• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. TAFSIR PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG

F. Setting/ Latar

2. Setting Pengisahan

a. Latar Tempat

1) Jalan yang menghubungkan Yerusalem ke Yerikho (ay.30)

Yerusalem berada di atas sedangkan Yerikho berada dibawah. Yerusalem merupakan tempat Bait Allah berada. Imam dan Lewi bekerja di Bait Allah. Sedangkan kemungkinan besar Yerikho merupakan tempat tinggal Imam dan Lewi. Yerikho terletak kira-kira sejauh 27 Km dari Yerusalem di lembah sungai Yordan (lampiran 1, hal 1).

Jika dikatakan bahwa jalan turun dari Yerusalem ke Yerikho memperlihatkan bahwa Imam dan Lewi baru saja menunaikan tugasnya di Bait Allah yang berada di atas. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya yang berada di bawah. Jalan ini mempunyai karakteristik padang gurun dan bukit-bukit terjal. Jalan ini menurun kurang lebih sampai 1000 meter dan melalui gurun sunyi dan banyak jurang-jurang yang dalam, yang disebut gurun Juda. Sedikit orang mau lewat padang gurun panas serta berbahaya. Jalanan sepi ini berbahaya bukan saja dari karakteristik gurun yang banyak jurang namun juga ada perampok yang siap menghadang (Frans Mussner, 1969:41).

Seberang jalan merupakan jalan pilihan Imam dan Lewi setelah melihat ada orang yang disamun. Seberang jalan menunjukkan bahwa Imam dan Lewi menghidari sejauh mungkin orang yang disamun. Seberang jalan menujukan mereka tidak berniat menolong orang yang yang membutuhkan pertolongan.

3) Penginapan (ay. 35)

Penginapan adalah tempat yang disewakan bagi orang yang tidak bertempat tinggal di daerah itu. Sudah hal yang lazim pada waktu itu adanya tempat yang disewakan bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal di daerah tersebut. Sewaktu Yesus akan lahir pun Maria dan Yoseph mencari penginapan namun tidak mendapat (Luk 2:6).

b. Latar Waktu

1) Pada keesokan harinya (ay.35)

Keterangan waktu “Pada keesokan harinya” menandakan bahwa orang Samaria tinggal sehari bersama orang disamun itu. Waktu sehari ini tidak diperinci secara jelas apa saja yang dilakukan olah orang Samaria terhadap orang yang disamun. Yang mau ditekankan bukanlah apa yang dilakukan oleh orang Samaria terhadap orang yang disamun dalam waktu sehati tinggal bersama orang yang disaman, namun narator menekankan bahwa sehari merupakan waktu yang lama untuk merawat orang yang tidak dikenal bahkan musuhnya sendiri.

2) Akan kembali (ay.35)

Akan kembali adalah janji yang diberikan orang Samaria kepada pemilik penginapan untuk merawat orang yang disamun dengan baik dan akan melunasi

keperluan yang dipakai oleh orang yang disamun. Ia masih menunjukkan rasa tanggungjawab kepada orang yang disamun itu, walaupun ia sendiri tidak mempunyai kerterikatan dengan orang yang disamun.

c. Latar sosial kisah

1) Kelompok sosial dalam masyarakat Yahudi

Bangsa Yahudi dari segi politis pada masa Perjanjian Baru bernaung pada penguasan Roma. Herodes Agung yang bukan orang Yahudi murni diangkat oleh Roma menjadi raja seluruh negeri Palestina. Yesus dilahirkan pada masa pemerintahan Herodes Agung. Setelah Herodes mati kerajaannya dibagi tiga untuk anak-anaknya. Arkhelaos di Yudea, Samaria, dan Idumea. Herodes Antipas di Galelia dan Parea dan Filipus mendapat daerah utama dan timur. Akan tetapi karena Arkhelaos dan Antipas bertengkar maka banyak muncul huru-hara. Pada akhirnya Arkhelaos dipecat dan di buang ke Galia. Daerah yang selama ini menjadi kekuasa Arkhelaos dipegang langsung oleh pemerintah Roma. Meskipun Roma menguasai secara politik, orang Yahudi tetap merasa diri suatu bangsa sendiri. Ikatan kebudayaan dan agama semakin penting.

