• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shalat Khusyu

Ada 7 hikmah dari sholat yang khusyu': 1. Manajemen waktu (Disiplin waktu)

6. Siap dalam segala situasi

Berdiri, ruku, sujud. Ketika berdiri akal lebih tinggi dari hati. Bagaimana saatnya mengolah akal kita. Suatu saat sedang ruku keseimbangan antara qolbu dengan akal, begitupun ketika sujud, akal harus tunduk kepada qolbu kita. Tidak takabur si akal dengan kecerdasannya. Tawadlu dengan qolbu subhanallah.

Keseimbangan antara hati, ada saatnya akal benar-benar kita peras sedemikian rupa sebagian kerja kita dan fisik kita ikut. Cobalah kita lihat bagaimana hidup ini ada saatnya diatas, di tengah, dibawah, berulang. Kita nikmati sebagai bagian episode hidup kita.

Tidak usah heran sekarang mudah, besok sulit. Adakalanya akal kita begitu sulit memecahkan, hati kita yang dominan. Keseimbangan inilah yang dibutuhkan, tindakan yang selalu proporsional dalam gerak gerik kita. Tawadlu adalah kunci sukses, jauh dari ketakaburan walaupun telapak kaki kita sama dengan kening kita.

7. Salam

Sholat ditutup dengan salam. Dengan salam kita memberikan jaminan pada orang-orang disekitar kita. Bahwa kita berharap keselamatan. Dan saya bukan biang kezaliman bagi siapapun dan saya tidak akan merugikan siapapun.

Artinya seorang yang sholatnya khusyu dia akan menjaga tindak tanduknya. Agar orang lain merasa aman tidak teraniaya, oleh apapun yang dia miliki, dia lakukan. Seorang yang benar-benar ahli sholat yang khusyu, akhlaknya akan bebas dari kezaliman terhadap siapa pun. Sholat yang khusyu adalah sholat yang

sangatproduktif dengan kebaikan.

Orang yang khusyu dalam sholatnya, ibadah komunikasinya nikmat tentram ketika dalam sholat dan tentram pula dalam aktivitas sehari-hari. Karena ia sangat berprestasi, disiplin waktunya, manajemen waktu yang optimal, dengan niat yang selalu lurus dan bersih sehingga tidak goyah oleh imbalan pujian makhluk-makhluk pribadi yang selalu menjaga kebersihan lahir batin, hartanya juga.

Pribadi yang selalu tertib bersikap apapun teratur sehingga efektif dan efisien tindakannya. Pribadi yang benar-benar tumaninah menjalankan setiap tugasnya hadir dengan kemantapan pribadi ketentraman jiwa, kesungguhan, keseriusan.

Pribadi yang benar-benar siap menyikapi setiap episode dengan baik dan penuh ketawadluan. Dan pribadi yang merupakan jaminan tidak akan memberikan kerugian, kezaliman bagi siapapun juga.

Mudah-mudahan dengan hikmah sholat seperti ini maka Allah menghimpun kesuksesan duniawi, harta, kedudukan, persahabatan yang merupakan bagian dari rasa aman yang Allah berikan kepada makhluknya. Wallahu'alam

Solusi

Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Barangsiapa yang menyelesaikan suatu urusan, maka dia yang akan mengaturnya". Setelah direnungkan, ternyata benar adanya walaupun tak seratus persen kebenarannya. Tahun 1945, diakhir Perang Dunia ke-2 Jepang di bom atom oleh Sekutu, setelah sebelumnya hampir tige setengah tahun menjajah negeri kita, dan di tahun yang sama negara kita menyatakan diri sebagai negara merdeka. Kini, telah 56 tahun berlalu, kita saksikan para remaja kita sudah biasa mengendarai mobil dan wara-wiri menggenggam handphone. Bedanya, bangsa kita baru dalam tahap memakai sedangkan orang Jepang sudah menjadi ahli dalam membuat handphone atau mobil serta menguasai dunia dengan

produk-produknya. Sungguh mengherankan. Waktunya sama, dan bahkan sumber daya alam kita jauh lebih melimpah. Semua ini patut kita renungkan dalam-dalam, terutama kita sebagai umat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini.

