memahami esensi plural. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, etnis, bahasa daerah, agama, budaya, dan sebagainya, justru tidak dilihat

sebagai sebuah kekayaan dan keunikan bangsa ini. Setiap pemimpin dari pusat sampai desa harus memiliki prinsip pluralisme selama kepemimpinannya. Tidak ada dominasi mayoritas terhadap minoritas serta tidak mengenal adanya tirani minoritas. Pluralisme adalah sikap keterbukaan sebagai suatu kerangka interaksi sosial, menampilkan rasa hormat, dan toleran satu sama lain.

5. Mengutamakan kepentingan partainya daripada aspirasi rakyat. Keberadaan partai politik bukan lagi bertujuan sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, tetapi untuk berkuasa serta menambah pundi-pundi partai dan kepentingan pribadinya. Semakin banyak partai politik, maka semakin terbuka lebar perpecahan di masyarakat. Dengan demikian, setiap orang yang hendak menjadi pemimpin terlebih dahulu mengetahui dasar-dasar kepemimpinan secara benar. Kunci keberhasilan seorang pemimpin terletak pada penerapan konsep, tipe, karakteristik, relasi yang harmonis dengan anggotanya. Semakin harmonis pemimpin dengan anggotanya, maka pasti mendapatkan hasil yang maksimal selama kepemimpinannya. Harus diakui bahwa banyak kendala yang dihadapi oleh setiap pemimpin selama kepemimpinannya, namun dia tetap harus arif dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.

Dalam dokumen BAB II DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN (Halaman 31-36)

Dokumen terkait