Dari segi ekonomi pada umumnya bangsa Roma cukup toleran kepada bangsa-bangsa bawahannya dalam mengurus perkaranya sendiri selama mereka tidak memberontak. Sedangkan penguasa daerah memberikan tekanan kepada rakyatnya untuk membayar lebih demi tercukupinya kebutuhannya yang mewah, juga demi membayar penjajah. Penguasa daerah melakukan pemerasan kepada Rakyat supaya penjajah menjamin kelangsungan. Pajak yang harus dibayar rakyat rangkap dua bahkan tiga yaitu membayar untuk urusan agama, penguasa setempat

dan kepada penjajah. Pajak ditarik oleh penguasa setempat melalui pegawai pajak atau yang disebut pemungut cukai. Pegawai pajak yang mengurusi pajak sering kali nakal dan korup sehingga rakyat diminta untuk membayar lebih. Sedangkan kesadaran politis rakyat sangat kurang, sehingga mereka yang terpaksa terhimpit keadaan ada yang memilih menjadi suatu grombolan perampok atau penyamun.

Dari segi kebangsaan penduduk pribumi di jaman perjanjian baru ada dua macam yaitu orang Samaria dan orang Yahudi. Di zaman perjanjian baru orang-orang Samaria dan orang-orang-orang-orang Yahudi saling bermusuhan. Orang Yahudi mendiami dua daerah yaitu Yudea dengan Galelia yang terpisah oleh wilayah orang Samaria. Disamping mereka ada cukup banyak orang asing dan beragama kafir.

Samaria terletak disebelah utara kota Yerusalem. Kira-kira 700 tahun sebelum Yesus, orang-orang Asyur, menyerang daerah Israel utara. Orang-orang Asyur menawan orang-orang Israel dan menjadikan mereka budak di negeri mereka. Selama masa pembuangan orang-orang di Samaria hidup bercampur dan kawin dengan orang Asyur (Bili Kii, 1993:55). Ketika orang-orang Yahudi kembali dari pembuangan, mereka menjadi sangat marah ternyata orang-orang Samaria itu sudah tidak setia lagi. Orang Samaria pun dikucilkan dan dibuang dari lingkungan ibadat di Bait Allah di Yerusalem. Selain itu juga perlakuan kasar secara fisik dan kata-kata yang pedas serta caci maki, yang berlangsung tiada henti-hentinya (Franz Mussner, 1969:43).

Dari segi sosial religius masyarakat Yahudi dibagi dengan beberapa kelompok seperti petugas bait Allah. Pertugas bait Allah masih dibagi menjadi

dua yaitu pada Imam dan orang Lewi. Para Imam adalah orang yang bertugas untuk menyelenggarakan ibadat korban. Lewi yang membantu dalam bait Allah yang melayani para imam di Bait Allah.

2) Latar sosial orang Samaria

Lukas mengangkat Samaria lima kali dalam pewartaannya: pertama, mengenai orang Samaria yang baik hati; kedua, mengenai seorang Samaria yang bersyukur (Luk 17:11-19); ketiga, keinginan Yesus untuk berkunjung ke desa Samaria (Luk 9:51-56); keempat, perintah bersaksi ke Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8); kelima, Filipus memberitakan Injil ke Samaria (Kis 8:8). Pengangkatan Samaria dalam pewartaan Lukas menegaskan bahwa keselamatan untuk semua orang bukan hanya orang Yahudi saja.

Dalam masyarakat Yahudi ada diskriminasi rasial atau kasta. Yang dianggap orang Israel adalah keturunan Abraham asli. Mereka yang keturunan asli dapat memperoleh hak-hak yang berasal dari jasa Abraham atau mendapat bagian dalam penyelamatan Mesias. Pada Tahun 721 sebelum Masehi, kota dan daerah Samaria ditaklukkan oleh bangsa Asyur (2 Raj 17:6). Orang Samaria dibuang, sedangkan tempat mereka semua ditinggali oleh bangsa-bangsa lain. Lama kelamaan di tempat ini terjadinya kawin campur Israel-Asyur. Mereka bukan lagi asli keturunan Abraham. Oleh sebab itu mereka dibenci dan dikucilkan oleh orang Yahudi. Dalam agama juga mereka berbeda dengan orang Yahudi. Orang Samaria tidak berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, akan tetapi mereka mempunyai tempat perziarahan sendiri di Gunung Gerizim. Mereka berpegang pada Taurat Musa akan tetapi kitab lain tidak diakui.

Dokumen terkait