• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat fisik batuan yaitu berupa bobot isi, porositas dan kandungan air.

Selain itu nilai UCS (Uniaxial Compressive Strength) dibutuhkan dalam hal penentuan kekerasan batuan. UCS merupakan nilai yang paling banyak digunakan dalam hal pengukuran kekuatan batuan, deformasi, dan karakteristik batuan karena keakurasiannya. UCS lebih membutuhkan biaya, waktu dan peralatan yang digunakan harus sesuai standar, tetapi hasil yang didapat lebih dapat dipercaya daripada pengukuran dengan metode lain, dan dibutuhkan untuk membuat desain yang lebih detail (M.A. Saliu, 2013).

Density atau masa jenis batuan juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, semakin besar density batuan tersebut tentunya semakin keras juga batuan tersebut untuk diledakkan. Hal ini masuk kedalam faktor blastability indeks yang menjadi salah satu faktor dalam fragmentasi batuan.

Pada data blastablity indeks terdapat parameter-parameter seperti Rock Mass Description (RMD), Joint Plane Spacing (JPS), Joint Plane Orientation

18 (JPO), Specific Gravity Influence (SGI), dan Hardness. Parameter lain yang perlu ditambahkan yaitu nilai UCS, dan density batuan dari batuan tertentu.

Sumber : (Lilly, 1986)

Gambar 2.5 Blastabilty Indeks

Dari data blastability indeks tersebut digunakan untuk perhitungan rock factor (A) dengan rumus :

Keterangan :

BI = Blastability Index

RMD = Rock Mass Description JPS = Joint Plane Spacing JPO = Joint Plane Orientation SGI = Specific Gravity Influence H = Hardness.

A = Rock Factor 2.5. Fragmentasi

Fragmentasi adalah suatu ukuran batuan yang dihasilkan dari hasil peledakan yang dilakukan. Fragmentasi dipengaruhi beberapa faktor seperti yang diketahui dalam teori fragmentasi Kuzram. Terdapat dua prinsip penting yang harus dilihat untuk mengontrol ukuran fragmentasi. Jumlah energi yang

BI = 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H) A = 0,12 x BI

19 sesuai diterapkan pada lokasi yang strategik dalam massa batuan. Dan juga energi yang dikeluarkan harus tepat pada waktunya untuk menghasilkan interaksi yang sesuai terjadi. (CJ Konya, 1990).

Prediksi fragmentasi batuan dilakukan menggunakan perhitungan Kuz-Ram. Dan hasil dari perhitungan tersebut dapat dikaitkan hubungannya dengan perhitungan digging time aktual di lapangan. Cunningham melakukan penyempurnaan pada persamaan Kuznetsov untuk dapat digunakan pada semua jenis bahan peledak menjadi:

Keterangan:

Xmean = Ukuran rata-rata fragmen batuan (cm) A = Rock Factor

Vo = Volume batuan per-lubang ledak (BΓ—SΓ—H) (bcm)

Q = Berat bahan peledak TNT yang energinya ekivalen dengan energi dari muatan bahan peledak dalam setiap lubang ledak.

E = kekuatan berat relatif bahan peledak yang dipakai, (untuk ANFO = 100).

Rossin Ramler membuat suatu rumus sebagai berikut :

Keterangan:

R = Banyaknya batuan yang tertahan pada ayakan X = Ukuran ayakan (mm) n = Indeks keseragaman

Dengan pertimbangan faktor-faktor tersebut, maka dikembangkan dengan persamaan Kuznetsov yang saat ini menjadi rumusan atau Kuzram model :

𝑿mean = 𝑨(𝑽𝒐

20 Keterangan:

d = Diameter lubang ledak (mm) A = Ratio spasi terhadap burden W = Standar deviasi lubang bor (m) L = Panjang kolom isian (m)

B = Burden (m)

H = Tinggi Jenjang (m) 2.6. Mekanisme Peledakan

Terdapat 3 tahap dalam proses pecahnya batuan, dengan menggunakan konsep proses-proses pemecah reaksi mekanik dalam batuan homogen. Proses pemecahan pada batuan yang homogen akan berbeda seperti yang sering terjadi dalam proses peledakan.

