• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

E. Bentuj, Sifat, dan Jenis Reksa Dana

2. Sifat Reksa Dana

Jika dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Reksa Dana Tertutup

Menurut Bapepam (1997:8) Reksa Dana Tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali sahan-saham yang telah dijual kepada pemodal. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat menjual kembali

sahamnya kepada Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, haarus dilaksanakan melalui Bursa Efek tempan Reksa Dana tersebut dicatatkan. Harga pasar dari Reksa Dana Tertutup ini berubah-ubah dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan fluktuasi harga (kurs) saham perusahaan publik.

b. Reksa Dana Terbuka

Yaitu Reksa Dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham/unit Reksa Dana yang bersifat terbuka ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan manajer investasi reksa dana , melalui Bank custodian wajib membelinya kembali sesuai dengan NAB/Unit pada saat tersebut.

Bapepam (1997:8) menyatakan bahwa menurut peraturan, pembayaran atas penjualan kembali (redemption) harus dilakukan sesegera mungkin dan tudak boleh terlalu lamadari 7 (tujuh) hari bursa sejak dimint penjualan kembali oleh investorpemegang saham/unit.

Dari penjelasan reksa dana berdasarkan sifatnya, dapat disimpilkan karakteristik dari reksa dana tertutup dan terbuka yaitu :

Tabel 2.1

Karakteristik Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya PT. Reksa Dana Tertutup PT Reksa Dana Terbuka Menjual sahamnya pada

penawaran umum perdana sampai batas modal dasar

Menjual sahamnya secara terus menerus sepanjang ada pemodal yang membeli.

Saham reksa dana dicatatkan di bursa efek

Saham reksa dana tidak perlu dicatat di bursa efek

Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksa dana tetapi kepada investor lain melalui bursa.

Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksa dana

Harga jual atau beli saham tergantung penawaran dan permintaan antar investor di bursa.

Harga jual atau beli antara saham PT. Reksa Dana dengan investor didasarkan atas Nilai Aktiva Bersihper saham yang dihitung oleh Bank Kustodian.

Sumber: Eko P. Pritomo & Ubaidillah Nugraha (2004:46) 3. Jenis Reksa Dana

Dari sisi peraturan Bapepam, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam empat jenis kategori , yakni:

a. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa Dana pasar uang merupajkan reksa dana yang tingkat risiko paling rendah. Dilain pihak, potensi keuntungan reka dana ini juga terbatas.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPD) adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80

%dari porto folio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang.

c. Reksa Dana Saham

Reksa Dana Saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 % dari portofolio yang dikelolanyake dalam efek bersifat ekuitas (saham). Walaupun risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis reksa dana sebelumnya, namun reksa dana saham ini menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

d. Reksa Dana Campuran

Reksa Dana ini melakukanmelakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk reksa dana pendapatan tetap dan saham diatas. Reksa dana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi dari reksa dana pendapatan tetap.

F. Mengukur Kinerja Reksa Dana 1. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja reksa dana adalah Nilai Aktiva Per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau harga per unit yang selalu dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan NAB/Unit menjadi indicator kinerja investasi suatu reksa dana.

Beberapa publikasi mengenai kinerja mencoba mengolah kembali data NAB/Unit untuk memperoleh gambaran kinerja reksa dana misalnya sejak awal diterbitkan, sepanjang tahun berjalan, atau tiga bulan terakhir. Istilah NAB tidak bias dipisahkan dari reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur memantau hasil dari suatu reksa dana.

Menurut Tjipto Darmadji dan Hamdy M. Fakhrtddin (2001:160) Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau nett asset value (NAV) merupakan alat ukur kinerja reksa dana. Nilai Aktiva Bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan.

Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyrertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai unit penyertaan yang beredar (outstanding). Bagi investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain:

a. Sebagai harga beli atau jual saat investor membeli atau menjual unit penyertaan suatu reksa dana.

b. Sebagai indicator hasil (untung atau rygi) investasi yang dilakukan di reksa dana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu asaat.

c. Sebagai sarabna untuk mengetahui kinerja historis reksa dana yang dimiliki investor.

d. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja-kinerja reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lain.

Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti jika nilai NAB mengalami kenaikan atau penurunan karena NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja asset yang merupakan portofolio reksa dana tersebut. Kalau harga pasar asset-asset suatu reksa dana mengalami kenaikan, demikian juga sebaliknya.

