• Tidak ada hasil yang ditemukan

SHUQ\DWDDQ SHQGDSDW

Dalam dokumen Buku Pegangan Siswa Bahasa Indonesia SMA (Halaman 195-200)

Mewujudkan Teks dalam Genre Makro

SHUQ\DWDDQ SHQGDSDW

186 Kelas XII Semester 2 186 186 186 186 7HNV 6WUXNWXUWHNV 0HPEHQDKL6LVWHP7UDQVSRUWDVL -DERGHWDEHN -XGXO

Secara ringkas, ketiga laporan tebal itu berisi: pertama, sistem transportasi di Jabodetabek sudah jauh tertinggal, sementara masalah dan tantangannya semakin kompleks untuk ditangani. Survei pada 2010 mencatat total penumpang perjalanan sudah mencapai kurang-lebih 73 juta, yang terdiri atas 58 juta motorized person trips dan 15 juta non –motorized modes. Angka itu diperkirakan mencapai 81 juta pada 2020. Penanganan yang harus dilakukan tidak hanya pada pengembangan sistem transportasi, tapi juga terkait dengan master plan perkotaan (RTRW) di Jabodetabek. Isi Eksposisi Anggota/ aspek yang dilaporkan argumentasi

Kedua, penanganan transportasi harus terintegrasi dan komprehensif. Kita tidak punya kemewahan lagi untuk memilih. Semua harus dibangun secara bersamaan. Jabodetabek semakin terintegrasi sehingga penanganan sistem transportasi tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah DKI Jakarta tapi juga melibatkan pemerintah daerah di sekitarnya.

…………

Ketiga, ruang untuk policy mistake sangat terbatas, sehingga kebijakan publik yang menjawab persoalan masalah transportasi harus terdesain dengan baik dan dapat menjawab persoalan dengan tepat. Pengalaman Singapura seperti yang digambarkan dalam bab III buku BEPD, dapat kita jadikan pelajaran penting.

Bahasa Indonesia 187187187187187 Dengan kesimpulan itu, ribut-ribut

tentang perlu-tidaknya membangun enam ruas jalan tol di dalam kota, mass rapid transit (MRT), dan sistem monorel menjadi tidak relevan. Yang lebih relevan adalah bagaimana segera mewujudkan proyek-proyek tersebut dan melengkapi dengan sejumlah daftar panjang proyek dan program kelembagaan yang harus segera dibangun berdasarkan master plan JUTPI. Tidak perlu studi tambahan lagi karena puluhan studi serupa telah dilakukan dan kesimpulannya tidak banyak berbeda.

Isi Eksposisi

Anggota/ aspek yang

dilaporkan

Kompleksnya permasalahan transportasi di Jakarta tidak lepas dari sistem insentif yang salah— kebijakan yang berlaku sekarang ini—yang telah menimbulkan UHVSRQV\DQJWLGDNH¿VLHQEDLNGDUL sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, misalnya, harga bahan bakar minyak dengan subsidi yang sangat besar telah menimbulkan bias kepada sistem angkutan pribadi—baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Akibatnya, jumlah kendaraan roda empat meningkat dua kali dari hanya 1 juta pada 2000 menjadi 2 juta pada 2010.

Argumentasi

Peningkatan lebih dramatis terjadi pada sepeda motor, yang meningkat hampir lima kali lipat dalam periode yang sama, dari 1,6 juta (2000) menjadi 7,5 juta (2010). BBM bersubsidi menyebabkan ongkos perjalanan kendaraan pribadi menjadi

188 Kelas XII Semester 2 188 188 188 188 7HNV 6WUXNWXUWHNV 0HPEHQDKL6LVWHP7UDQVSRUWDVL -DERGHWDEHN -XGXO

terdistorsi, yang kemudian me-nimbulkan perjalanan yang tidak H¿VLHQ &RQWRKQ\D PDKDVLVZD VD\D di Fakultas Ekonomi Universitas In-donesia menggunakan mobil sendiri walaupun kakaknya kuliah di Fakul-tas Teknik UI.