Sumber : Hartman

Gambar 2.6 Proses Pecah Batuan

21 - Tahap 1

Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang ledak.

Gelombang kejut (shock wave) yang meninggalkan lubang ledak merambat dengan kecepatan 3000 – 5000 m/det, akan mengakibatkan tegangan tangensial yang menimbulkan rekahan yang menjalar (radial crack) dari daerah lubang ledak. Rekah pertama menjalar terjadi dalam waktu 1 – 2 ms.

- Tahap 2

Tekanan akibat gelombang kejut yang meningkatkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat I adalah positif.

Apabila mencapai free face akan dipantulkan, tekanan akan turun dengan cepat, kemudian berubah menjadi negatif dan timbul gelombang tarik. Gelombang tarik (tensile wave) ini merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena batuan lebih kecil ketahanannya terhadap tarikan daripada tekanan, maka akan terjadi rekahan–rekahan primer (primary failure cracks) disebabkan karena tegangan tarik (tensile stress) dari gelombang yang dipantulkan. Fungsi dari energi yang ditimbulkan dari proses pemecahan batuan tahap 1 dan 2 yaitu membuat rekahan kecil pada batuan. Secara teoritis energi gelombang kejut jumlahnya antara 5 – 15 % dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut menyediakan kesiapan dasar untuk proses pemecahan tingkat akhir.

- Tahap 3

Pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas hasil peledakan juga turut membantu rekahan. Rekahan radial utama (tahap 2) akan diperlebar secara cepat oleh kombinasi efek dari tegangan tarik disebabkan kompresi radial dan

22 pembajian (pneumatic wedging). Terdapat efek dari lepasnya batuan yang menyebabkan tegangan tarik tinggi dalam massa batuan yang akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah terjadi pada proses pemecahan. Rekahan hasil dari pemecahan tahap 2 mengakibatkan bidang-bidang lemah memulai reaksi fragmentasi utama.

2.7. Sifat Bahan Peledak

Performa dari bahan peledak yaitu berasal dari kemampuan bahan peledak dalam penggunaanya pada kondisi tertentu. Berbeda tipe bahan peledak, maka berbeda pula penanganannya. Kemampuan ketahanan terhadap air, sifat gas beracun, energi yang diperlukan untuk detonasi, dan kekuatan untuk memecahkan batuan juga tentu berbeeda (Bhandari S, 1997).

a. Kekuatan (Energy Strenght)

Kekuatan suatu bahan peledak merupakan ukuran yang dipergunakan untuk mengukur energi yang terkandung pada bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh bahan peledak tersebut. Percobaan dalam pengukuran kekuatan peledakan telah banyak dilakukan, untuk memprediksikan performa dari bahan peledak tersebut. Pengukuran energi secara teori (Q), dan kerja ekspansi (EWK), seperti pengukuran underwater shock dan bubble energy, tekanan gelombang, dan tarikan gelombang pada material yang diledakkan sendiri.

b. Kecepatan Detonasi (VOD)

Kecepatan detonasi (Velocity of Detonation = VOD) adalah kecepatan gelombang detonasi yang melalui sepanjang kolom isian bahan peledak, yang dinyatakan dalam meter/detik. Setiap handak memiliki kecepatan pasti dan kecepetan ideal yang diketahui sebagai hydrodynamic velocity.

Kecepatan detonasi suatu handak tergantung pada beberapa faktor, yaitu bobot isi bahan peledak, diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran partikel dari bahan penyusunnya dan bahan – bahan yang

23 terkandung dalam bahan peledak. Untuk peledakan pada batuan keras digunakan bahan peledak yang mempunyai kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan lunak digunakan handak dengan kecepatan detonasi rendah. Kecepatan detonasi bahan peledak komersial adalah antara 1.500 – 8000 m/s.

c. Kepekaan (Sensitivity)