2. Mengukur Kinerja Dengan Metode Differential Return with Risk Measured by Standard Deviation

Menurut Farid Harianto dan Siswanto Sudomo (2001:595) konsep yang digunakan adalah garis pasar modal CML(capital market line). Bila kita bisa mengidentifikasi tingkat keuntungan suatu portofolio dengan tingkat keuntungan yang terletak pada CML, untuk standar deviasi yang sama disebut Differential Return. Bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang

ada pada CML, maka differential return-nya positif. Apabila sebaliknya, bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih kecil dari tingkat keuntungan yang ada pada CML, maka differential return-nya negatif. Portofolio yang baik adalah portofolio yang yang mempunyai

differential returnyang positif dan terbesar.

Rp Differentitial Return

A CML

M portofolio pasar pada CML A

Rf

σp Gambar 2.0

Penentuan Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation

Sumber: Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001:596)

Untuk menghitung differential return, bila slope yang menghubungkan Rf dan M yaitu (Rm-Rf)/σ untuk intercepnya adalah Rf, maka:

Rp= Rf+[Rm-Rf ]σp

Dimana:

Rp:expected returndari portofolio yang terletak pada CML Rm:expected return market

σm:standard deviation market

σp :standard deviation portofolio

Dengan menggunakan metode ini portofolio reksa dana disusun dari nilai tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang terbaik.

G. Penelitian Terdahulu

Farid Haryanto dan Siswanto (2001:201) mengatatakan bahwa salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh(mutual fund) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Friend, Blume dan Crocet dan

dikutip oleh Elton dan Gruber (1991:694), menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.3

Perbandingan Kinerja Mutual Funddengan Portofolio yang Dipilih Secara Acak, Variance dipakai sebagai

Ukuran Risiko (Januari 1960-Juni 1968)

Risiko Mutual Portofolio Mutual Portofolio Mutual Portofolio Fund Secara Acak Fund Secara Acak Fund Secara Acak Risiko Rendah 43 62 0.0012 0.00118 0.102 0.128 Risiko Sedang 25 51 0.00182 0.00184 0.118 0.142 Risiko Tinggi 15 50 0.00279 0.00279 0.138 0.162 Jumah Dalam Sample Rata-rata Variance Rata-rata Keuntungan

Tabel tersebut menunjukkan bahwa risiko yang digunakan adalah variance (yaitu bentuk kuadarat dari standar deviasi) tingkat keuntungan portofolio. Mutual funds yaitu yang dikelola olehmanager investment companies (artinya para professional), dibandingkan portofolio yang secara acak. Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata variance yang kurang lebih sama dan dikelompokkan sebagai risiko rendah, sedang, dan tinggi. Perhatikan bahwa rata-rata variance dalam eompok risiko yang sama, antara mutual fund dan portofolio yang dipilih secara acak dan dihitung dengan bobot yang sama, kurang lebih juga sama. Tetapi bila kita perhatikan dua kolom yang terakhir ternyata rata-rata bila dibandingkan dengan tingkat keuntungan

portofolio-portofolio yang dipilih secara acak hal ini mengundang pertanyaan tentang kemampuan para manajer reksa dana dalam mengelola dana yang dipercayakan kepada mereka.

Cara yang sama dilakukan untuk beta sebagai ukuran risiko oleh peneliti-peneliti yang sama, dikutip oleh Elton dan Gruber (1995:635). Hasilnya menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak dengan bobot yang sama ternyata juga menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada kelompok beta yang kurang lebih sama.

Guntur Irianto (2001:86) meneliti tentang pengaruh bunga deposito, kurs mata uang rupiah terhadap dolla dan harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan periode 1 Juni 1998 sampai dengan 30 Juni 2000 dengan menggunakan metode analisi regresi berganda, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bunga deposito dan kurs berpengaruh negative secara signifikan terhadap IHSG. Kedua variable tersebut memiliki hubungan yang saling subtitusi dengan bursa efek. Sedangkan harga emas berpengaruh positif serta signifikan terhadap IHSG.

Penelitian yang dilakukan Essy Asiyah (2005:69) Tentang pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunag Resiko SBI, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Periode

2004-2005, dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistic dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja reksa dana dengan menggunakan metode Differential Return with risk Measured by Standard Deviation dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan dan Suku Bunga Bebas Resiko SBI. 2. Indeks Harga Saham Gabungan yang mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Kinerja Reksa Dana yang diperoleh dengan menggunakan Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penagruh IHSG terhadap Kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode evaluasi kinerja Reksa Dana berkorelasi positif dan signifikan mempengaruhi kinerja Reksa Dana.

