• Tidak ada hasil yang ditemukan

Januari 2012 6.386,5 4.788,9 6 0,125 124.975 2,66 Februari 2012 7.083,4 5.553,3 6 0,131 130.665 2,63 Maret 2012 3.670,4 2.868,4 6 0,130 130.249 2,63 April 2012 2.506,2 1.719,4 6 0,114 114.343 2,71 Mei 2012 677 457,2 6 0,113 112.555 2,72 Juni 2012 1.293,9 878,7 6 0,113 113.185 2,71 Juli 2012 5.718,6 3.667,3 6 0,107 106.881 2,75 Agustus 2012 3.176,3 2.091,6 6 0,110 109.750 2,73 September 2012 4.982,1 3.072 6 0,103 102.768 2,77 Oktober 2012 1.041,9 515,9 6 0,083 82.526 2,89 November 2012 586.5 363,3 6 0,103 103.240 2,76 Desember 2012 3.000,3 1.841,4 6 0,102 102.290 2,77 Sumber : ADC IPB-ICDF TAIWAN, Bogor (2012)

Dari hasil perhitungan, manfaat pencapaian sigma dari proses produksi jambu kristal masih berada di kisaran 2- sigma. Kapabilitas sigma terendah pada bulan Februari dan Maret 2012 yaitu 2,63 sigma dan tertinggi pada bulan Oktober 2012 yaitu 2,89 sigma. Grafik kapabilitas sigma per bulan selama tahun 2012 digambarkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik kapabilitas sigma pada produksi jambu kristal

Pengendalian mutu dengan menggunakan six sigma memang masih jarang dipakai di Indonesia. Perusahaan yang telah memakai metode ini, kebanyakan dari industri manufaktur dan perbankan. Berdasarkan perbandingan manfaat tingkat pencapaian sigma pada rata-rata industri di dunia yang terdapat pada Tabel 3, tingkat pencapaian rata-rata industri di Indonesia masih berada di kisaran 2- sigma. Pencapaian tingkat sigma ini masih sangat jauh dari target kapabilitas sigma yang mencapai 6 sigma atau 3,4 DPMO. Begitu juga dalam penelitian ini, perhitungan sigma yang dilakukan pada perusahaan yang bergerak di agribisnis yaitu ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor masih rendah yaitu berada di kisaran 2-sigma. Perusahaan yang bergerak di agribisnis memang lebih sulit untuk menerapkan metode six sigma yaitu pengendalian mutu dengan target pencapaian yang sangat ketat atau tingkat kecacatan mendekati nol (zero defect). Hal ini dikarenakan produk agribisnis yang rentan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor

2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3 Nilai Sigma

17

alam yang sulit untuk dikendalikan. Dengan demikian, untuk saat ini ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada proses produksi jambu kristal dan sangat membutuhkan effort yang tinggi untuk mewujudkan kondisi zero defect.

Tahapan Analyze (Analisis)

Pada Gambar 10 menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan bakal busuk dan bonyok atau remuk .

Bakal busuk Bonyok atau remuk Pendistribusian Kelalaian pekerja

Penyimpanan Penyakit dan hama Lingkungan

Moda transportasi seadanya Jarak distribusi jauh

Benturan Kelebihan pemberian pestisida Kelembaban tinggi Jarak penanaman rapat Kelalaian dalam pencucian buah Keterlambatan Pemanenan buah Kelalaian pemberian penahan benturan Suhu ekstrem Terlalu lama

dalam chiller Infeksi cendawan

Gambar 10. Diagram sebab akibat bakal busuk dan bonyok atau remuk Sedangkan pada Gambar 11, tulang ikan menunjukkan penyebab-penyebab dari kecacatan bintik atau bercak cokelat kehitaman pada kulit buah jambu kristal.