Kepekaan adalah pengukuran dalam kemudahan inisiasi. Beberapa jenis pengukuran pada kepekaan seperti cap sensitivity, drop tests, friction test, dan lainnya. Semua test ini dilakukan dengan cara demikian dalam kaitannya penanganan keamanan handak. Kepekaan handak tergantung pada komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air, dan temperatur. Bahan peledak yang sensitif belum tentu bagus, namun bahan peledak yang mudah penyebaran reaksinya dan tidak peka adalah lebih menguntungkan dan lebih aman.

d. Bobot Isi Bahan Peledak (Density)

Bobot isi bahan peledak adalah perbandingan antara berat dan volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi biasanya juga dinyatakan dengan istilah Spesific Gravity (SG), ataupun loading density (de).

e. Tekanan Detonasi (Detonation Pressure)

Tekanan detonasi adalah penyebaran tekanan golombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak, dinyatakan dengan kilobar (kb).

Tekanan akibat ledakan di sekitar dinding lubang ledak intensitasnya tergantung pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD), derajat pengurungan, jumlah dan temperatur gas hasil ledakan.

24 f. Sifat Gas Beracun (Fumes)

Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas, yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya mengandung uap air (H2O) dan asap berwarna putih (CO2). Sedangkan fumes bewarna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun, yang terdiri dari karbon monoksida (CO) dan oksida nitrogen (NOx). Fumes terjadi karena tidak terjadi kesimbangan oksigen dalam pembakaran, hal ini dikarenakan bahan peledak tersebut dalam keadaan rusak, atau dapat juga karena komposisi bahan peledak yang tidak sesuai.

g. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)

Merupakan kemampuan dari bahan peledak tersebut dalam menahan rembesan air dalam waktu tertentu, tanpa merusak, mengurangi atau merubah kepekaannya. Sifat ini cukup penting karena dapat mempengaruhi peledakan dengan memperlambat reaksi pemanasan dan ketidakseimbangan reaksi kimia yang terjadi sehingga dapat menyebabkan rusaknya bahan peledak.

2.8. Pengisian Bahan Peledak

Penggunaan besaran jumlah bahan peledak yang digunakan sangat mempengaruhi hasil dari peledakan terutama fragmentasi batuannya. Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan berat bahan peledak yang digunakan untuk menghancurkan batuan (kg/m3). Nilai powder factor sangat dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan, pola peledakan dan struktur geologi. Beberapa hal yang mempengaruhi pengisian bahan peledak yaitu :

a. Loading Density

Konsentrasi isian atau loading density merupakan jumlah isian yang digunakan dalam kolom isian lubang tembak (PC). Pehitungan loading density dapat menggunakan rumus :

𝑑𝑒 = 0,508 𝐷𝑒2 (𝑆𝐺)

25 Keterangan :

de = loading density (kg/m)

De = diameter lubang tembak (inchi)

SG = specific gravity bahan peledak yang digunakan Jadi, jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang tembak dapat ditentukan dengan rumus :

Keterangan :

E = jumlah bahan peledak tiap lubang ledak (kg)

de = loading density dari handak yang digunakan (kg/m) PC = panjang kolom isian (m)

b. Powder Factor (PF)

Powder factor adalah perbandingan antara bahan peledak yang digunakan terhadap jumlah batuan yang diledakan.

Keterangan :

Pf = powder factor (kg/ton)

W = berat batuan yang diledakan (ton) E = berat bahan peledak yang digunakan (kg)

Beberapa parameter yang mempengaruhi nilai powder factor yaitu seperti geometri peledakan, struktur geologi dan karakteristik batuan. Bila bahan peledak yang digunakan terlalu banyak maka akan menimbulkan air blast dan fly rock, tetapi bila bahan peledak yang digunakan kurang maka akan menghasilkan bongkahan pada batuan dan back break disekitar jenjang.

Terdapat dua macam satuan yang dapat digunakan dalam menentukan powder factor yaitu :

𝐸 = 𝑑𝑒 π‘₯ 𝑃𝐢

𝑃𝑓 = 𝐸/π‘Š

26 - Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan

(kg/m3).

- Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton).

