• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. BAHAN DAN METODE

5.2. Sifat Kimia Tanah : pH, KTK, C-organik, dan KB

Peningkatan pH tanah dengan meningkatnya dosis kotoran sapi disebabkan oleh penurunan Al-dd karena proses pengkompleksan oleh anion-anion asam organik (Iyamuremye et al., 1996a) seperti ditunjukan pada Tabel 4.

Lebih tingginya pH tanah di daerah rhizosfer setelah panen dibandingkan dengan pada saat dua minggu setelah inkubasi mengidentifikasikan bahwa daerah rhizosfer mempunyai lingkungan yang berbeda dengan daerah antar baris tanaman. Akar tanaman di rhizosfer mengeluarkan eksudat akar yang merupakan komponen senyawa organik yang juga dapat mengkomplek Al. Sementara daerah antar baris tanaman cenderung mempunyai pH tanah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pH tanah dua minggu setelah inkubasi dan di daerah rhizosfer. Eksudat akar tersebut melalui reaksi komplek antara anion-anion organik dengan Al dapat mengurangi jumlah Al yang terhidrolisis relatif lebih banyak dibandingkan dengan dua kondisi yang lain.

Kadar C-organik dua minggu setelah inkubasi lebih besar dibandingkan dengan daerah antar baris tanaman hal ini menunjukkan adanya kecendrungan terdekomposisi lebih cepat di daerah antar baris tanaman. Hal ini terlihat pada setiap dosis yang diberikan ada penurunan kadar C-organik bila dibandingkan dengan dua minggu setelah inkubasi. Sementara di daerah rhizosfer kecendrungan 21

37

penurunan tidak terlihat jelas hal ini mungkin disebabkan aktifitas akar dalam mengeluarkan senyawa-senyawa eksudat seperti karbohidrat yang mengandung C-organik.

Peningkatan nilai Nilai KTK tanah hanya terlihat pada saat dua minggu setelah inkubasi, sementara pada daerah rhizosfer dan antar baris tanam saat panen peningkatan tersebut tidak nyata terlihat. Kenaikan sekitar satu dari nilai pH belum mampu meningkatkan KTK tanah secara nyata.

Secara umum nilai KB pada dua minggu setelah inkubasi lebih besar dibandingkan dengan nilai KB pada daerah rhizosfer dan antar baris tanaman. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan proses pencucian yang terjadi selama masa pertumbuhan tanaman dan pengambilan basa-basa oleh tanaman sehingga nilai KB dua minggu setelah inkubasi lebih besar bila dibandingkan dengan sampel lainya.

5.3. Perubahan Fraksi P-Inorganik (Pi) : Resin-Pi, NaHCO3-Pi, dan NaOH-Pi

Resin-Pi pada setiap sampel meningkat dengan adanya perlakuan kotoran sapi. Hal ini disebabkan oleh adanya mineralisasi ion ortofosfat dari kotoran sapi dan proses pemblokan komplek jerapan oleh ion-ion asam organik dari kotoran sapi sehingga P diikat secara lemah oleh komplek jerapan.

Perubahan resin-Pi bernilai negatif baik di rhizosfer dan antar baris tanam yang kurang dipengaruhi oleh aktifitas akar tanaman. Hal ini menunjukkan resin-Pi keduanya sebagian telah bertransformasi menjadi fraksi P yang lain. Data dari perubahan resin di daerah rhizosfer dan antar baris tanaman menunjukkan bahwa transformasi P tersedia manjadi bentuk fraksi lain relatif lebih lambat dibanding percobaan inkubasi di suhu kamar (Hartono et al., 2006).

Perbedaan resin-Pi di rhizosfer dan di antar barisan disebabkan oleh eksudat akar di rhizosfer dan pupuk P yang diduga melepaskan ion-ion ortofosfat. Di samping itu menurut Hue (1991) peningkatan yang terjadi dipengaruhi oleh ion-ion asam-asam organik seperti asam sitrat, asam malat, yang dihasilkan oleh 22

38

proses dekomposisi kotoran sapi merupakan anion pesaing yang bisa mendesak P dari permukaan Al dan Fe hidrusoksida, sehingga P menjadi tersedia.

Perubahan NaHCO3-Pi saat panen (rhizosfer) dan antar barisan bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada bentuk P yang resin-Pi bertransformasi ke fraksi ini. Angka yang berasal dari resin P terlalu kecil untuk angka peningkatan yang terjadi, sehingga peningkatan juga berasal dari pupuk P yang diberikan. Penambahan P dari eksudat akar tanaman juga dapat dikaitkan dengan lebih tingginya fraksi ini di daerah rhizosfer. Walaupun demikian hal ini tidak berlaku untuk yang dosis 40 ton ha-1. Perbedaan ini menunjukkan bahwa aktifitas tanaman mengambil hara memberikan dinamika terhadap proses transformasi P.

Perubahan nilai NaOH-Pi yang bernilai positif pada kontrol dan dosis 10 ton ha-1 serta bernilai negatif untuk dosis 20 dan 40 ton ha-1 menunjukkan bahwa ada bentuk P yang bertransformasi ke fraksi ini. Perubahan fraksi ini yang bernilai negatif pada dosis 20 dan 40 ton ha-1 ini menunjukkan bahwa fraksi ini bukan fraksi yang stabil. Akan tetapi fraksi ini bisa memberikan P jika terjadi pengurangan dengan fraksi yang tersedia atau labil karena diambil oleh tanaman (Hartono et al., 2006).

39

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian kotoran sapi secara umum nyata meningkatkan pH tanah, kapasitas tukar kation (KTK), C-Organik, kejenuhan basa (KB) dan mengurangi konsentrasi Al-dd baik di daearah rhizosfer dan antar baris tanaman.

Pemberian kotoran sapi juga secara umum nyata meningkatkan kadar semua fraksi P-inorganik baik fraksi yang tersedia bagi tanaman (resin-Pi dan NaHCO3-Pi) maupun fraksi yang terikat secara kemosorpsi (NaOH-Pi) baik di daearah rhizosfer dan antar baris tanaman.

Nilai-nilai perubahan pH tanah, KTK, C-organik dan KB setelah panen di daerah rhizosfer lebih tinggi dibandingkan setelah panen di daerah antar baris tanaman. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari aktifitas akar tanaman.

Transformasi bentuk P tersedia (resin-P) di percobaan lebih lambat dibandingkan dengan percobaan inkubasi di laboratorium yaitu berkisar antara 4.76 % hingga 33.43% untuk daerah rhizosfer dan 12.9 % hingga 52.78 % untuk daerah antara baris tanam. Fraksi NaOH-Pi pada tanah percobaan dapat menjadi cadangan P karena bisa memberikan P yang diikat ke bentuk fraksi lain jika P dalam larutan berkurang

Dari hasil penelitian ini, didapat bahwa dosis kotoran sapi yang terbaik untuk direkomendasikan sebagai bahan amelioran pada tanah Ultisol Gunung Sindur adalah pada dosis 40 ton ha-1.

5.1. Saran

1. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang mobilitas hara di daerah rhizosfer karena dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaaan antara daerah rhizosfer dengan daerah antar baris tanam

40

2. Perlu adanya penelitian lanjutan yang terkait dengan evaluasi pengaruh pemberian bahan organik terhadap perubahan fraksi P dalam bentuk organik.

41

Dokumen terkait