• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis Kayu Lapis .1 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu lapis yang dibuat dari jenis Jabon dengan ketebalan 4 mm dan direkat menggunakan perekat PF memiliki nilai rata-rata kadar air yang paling tinggi yaitu sebesar 13,03 % dengan kisaran 13,42 – 14,86 %, dan nilai kadar air rata-rata yang paling rendah adalah kayu lapis yang direkat menggunakan perekat UF yaitu sebesar 9,54 % dengan kisaran 8,4 – 10,47 %.

Kayu lapis ketebalan 4 mm dari jenis Afrika yang direkat menggunakan perekat PF memiliki nilai kadar air rata-rata yang paling tinggi yaitu sebesar 11,70 % dengan kisaran 9,14 - 13,34%, dan kayu lapis yang memiliki nilai rata-rata kadar air yang paling rendah yaitu kayu lapis yang direkat menggunakan perekat UF yaitu dengan nilai 10,10 % dengan kisaran nilai 9,03 - 11,22 %. Nilai rata-rata kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.

Berdasarkan nilai yang didapatkan dari hasil pengujian, nilai kadar air dari kedua jenis kayu lapis dalam penelitian ini dapat memenuhi standar JAS (2003) untuk kayu lapis penggunaan umum, dimana kadar air yang disyaratkan harus lebih kecil dari 14 %.

Kayu lapis dengan perekat PF memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan kayu lapis dengan perekat UF dan MF. Menurut Nugraha (2006), hal ini diduga terjadi karena faktor kekentalan PF yang menyulitkan dalam penyebaran perekat secara merata sehingga ada sebagian permukaan finir yang miskin akan perekat yang menyebabkan kekuatan perekatan antara perekat dan sirekat menjadi lemah dan menimbulkan rongga-rongga kosong yang mempermudah penyerapan air.

Air dalam kayu terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas yang terdapat pada rongga sel dan air terikat yang terdapat pada dinding sel. Kondisi dimana dinding sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar air pada titik jenuh serat (Simpson dan Anton 1999). Kadar air titik jenuh serat besarnya tidak sama untuk setiap jenis kayu, hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan komponen kimia.

4.1.2 Kerapatan

Hasil dari pengujian diperoleh kerapatan kayu lapis berkisar antara 0,45– 0,48 g/cm3. Nilai kerapatan tertinggi terdapat pada kayu lapis dari jenis Afrika yang direkat menggunakan perekat PF yaitu sebesar 0,48 g/cm³, dan nilai kerapatan terendah terdapat pada kayu lapis dari jenis Jabon yang direkat menggunakan perekat UF dengan nilai 0,45 g/cm³.

Gambar 6 terlihat bahwa kerapatan kayu lapis dari jenis Afrika memiliki nilai kerapatan yang paling tinggi. Kayu yang berkerapatan tinggi memiliki kadar basah yang lebih rendah, karena kayu berkerapatan tinggi memiliki ukuran rongga sel yang sempit sehingga kemampuan menampung air lebih sedikit, begitupun sebaliknya (Dwianto dan Marsoem 2008). Apabila dilihat dari jenis perekat yang digunakan, kekentalan dan berat jenis perekat PF lebih tinggi dibandingkan perekat UF. PAI (2007) menuliskan kekentalan dan berat jenis perekat PF masing-masing berkisar antara 1,4 – 3,0 (poise/25ºC) dan 1,18 – 1,200 (poise/25ºC),

sedangkan kekentalan dan berat jenis perekat UF masing-masing berkisar antara 0,8 – 1,6 (poise/25ºC) dan 1,180 – 1,195 (poise/25ºC).

Ganbar 6 Nilai rataan kerapatan kayu lapis.

JAS 2003 tidak mensyaratkan nilai kerapatan pada kayu lapis sehingga kerapatan pada kayu lapis yang dihasilkan tidak dapat dibandingkan, namun pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kerapatan pada kayu lapis yang terbuat dari jenis Jabon dan Afrika.

4.1.3 Daya Serap Air

Menurut Skaar (1992) kayu sebagaimana bahan berlignoselulosa lainnya memiiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepas air dari lingkungannya. Tsoumis (1991) menambahkan bahwa air yang diserap dapat berupa uap air atau air dalam bentuk air cair. Kayu lapis yang memiliki nilai daya serap air yang paling tinggi terdapat pada kayu lapis dari jenis Jabon yang direkat menggunakan perekat UF dengan nilai sebesar 0,066%, dan nilai daya serap air yang paling rendah terdapat pada kayu lapis dari jenis Afrika yang direkat menggunakan perekat PF dengan nilai 0,047%.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, nilai daya serap air pada kedua kayu lapis dari jenis Jabon dan Afrika dapat memenuhi standar JAS 2003 yang mensyarakatkan nilai daya serap air tidak boleh dari 0,068% atau 0,4 gram untuk selisih berat conroh uji setelah dilakukan perendaman.