2.9. Digging Time

Material pecahan hasil peledakan tidak hanya harus sesuai dengan ukuran bucket dari alat muatnya, tetapi harus juga tanpa terlalu mengurangi kapastias bucket load dan waktu pengisian bucket nya (digging time). Operator yang terampil dapat membuat fragmen material yang besar masuk kedalam bucket, tetapi hal ini juga dapat mengurangi produktivitas dan menyebabkan beberapa bahaya terkait lainnya. Produktivitas dari peralatan dipengaruhi langsung oleh distribusi ukuran fragmentasi dan membentuk ukuran suatu keberhasilan pada proses peledakan. (Scott A, The Queensland University, 1996).

Gambar 2.7 Loading Front

Dig time dari excavator adalah waktu atau periode saat bucket mulai menyentuh permukaan material (muckpile) sampai bucket mulai mengangkat atau sudah tidak tersentuh permukaan. Kelebihan dari pengukuran digging time terhadap diggability (kemampuan penggalian) yaitu dapat menentukan mana

27 data yang akan diambil. Hal ini merupakan cara tradisional yang digunakan dalam pengukuran secara tidak langsung dari performa atau kinerja dari kegiatan peledakan (I.Brunton, 2003).

28 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan di Pit North Tutupan PT. SIS Job Site penambangan PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan yaitu dengan metode action research. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengukur geometri peledakan actual, mengamati fragmentasi hasil peledakan, dan juga pengamatan pada digging time di area setelah peledakan. Dengan demikian di dapat hasil fragmentasi batuan yang berbeda-beda dilokasi yang karakteristik batuannya berbeda pula. Output dari penelitian ini adalah menentukan geometri peledakan yang sesuai dengan karakteristik batuan tertentu yang ada di Pit North Tutupan PT. Sapta Indra Sejati (PT.

SIS). Area Pit North Tutupan termasuk ke dalam red zone area, yaitu area kritis dimana Pit tersebut bersebelahan dengan rig dan tangki minyak Pertamina. Kegiatan operasi pengeboran minyak juga masih berjalan di area tersebut.

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan yang merupakan bagian dari PT. Adaro Indonesia. Khususnya pada pit North Tutupan PT. Adaro Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama 2,5 bulan yaitu pada bulan Agustus – Oktober 2018.

Sumber : PT. Adaro Indonesia

Gambar 3.1 Wilayah Operasional PT. Adaro Indonesia

29 Sumber : Geology Departement PT. Adaro Indonesia

Gambar 3.2 PT. Adaro Indonesia Regional Geologic Map

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian

Jenis Kegiatan

Juli Agustus September Oktober

No Kampus Lapangan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi Pustaka 2 Orientasi Lapangan 3 Pengambilan Data

4 Analisis Data dan Pengolahan

5 Penyusunan Laporan

30 3.2. Metode dan Data Penelitian

Pengambilan data primer dilapangan meliputi :

- Data geometri peledakan (Burden, Spasi, Depth, Stemming, dan Charge Length).

- Pengamatan jenis batuan dan kondisi lokasi area peledakan.

- Fragmentasi actual.

- Data digging time alat muat (Liebherr 9400, Hitachi EX 3500, dan Komatsu PC 2000).

Pengambilan data sekunder sebagai data pelengkap yang diperlukan seperti : - Peta kesampaian daerah PT. SIS.

- Peta geologi.

- Data UCS per lokasi penelitian.

- Spesifikasi Handak.

3.3. Teknik Pengambilan Data 3.3.1. Pengamatan Batuan

Pengamatan karakteristik, jenis dan kondisi batuan di area peledakan ini bertujuan agar dapat mengetahui litologi dan kondisi aktual di lapangan.

Pengambilan gambar menggunakan kamera digital yang telah disiapkan.

Sumber : Google.com/nikonkamera

Gambar 3.3 Kamera Digital

31 3.3.2. Pengamatan dan Pengukuran Geometri Aktual

Data geometri aktual di dapat dari hasil pengukuran langsung antar lubang di lokasi peledakan yang menjadi area penelitian. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan geometri yang ada antara plan dan actual di lapangannya. Pengukuran dilakukan menggunakan meteran, dan buku catatan.