3. Suku Bunga SBI mempengaruhi secara signifikan kinerja Reksa Dana ditunjukkan oleh nilai signifikan sebesar 0.09. 4. Nilai kurs ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja

Reksa Dana. 5.

Menurut Eduardus Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Secara garis besar investasi dapat dibagi dalam dua kategori yaitu investasi dalam aktiva riil (asset riil) dan investasi dalam aktiva keuangan(asset financial).

Sebagai contoh investasi aktiva riil adalah investasi berupa gedung, pabrik, saluran distribusi baru dan sebagainya. Sedangkan contoh untuk investasi dalam aktiva keuangan adalah pembelian sertifikat deposito, saham, reksa dana dan obligasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Menurut Undang-Undang pasar modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27 reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan (kembali) dalam portofolio efek (saham, obligasi) oleh manajer investasi untuk meraih keuntungan kemudian memberikan hasil (return) kepada pemodal atas penyertaan dananya. Tujuan reksa dana umumnya adalah pertumbuhan (growth), pendapatan (income), serta sasaran keseimbangan atau campuran.

Dalam penelitian ini variabel-variabel independen yang dipilih untuk diteliti adalah inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko

sertifikat bank Indonesia dan indeks harga saham gabungan. Keempat faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio reksa dana sehingga diharapkan dapat menjadi indikator kuat bagi investor dalam mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio reksa dana. Untuk itu hipotesa mengenai keempat faktor tersebut terhadap kinerja reksa dana perlu dilakukan sehingga investor mempunyai dasar yang kuat dalam mengambil keputusan.

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap U$ Dollar Amerika sering kali dianggap sebagai salah satu indikator dalam perekonomian bangsa. Ketidakstabilan nialai tukar rupiah terhadap dolar di Indonesia sering kali dianggap senagai indikator ketidakstabialn perekonomian bangsa kita. Hal ini tentu mempengaruhi pada perdagangan saham di pasar bursa dan mempengaruhi perdagangan reksa dana di Indonesia yang juga akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk melakukan transaksi.

IHSG merupakan indikator penting yang menggambarkan situasi pasar yang sebenarnya dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika IHSG cenderung meningkat, demikian juga sebaliknya return tersebut menurun jika IHSG cenderung menurun.

Adanya inflasi akan berdampak besar terhadap perekonomian suatu Negara. Pada asaat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung nailk, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produk meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual akibatnya laba menurun. Dengan menurunnya kinerja keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang sehingga investor enggan untuk mempertahankan kepemilikannya atas saham sebagai indikator kinerja pasar modal.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja portofolio reksa dana adalah suku bunga bebas risiko SBI dimana return portofolio cenderung berkurang jika suku bunga bebas risiko SBI meningkat, sebaliknya return portofolio akan bertambah jika suku bunga bebas risiko menurun. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan pasar untuk menghindari risiko yang tinggi.

Melihat hubungan yang cukup erat antara inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko SBI dan IHSG tersebut terhadap kinerja portofolio reksa dana, maka peneliti dapat menggambarkan penelitian ini sebagai berikut.

KINERJA REKSADANA ρyx2 ρyx1 r12 SBI (X2) r14 r13 r23 IHSG (X1)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran I. Hipotesis

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian, di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1:

Ho: ρyx1=ρyx2=ρyx3=ρyx4= 0 Ha: ρyx1=ρyx2=ρyx3=ρyx4= 0

Ho : IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Ha : IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai ukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Hipotesis 2 Ho: ρyx1=0 Ha: ρyx1>0

Ho : IHSG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Ha : IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Hipotesis 3 Ho: ρyx2=0 Ha: ρyx2>0

Ho : SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Ha : SBI berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Hipotesis 4 Ho: ρyx3=0 Ha: ρyx3>0

Ho : Inflasi tidak berpenagruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Ha : Inflasi berpengagaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Hipotesis 5 Ho: ρyx4=0 Ha: ρyx4>0

Ho : Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

Ha : Nilai Tukar Rupiah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat konservasi, yaitu dimana peneliti langsung melakukan penelitian pada tiga lokasi yaitu Badan Pengawas Pasar Modal, Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta yang sekarang dikenal dengan Bursa Efek Indonesia. Penelitian

dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, menginventarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang dicerminkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) periode Januari 2005 sampai dengan tahun Desember 2007.