Isi Eksposisi Argumentasi Distorsi juga terlihat dari proporsi

penggunaan kereta api oleh penduduk Jakarta. Survei JUTPI menunjukkan hanya 0,3 persen penumpang Jakarta yang menggunakan kereta api. Bandingkan dengan penumpang dari Depok-Bogor yang 13 persen, Tangerang 5 persen, Bekasi 3 persen. Sekitar 60 persen penduduk Jakarta menggunakan sepeda motor, sisanya menggunakan kendaraan roda empat 24 persen dan bus 22 persen.

Survei juga menunjukkan penurunan penggunaan kendaraan bus di antara komuter di Jabodetabek. Pada 2002, sebanyak 38 persen komuter menggunakan bus, pada 2010 turun menjadi hanya 13 persen. Penurunan ini dikompensasikan demgam

kenaikan angka penggunaan sepeda motor sebesar 21 persen pada 2002 menjadi 48,7 persen pada 2010. Penurunan ini, selain disebabkan oleh distorsi harga relatif antarmoda transportasi yang diceritakan di atas, lantaran tarif kendaraan umum terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan pemilik kendaraan

Bahasa Indonesia 189189189189189 umum memelihara dan

memod-ernisasi kendaraan; pasokan efektif kendaraan umum turun karena bus mogok atau suku cadang dikanibal untuk digunakan di kendaraan lain yang masih bisa jalan; serta kualitas pelayanan memburuk, penumpang mensubtitusi moda transportasi. Im-plikasi lanjutannya lebih buruk lagi. Jumlah penumpang per kendaraan pun menurun dan membuat bisnis angkutan kota menjadi semakin tidak menarik.

Isi Eksposisi Argumentasi Perubahan sistem intensif menjadi

syarat (necessary condition) dalam menyelesaikan masalah transportasi. Kita harus membuat biaya perjalanan dengan kendaraan pribadi, termasuk sepeda motor, menjadi lebih mahal dengan mencabut subsidi BBM. Hal ini semakin dibutuhkan mengingat kita perlu menaikkan tarif kendaraan umum agar pemilik angkutan umum dapat memelihara kendaraannya sehingga layak ditumpangi.

Pemetaan dan proyeksi komuter di Jabodetabek menunjukkan bahwa modernisasi dan pengembangan kendaraan umum harus menjadi prioritas. Master Plan Sistem Transportasi Jakarta 2030 menunjukkan perkiraan respons sisi penawaran yang optimistis pun belum mampu mengatasi tambahan permintaan. Perkiraan optimistis ini mengasumsikan akan ada lima MRT line, termasuk jalur Lebak Bulus-Kampung Bandan, plus beroperasinya secara efektif kereta lingkar Jakarta dan monorel.

190 Kelas XII Semester 2 190 190 190 190 7HNV 6WUXNWXUWHNV 0HPEHQDKL6LVWHP7UDQVSRUWDVL -DERGHWDEHN -XGXO

Dengan tambahan busway dan modernisasi kendaraan umum, diharapkan porsi penumpang yang dapat ditampung dengan bus dan kereta terhadap total penduduk Jabodetabek bisa ditingkatkan menjadi dua kali dari 17,2 persen (2010) menjadi 36,2 persen pada 2020 dan 2030. Kebutuhan yang mendesak ini membuat pelaksanaan pembangunan MRT tahap pertama tak boleh ditunda lagi. Semakin lama kita menunda, oportunity costs dari penundaan ini bisa melebihi dugaan perbedaan ongkos pembangunan MRT yang dianggap mahal. Di samping menambah jalur rel kereta api dan busway, perlu penataan sistem trayek serta perubahan sistem kelembagaan dalam angkutan bus. Perubahan sistem kelembagaan ini juga tidak mudah dan pasti memakan banyak energi.

Isi Eksposisi

Penegasan ulang pendapat

Dengan tambahan busway dan modernisasi kendaraan umum, diharapkan porsi penumpang yang dapat ditampung dengan bus dan kereta terhadap total penduduk Jabodetabek bisa ditingkatkan menjadi dua kali dari 17,2 persen (2010) menjadi 36,2 persen pada 2020 dan 2030.

Dalam dokumen Buku Pegangan Siswa Bahasa Indonesia SMA (Halaman 195-200)