Berikut prosedur pengukuran yang ada : - Menyiapkan alat ukur (meteran)

- Membentangkan meteran pada lubang bor untuk pengukuran diameter lubang. Untuk pengukuran burden dan spacing, meteran dibentangkan diantara lubang bor.

- Pengukuran kedalaman lubang, dilakukan dengan memasukkan meteran kedalam lubang ledak yang telah selesai di bor.

Gambar 3.4Pengukuran Geometri Peledakan

3.3.3. Pengamatan Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan

Pengamatan fragmentasi batuan bertujuan untuk mengetahui besaran hasil fragmentasi batuan yang selanjutnya akan di loading oleh alat muat.

Pengambilan gambar menggunakan kamera digital, dan rock lock (bola yang

32 dimasukkan kedalam lubang ledak) sebagai alat pembanding yang berukuran 200mm.

Berikut prosedur pengambilan data fragmentasi : - Menyiapkan kamera digital

- Menuju ke lokasi pasca peledakan area penelitian yang dimaksud, yang telah dinyatakan aman dengan didampingi oleh pengawas.

- Meletakkan bola diantara pecahan-pecahan batuan

- Mengambil foto dari beberapa tempat yang cukup dianggap mewakili.

3.3.4. Pengamatan Digging Time

Prosedur selanjutnya yaitu pengamata digging time (waktu gali) dari alat muat yang bekerja di front atau lokasi yang telah diledakkan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar atau berapa lama waktu penggalian batuan yang dilakukan. Beberapa alat yang diggunakan seperti stopwatch, buku catatan, kamera digital.

Prosedur kerja yang dilakukan :

- Menyiapkan stopwatch, kali ini stopwatch yang digunakan menggunakan aplikasi dari handphone.

- Memastikan angka perhitungan mulai stopwatch di angka 0.

- Menekan tombol start saat memulai pengukuran waktu penggalian. Pada saat bucket excavator mulai menyentuh batuan.

- Menekan tombol stop pada saat bucket excavator terangkat dari batuan.

- Membaca hasil pengukuran waktu dan mencatatnya.

- Melakukan pengulangan pengukuran dengan cara demikian sampai dengan jumlah data yang dituju.

- Merekam dengan menggunakan kamera digital beberapa kegiatan digging sebagai tambahan data.

33 3.4. Teknik Analisis Data

3.4.1. Analisis Data Fragmentasi

Analisis data dilakukan dengan melakukan perhitungan fragmentasi actual menggunakan split desktop. Software split desktop digunakan untuk membantu perhitungan fragmentasi pada hasil peledakan. Berikut tahapan penggunaan software split desktop :

- Penentuan Gambar

Langkah pertama dalam penggunaan split desktop adalah menentukan gambar yang akan diolah. Menentukan batas dari gambar yang akan dihitung dan menentukan skala yang digunakan pada gambar tersebut. Format gambar akan terubah otomatis dalam bentuk β€œTIFF”. Pengambilan gambar di lapangan sangat berpengaruh pada proses perhitungan. Oleh karena itu diperlukannya skala pembanding berbentuk objek yang diketahui ukurannya agar dapat digunakan sebagai pembanding terhadap batuan yang ada.

Gambar 3.5Pengambilan Foto Fragmentasi Aktual

Penggunaan skala pembanding yang baik adalah menggunakan bola yang diameternya sudah diketahui.

34 - Scale Image

Mencari ukuran gambar, dengan memasukkan ukuran benda pembanding pada software. Dalam penelitian ini benda yang digunakan yaitu rock lock, dengan ukuran yang sudah diketahui yaitu sebesar diameter lubang tembak yang ada (200mm).

Gambar 3.6Scale Image Split Desktop

35 - Find Particles

Tahapan ini adalah saat program akan mengenali partikel-partikel untuk dilakukan perhitungan. Pengukuran partikel dapat dilakukan secara manual ataupun otomatis. Setelah itu lanjut ke done editing untuk mengakhiri pengukuran partikel secara manual.