Nilai daya serap air yang paling tinggi terdapat pada kayu lapis dari jenis Jabon dengan perekat UF. Hal ini diduga dikarenakan kerapatan kayu lapis dari jenis Jabon lebih rendah dibandingkan kayu lapis dari jenis Afrika. Bowyer dan Haygreen (1993) menyebutkan bahwa kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong. Semakin rendah kerapatannya maka semakin tinggi daya serap air yang terjadi, karena terdapat rongga-rongga kosong yang mengakibatkan air mudah masuk dan mengisi rongga-rongga tersebut, dan mengakibatkan kayu lapis mengalami penambahan berat setelah dilakukan perendaman pada contoh uji. Nilai daya serap air pada kayu lapis dari jenis Jabon dan Afrika dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Nilai rataan daya serap air kayu lapis.

4.1.4. Uji Visual

Sejumlah ciri-ciri kayu dapat dikenal melalui pengamatan dengan mata biasa dan dinamakan makroskopik karena untuk pengamatan ini tidak dibutuhkan mikroskopik, dan uji visual merupakan salah satu bentuk pengamatan makroskopik. Kayu lapis tersusun dari finir yang dikupas dari log bulat, sehingga ciri-ciri kayu juga dapat terlihat pada permukaan finir face atau back pada kayu lapis.

JAS 2003 mengelompokan kayu lapis dalam 2 grade, yaitu grade 1 dan grade 2 dengan kategori-kategori tertentu dalam pengamatan uji visual yang dilakukan. Hasil uji visual kayu lapis dari jenis Jabon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji visual kayu lapis dari jenis Jabon. No. Kategori UF MF PF Grade 1 Grade 2 Grade 1 Grade 2 Grade 1 Grade 2 1 Jumlah mata kayu

hidup, mata kayu mati, kantong kulit, dan kantong resin memiliki diameter ≤ 5 mm

- - - -

2 Mata kayu hidup - - - 

3 Mata kayu mati - - - -

4 Mata kayu lepas

atau lubang - - - - - -

5 Kantong kulit dan

kantong resin - - - - - -

6 Rusak - - - -

7 Open spilt atau

chips  - - - - - 8 Cross break - - - 9 Lubang ulat - - - - 10 Open joint - - - - 11 Blister - - - 12 Lipatan - - - - 13 Cacat tekan  -  - -  14 Flaws - - - - 15 Palches - - - - 16 Cacat lainnya - - - -

Berdasarkan hasil uji visual yang telah dilakukan, kayu lapis dari jenis Jabon yang direkat menggunakan perekat UF dan MF termasuk kedalam golongan kayu lapis grade 1. Hal ini disebabkan karna pada uji visual untuk kategori open

split dan chips serta cacat tekan. Permukaan kayu lapis (face) membelah dengan

panjang 6 cm (20% dari panjang kayu lapis), namun tidak mengurangi kekuatan dari kekuatan kayu lapis tersebut maka digolongkan kedalam grade 1. Sedangkan kayu lapis dari jenis Jabon yang direkat menggunakan perekat PF digolongkan kedalam grade 2, ini dikarenakan permukaan kayu lapis terdapat mata kayu hidup dan cacat tekan. Toleransi diameter mata kayu untuk grade 1 adalah ≤ 25 mm dan grade 2 adalah ≤ 45 mm. Kayu lapis dari jenis Jabon menggunakan perekat PF memiliki diameter mata kayu hidup 50 mm, sehingga kayu lapis digolongkan kedalam grade 2.

Pada kayu lapis dari jenis Afrika, hasil uji pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, kayu lapis dari jenis Afrika yang direkat menggunakan perekat UF dan MF digolongkan ke dalam grade 1. Hal ini dikarenakan kayu lapis memiliki tiga mata kayu mati dengan diameter 0,5 mm pada permukaan kayu lapis. Grade 1 untuk kayu lapis pada standar JAS 2003 mentoleransi mata kayu dengan diameter 0,5 mm setiap 1 m² permukaan kayu lapis dengan jumlah maksimal lima mata kayu. Sedangkan kayu lapis yang direkat menggunakan perekat PF digolongkan grade 2 karena kayu lapis memiliki cacat tekan yang diakibatkan oleh plat yang digunakan pada proses pengempaan panas kayu lapis. Cacat tekan yang ditimbulkan tidak mengurangi kekuatan kayu lapis, karena hanya menimbulkan jejak yang lebih dalam (tertekan).

Tabel 5 Hasil uji visual kayu lapis dari jenis Afrika.

No. Kategori UF MF PF Grade 1 Grade 2 Grade 1 Grade 2 Grade 1 Grade 2 1 Jumlah mata kayu

hidup, mata kayu mati, kantong kulit, dan kantong resin memiliki diameter ≤ 5 mm

 - - - - -

2 Mata kayu hidup - -  - - -

3 Mata kayu mati - - - -

4 Mata kayu lepas dan

lubang - - - - - -

5 Kantong kulit dan

kantong resin - - - - - -

6 Rusak - - - -

7 Open spilt atau

chips  - - - - - 8 Cross break - - - 9 Lubang ulat - - - - 10 Open joint - - - - 11 Blister - - - 12 Lipatan - - - - 13 Cacat tekan  -  - -  14 Flaws - - - - 15 Palches - - - - 16 Cacat lainnya - - - -

Dokumen terkait