Mungkin kita dengan mudah dan ringan akan mengatakan, apalah artinya semua itu jikalau mereka kafirin, mereka itu hina, calon ahli neraka. Itu kata-kata standar yang sering kita lontarkan untuk menunjukkan keutamaan kita selaku umat Islam. Namun, apakah tindakan tersebut menyelesaikan masalah? Seorang Psikolog menyatakan bahwa kebiasaan mencela dan menghina orang lain adalah salah satu pencerminan dari rasa minder karena tak sanggup menandingi sehingga kompensasinya adalah mencaci.

Lebih dari itu, ternyata mau tidak mau kita harus menggunakan banyak produk kaum yang kita hina, bahkan aktifis kekhalifahan, dakwah, dan sebagian kegiatan ibadah kita nyaris kurang efektif tanpa didukung sarana buatan mereka. Dana kita tersedot tanpa berdaya untuk mencegahnya karena memang kita

membutuhkannya. Mereka banyak mengatur kehidupan duniawi kita karena mereka terus menemukan solusi untuk kebutuhan hidup di zaman peradaban kini, mulai dari peringkat sandang, papan, teknologi transportasi, keamanan, dan berbagai macam lainnya yang tidak bisa dipungkiri mamfaatnya.

Jikalau kita melihat posisi umat dalam mengatur negeri ini teramat kurang, maka pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah solusi apa yang bisa jelas-jelas kita berikan dan terbukti dirasakan mamfaatnya oleh masyarakat. Selain menjanjikan keselamatan akhirat untuk yang beriman dan beramal shalih, selain dongkol, marah, melecehkan, mencaci mereka yang kita anggap tidak Islami, jangan-jangan energi, pikiran, dan waktu produktif kita terbuang habis oleh kebiasaan mencaci dan mengumbar kebencian. Dan semua itu bersifat reaktif tanpa strategi yang jitu.

Kita benci dengan acara TV, lagu-lagu, film, sinetron, iklan, dan lain-lain yang berbau maksiat. Namun, solusi riil yang kita lakukan yang membuat umat terutama saudara kita yang awam terpuaskan dahaga hiburannya dengan nilai yang mulia. Selain berdakwah kepada mereka, pernahkah kita berupaya membuat film, sinetron, atau lagu bermutu, lalu membuat sarananya berupa radio, TV, atau PH (Production House, red) yang dikelola secara profesional yang sanggup bertarung dalam kompetisi nyata. Atau minimal, pernahkah kita mendukung orang atau organisai yang berupaya memberi solusi denganm dukungan moral atau material.

Kita sangat tidak suka dengan adanya kemaksiatan, diskotik, panti pijat yang penuh kemaksiatan, perjudian, atau aneka jenis bentuk kemaksiatan lainnya yang ada disekitar kita. Akan tetapi, pernahkah kita berupaya mendakwahi mereka secara bijak, sistematis, dan sungguh-sungguh untuk membatu mereka menemukan arti hidup, menyadarkannya, lalu berupaya mencarikan alternatif lapangan pekerjaan, atau lahan untuk mencari nafkah yang halal atau baru? Bukan malah menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang harus diberantas dan dihancurkan.

Bisa saja kita mengatakan, urusan lapangan kerja adalah urusan pemerintah, bukan urusan kita, justru bisa jadi, alasan itulah yang bisa membuat kita tak melangkah jauh untuk mencari solusi. Bisa jadi, bahasan di atas terlalu besar untuk ukuran kita. Marilah kita lihat solusi yang bisa kita berikan terhadap lingkungan terdekat kita. Jika kita di dalam keluarga, jadilah solusi jangan jadi benalu. Kita harus terlatih menjadi bagian dari penyelesai masalah, bukan penambah masalah.