Gambar 3.7Find Particles Split Desktop

36 - Compute Sizes

Lalu selanjutnya masuk pada perhitungan hasil. Partikel-partikel yang sudah ditandai tadi dihitung dan akan muncul gambar berbentuk hitam putih, sesuai garis-garis batas batuan yang dilakukan pengukuran. Perhitungan yang digunakan dapat dipilih antara Schuman, Rossin-Ramler atau Best Fit.

Gambar 3.8Compute Sizes Split Desktop

37 - Graphs and Outputs

Tahap terkahir adalah mencari nilai akhir dan juga grafik dari hasil gambar yang diolah. Nilai yang dihasilkan merupakan distribusi presentase ukuran fragmentasi batuan.

Gambar 3.9Graphs and Outputs Split Desktop

38 Gambar 3.10Grafik Hasil Distribusi Ukuran

3.4.2. Analisis Data Digging Time

Analisis data digging time dilakukan dengan mencari nilai rata-rata dari beberapa data lapangan yang diambil. Menggunakan Microsoft Excel, pengolahan data digging time dilakukan.

Atau

W2 IB t120 - t200 rl 56

Digging time komatsu pc 2000

layer 1 7,96 detik

total 7,96 detik

3.5. Tahapan Penelitian

Langkah – langkah yang dilakukan selama penelitian masuk kedalam tahapan penelitian dengan penjelasan sebagai berikut :

π‘‹π‘šπ‘’π‘Žπ‘› =π‘₯1 + π‘₯2 + π‘₯3 + β‹―

𝑛 =average(C1:C5

)

39 3.5.1. Studi Literatur

Diperoleh dari bahan-bahan pustaka, kegiatan perkuliahan, informasi dari penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya yang dapat membantu kegiatan penelitian.

3.5.2. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung sehingga memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.

3.5.3. Pengambilan Data

Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan masalah yang ada.

Data diperoleh dari proses observasi lapangan dan pengambilan dari data literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

- Data Primer : Geometri peledakan plan dan actual, fragmentasi aktual, dan data digging time.

- Data Sekunder : Geologi dan Litologi, peta lokasi, drill blast design, dan data bahan peledak.

3.5.4. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teori fragmentasi Kuzram (Kuznetsov dan Rossin – Rammler). Pendekatan empiris untuk prediksi fragmentasi sebagaian besar berasal dari eksperimen pada blok batuan. (Kuznetsov 1973, Bergmann et al 1973, Bergmann 1983, Rustan et al 1983)

3.5.5. Analisa Hasil Pengolahan Data

Melakukan analisa terhadap data yang didapat di lapangan ataupun dari sumber lain. Analisis data pengolahan dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor seperti karakteristik batuan, hasil fragmentasi dan juga hasil digging time.

40 3.5.6. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dan juga hasil pengolahan data, maka akan diberikan rekomendasi geometri peledakan untuk beberapa lokasi peledakan agar kegiatan peledakan yang dilakukan berjalan dengan efisien efektif dan optimal

3.5.7. Kesimpulan dan Saran

Pengambilan keputusan dan kesimpulan dari hasil analisa hasil pengolahan data dan memberikan saran bagi PT. Adaro Indonesia.

41 Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan Saran Studi Literature

Analisis Geometri Peledakan untuk Mendapatkan Hasil Fragmentasi dan Digging time Optimal

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pemboran dan peledakan ditujukan untuk membongkar overburden.