B. Metode Penentuan Sampel

Teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini adalah

purposive sampling yang berdasarkan judgment sampling. Purposive sampling adalah teknik pemilihan sample secara tidak acak dan didasarkan pada tujuan tertentu (Indrianto dan Supomo, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga Bebas Resiko, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Oleh karena itu, maka sampel yang digunakan adalah Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teknik

Sampel penelitian ini diambil dari reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam. Dari 34 Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam periode Januari 2005 sampai Desember 2007, hanya 12 Reksa Dana Saham yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena reksa dana saham yang terscatat di BEI dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria:

1. Semua Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Januari 2005 sampai dengan Desember 2007.

2. Semua Reksa Dana Saham yang selalu ada dan masih aktif selama Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. 3. Reksa Dana Saham yang telah menerbitkan laporan

keuangan mulai Januari 2005 sampai dengan Desember 2007.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian

yang dilaksanakan dan bersumber dari terbitan-terbitan Bursa Efek Indonesia, Bapepam dan Bank Indonesia.

Informasi utama yang digunakan sebagai data penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB/Unit) Reksa dana saham, data mengenai tingkat suku bunga bebas risiko peneliti menggunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dari Bank Indonesia berdasarkan laporan bulanan terbitan Bank Indonesia. Penelitian ini juga memilih SBI sebagai tingkat suku bungs bebas risiko dengan anggapan bahwa Bank Indonesia yang mengeluarkan SBI dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Jadi investasi yang dilakukan pada SBI benar-benar bebas risiko. Disertai data mengenai perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2005 sanpai dengan Desember 2007.

D. Metode Analisis

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mendata Reksa Dana yang termasuk reksadana saham selama periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007. Reksa dana yang akan menjadi objek penelitian adalah reksa dana Saham yang berturut-turut ada selama periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2007.

2. Menghitung return dan risiko dari masing-masing Reksa dana dalam penelitian ini., maka peneliti akan menggunakan program Microsoft exel untuk membantu dalam proses penghitungan return dan risiko masing-masing reksa dana.

a. Menghitung Return Dari Reksa dana

Dimana :

NAVt : Net Asset Value (NAB pada periode t NAVt-1 : Net Asset Value (NAB)periode sebelum t

b. Menghitung Resiko dari Reksa Dana

3. Evaluasi Kinerja reksa dana . Setelah didapatkan variable-variabel yang dibutuhkan untuk penghitungan kinerja Reksa Dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portfolio dengan

NAV1-NAVt-1 NAVt-1 2 (X-X)

σ

p:

(n-1)

menggunakan metodeDifferential Return with Risk Measure by Standar Deviation.

Rumusnya :

Dimana:

Rp:expected returndari portofolio yang terletak pada CML Rm:expected return market

σm:standard deviation market

σp :standard deviation portofolio

4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang dihitung menggunakan metode Differential Return with Risk Measure by Standar Deviation. Dalam pengujian dan pengukuran ini digunakan analisis regresi berganda. Dimana kinerja merupakan variable terikat (Y) dan factor-faktor IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah sebagai variable bebas (X).

Rp= Rf+[Rm-Rf ]σp

Dan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 16.0 for Windows.

5. Pengujian Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien korelas ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variable independen menjelaskan variabel depeenden yang dilihat melaluiadjusted R squarekarena variabel independennya lebih kecil.

b. Uji F (Uji Secara Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi trsebut. Bila Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5% (Alpha: 5%=0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara simultan.

c. Uji T ( Uji Secara Parsial)

Uji t digunakan untuk memganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Thitung lebih besar dari Ttabel atau nilai signifikan T<Alpha : 5% (0,005)

maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.

d. Pengujian analisis path

(Kusnendi 2005:1) Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Sedangkan definisi lain mengatakan: “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangakat variabel.” (Paul Webley 1997). David Garson dari North Carolina State University

mendefinisikan analisis jalur sebagai “Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung

(pemberi respon) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik. (David Garson, 2003). Dari definisi-definisi di atas dapat dasimpulkan bahwa sebenarnya analisis jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda.

E. Operational Variabel Penelitian

Di dalam pengujian pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap kinerja reksa dana saham khususnya Reksa Dana Saham dmana yang

Dokumen terkait