Begitu pun dengan masyarakat sekitar, dengan rajinnya para remaja masjid membersihkan lingkungannya, menjaga keamanan, menjadi tim pemadam kebakaran, membuat lahan wirausaha yang nyata, bersikap sopan santun yang menyenangkan, rajin, serta aktifnya dalam hiburan dan olahraga dengan memberi suri tauladan akhlak serta nilai-nilai Islami, penggalangan dana dengan profesional dan pemberian modal bergulir, terlibat dengan pembangunan rumah tetangga yang fakir dan tindakan realistis lainnya yang menjadi solusi. Insya Allah remaja masjid tersebut akan disegani, dihormati, dan diakui keberadaannya. Kalau sudah seperti ini, Insya Allah pendapat, saran, dan dakwahnya akan sangat didengar sehingga bisa menentukan kebijakan di lingkungannya.

Tampaknya, jikalau umat Islam berpikir sangat keras dan mengerahkan segala daya upaya untuk menjadi solusi nyata dalam level manapun yang sesuai dengan kesanggupan maksimalnya masing-masing, akan jauh lebih dirasakan kehebatan Islam, kesuksesan Islam, dan akan menumbuhkan keyakinan bahwa Islam memang solusi. Solusi yang memang selalu dicari dan dirindukan.

Begitupun seluruh rakyat dan negara ini akan sangat merindukan Islam apabila memang kita bisa

memberikan solusi yang bisa dibuktikan dan dirasakan mamfaatnya secara nyata. Tentu saja akhirnya akan bisa menimbulkan kepercayaan terhadap kebenaran Islam dan mengikuti serta membelanya. Sebagaimana Allah berfirman, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al A'raf : 96).

Saudara-saudaraku, marilah kita hemat energi kita dari tindakan apapun yang akan menguras kemampuan kita. Sehebat apapun janji yang kita ucapkan, tetap saja, masyarakat menanti bukti bahwa Islam benar-benar solusi bagi bangsa kita ini.

Ada baiknya kita melirik diri kita kembali, apakah diri kita ini bagian dari penyelesai masalah, atau diri kitalah yang bermasalah, atau justru diri kitalah penambah masalah?***

Tawadhu

Alangkah beruntungnya orang-orang yang tidak disiksa oleh rindu dipuji orang lain, karena jika kita rindu dipuji orang lain kalau untuk urusan duniawi hukumnya mubah tapi kalau untuk urusan amal ibadah maka akan sirnalah amal ibadah kita.

Hikam:

Hai orang-orang beriman janganlah kamu batalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yang membelanjakan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. perumpamaan mereka seperti batu yang licin yang diatasnya tanah lalu hujan lebat menimpanya maka ia menjadi bersih. Mereka tidak memperoleh apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu tetapi melihat niat dan keikhlasan didalam hatimu." Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya yang paling kutakuti atas kamu sekalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya: "Apa syirik kecil itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Syirik yang kecil itu adalah riya."

Riya dapat menghanguskan amal ibadah kita, karena suatu amal ibadah yang seharusnya ingin mendapatkan keridhoan Allah, berubah menjadi ingin mendapatkan nilai dan pujian dari orang lain. Dalam beramal kita harus menjaga niat agar terbebas dari ingin dipuji dan dinilai orang lain, ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beramal ialah ada orang dengan tidak ada orang amal ibadahnya berbeda. Kunci ikhlas adalah kita harus yakin Allah yang Maha membalas, Allah yang Maha menyaksikan dan Allah yang Maha menguasai semua yang kita inginkan.

Dalam beramal bukan karena tampak atau tidak tampak oleh orang lain, tetapi karena apa yang menjadi niat dihatinya. Berlebih-lebihan dalam pengeluaran tergantung pada niat, keperluan dan kemampuan dari orang yang mengeluarkannya.

Marilah dengan romadhan ini kita menguatkan keyakinan kepada Allah, Allah melihat dan memiliki diri kita, Allah yang menggenggam masa depan kita dan apapun yang kita inginkan semuanya dikuasai Allah swt.

Teori Kepemimpinan