Dengan target pembongkaran overburden sebesar 100.000 bcm/day. Pembongkaran yang ditargetkan PT. SIS yaitu sebesar 109.000 bcm/day. Kegiatan peledakan tiap hari dapat dilakukan 2 sampai 5 lokasi. Dengan jumlah lubang mencapai lebih dari 100 per lokasi, tergantung luasan lokasi dan plan yang ada. Dalam proses peledakan pada tambang terbuka beberapa variable yang berpengaruh pada hasil fragmentasi batuan seperti geometri peledakan, isian bahan peledak, sistem inisiasi, dan batuan. Pada penelitian ini geometri peledakan yang menjadi fokus. Sementara isian bahan peledak mengikuti perencanaan sebelumnya, karena jika perubahan isian dilakukan maka penelitian lebih lanjut harus dilakukan. Selain itu sistem inisiasi juga sama dengan menggunakan detonator nonel dan elektronik sebagai IP, serta penembakan dilakukan menggunakan remote firing. Pemilihan pola peledakan dilakukan sesuai dengan kondisi dan keadaan lokasi peledakan. Penentuan pola disesuaikan agar mendapatkan hasil peledakan yang maksimal pada tiap lokasi peledakan.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Geometri Peledakan

Pada tabel 4.1 dan 4.2 merupakan tabel geometri peledakan pada setiap lokasi penelitian dilakukan. Beberapa parameter geometri yang ada pada tabel seperti diameter, burden, spacing, depth, stemming, PC (powder charge), subdrill, powder factor, stiffness ratio, total holes, charge weight, dan charge deck. Dalam tabel juga terdapat nama lokasi peledakan yang diteliti seperti N1 Floor T120, N3 Floor T110, W2 IB T120-T200, dan N3 Roof T120.

43 Tabel 4.1 Geometri Aktual Lokasi (Awal)

No Geometri 07/09/2018 09/09/2018 09/09/2018 09/09/2018 plan act plan act plan act plan act

Tabel 4.2 Geometri Aktual Lokasi (Trial)

No Geometri

21/09/2018 23/09/2018 03/10/2018

plan act plan act plan act

8 AV.Powder Factor

(PF) (kg/bcm) 0,35 0,27 0,28

44 9 AV.Stiffness Ratio

(SF) 1,06 0,96 0,94 0,86 0,94 0,88

10 Total Hole 195 195 154 154 34 34

11 AV.Volume (bcm) 74587, 5

4.1.2. Karakteristik Batuan

Tabel 4.3 Nilai Karakteristik Batuan Lokasi Bulk

Tabel 4.4 Fragmentasi Kuzram Lokasi 1

N1 floor t120 Awal

Burden (B) 7,98

Spacing (S) 9,29

Fragmentasi Kuzram

Parameter Nilai

Fragmentasi Rata-rata (x) cm 32,45

Indeks Keseragaman (n) 1,09

Karakteristik Ukuran (Xc) cm 45,40

45 Tabel 4.5 Fragmentasi Kuzram Lokasi 2

N3 floor T110 Awal Trial

Burden (B) 8,26 8,41

Spacing (S) 9,25 9,66

Fragmentasi Kuzram

Parameter Nilai Nilai

Fragmentasi Rata-rata (x) cm 31,70 34,54

Indeks Keseragaman (n) 1,16 1,03

Karakteristik Ukuran (Xc) cm 43,49 49,25

Tabel 4.6 Fragmentasi Kuzram Lokasi 3

W2 IB t120-t200 Awal Trial

Burden (B) 8,27 8,39

Spacing (S) 9,08 9,72

Fragmentasi Kuzram

Parameter Nilai Nilai

Fragmentasi Rata-rata (x) cm 26,28 29.56

Indeks Keseragaman (n) 1,11 1,00

Karakteristik Ukuran (Xc) cm 36,62 42.58

Tabel 4.7 Fragmentasi Kuzram Lokasi 4

N3 Roof T120 Awal Trial

Burden (B) 8,22 7,37

Spacing (S) 9,12 8,64

Fragmentasi Kuzram

Parameter Nilai Nilai

Fragmentasi Rata-rata (x) cm 50,70 31,46

Indeks Keseragaman (n) 0,98 1,07

Karakteristik Ukuran (Xc) cm 73,73 44,29

Parameter output hasil fragmentasi dari perhitungan Kuzram yaitu Fragmentasi rata-rata (x), Indeks keseragaman (n) dan Karakteristik ukuran (Xc). Dari tabel diatas terdapat hasil fragmentasi dari masing-masing lokasi penelitian, dan juga hasil trial perubahan pattern dari tiap lokasi.

Dokumen terkait