Bintik atau bercak coklat kehitaman

Lingkungan Hama

Metode perawatan Kelalaian pekerja Penyakit tanaman Bercak daun Sejak kecil Ranting yang sakit Serangan ulat buah Serangan kutu buah Suhu rendah Kelembaban tinggi Keterlambatan Pembronsongan buah Kurang tanggap Pengendalian hama Plastik pelindung Kurang rapat Tidak rutin dalam

memberi pestisida

Kelebihan dalam Pemberian pestisida

Gambar 11. Diagram sebab akibat bintik atau bercak cokelat kehitaman Diagram sebab akibat untuk penyebab dari tipe kecacatan yang lain seperti kulit buah mengeluas, buah masih hijau, buah terlalu matang, kotoran putih pada kulit buah dan tanaman yang tidak menghasilkan jambu kristal dapat dilihat pada Gambar 12.

Produk cacat Jambu kristal Buah belum matang Kulit buah mengelupas Tanaman tidak Menghasilkan Jambu kristal Kotoran putih Gesekan saat distribusi Tidak memakai Plastik pelindung buah Terlalu cepat dipanen Kesalahan Penjadwalan pemanenan Pekerja salah melihat Serangan hama Ulat putih Gagal okulasi Kesalahan Metode okulasi

Gambar 12. Diagram sebab akibat produk cacat jambu kristal

Selain itu, dari hasil wawancara dengan tim jambu kristal dari ADC IPB ICDF Taiwan dan observasi ke lapangan, didapatkan fakta bahwa kekurangan pasokan jambu kristal dari perusahaan dikarenakan adanya sistem gabruk hasil panen dari lahan petani mitra. Sistem gabruk adalah penjualan hasil panen jambu kristal ke pengumpul atau tengkulak tanpa dilakukan pensortiran terlebih dahulu dengan pemberlakuan satu harga untuk setiap grade yaitu sekitar Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram. Dari hasil wawancara dengan salah satu petani mitra sekaligus pengumpul hasil panen dari 11 orang petani di Desa Bantarsari dan sekitarnya, jumlah hasil panen rata-rata perbulan yang mereka kirim ke ADC IPB-ICDF Taiwan dibandingkan ke pasar lain seperti bazar Kementerian Pertanian, stand di Dinas Pertanian dan kehutanan Bogor, stand di kantor Walikota Bogor dan beberapa supermarket yang menjadi langganan petani adalah 1:5. Hal ini menyimpulkan loyalitas petani mitra yang masih kurang terhadap perusahaan dikarenakan hasil panen mereka tidak seluruhnya dikirim ke kantor ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor. Beberapa alasan petani yang melakukan sistem gabruk

antara lain hasil panen yang sedikit ditambah lagi lokasi kantor yang jauh dari lahan petani mitra serta biaya transportasi yang tidak sebanding dengan hasil penjualan panen yang mereka terima saat menjual ke ADC IPB-ICDF Taiwan Bogor, menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjual hasil panen mereka dengan sistem gabruk bahkan ada beberapa petani yang memberlakukan sistem

pembelian “jemput” yaitu pembeli datang langsung ke tempat pengumpul

dikarenakan dari hasil kumulatif pendapatan penjualan lebih menguntungkan.

Tahapan Improve (Perbaikan)

Tipe kecacatan jambu kristal dibagi menjadi penyebab yang sulit dikendalikan dan mudah dikendalikan. Tipe kecacatan seperti bakal busuk dan bintik cokelat atau bercak kehitaman adalah beberapa tipe kecacatan yang sulit untuk dikendalikan disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, penyakit dan hama serta faktor human error. Sehingga risiko terjadinya tipe kecacatan ini memiliki peluang yang sangat tinggi. Sedangkan, tipe kecacatan kulit buah mengelupas, buah masih hijau dan buah kematangan adalah beberapa tipe kecacatan yang mudah dikendalikan disebabkan oleh faktor kesalahan pekerja

19

seperti keteledoran yang sebenarnya bisa dihindari, sehingga akan berdampak pada penurunan jumlah produk cacat.

Penanggulangan tipe kecacatan jambu kristal yang sulit dikendalikan dimulai dengan mengetahui penyebab potensial yang menyebabkan kecacatan dari prioritas tertinggi hingga terendah dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), untuk dijadikan dasar merumuskan rekomendasi action planbagi perusahaan. Penilaian kuisioner untuk metode FMEA yaitu skor SEV (Severity), OCC (Occur) dan DET (Detect) setiap item penyebab kecacatan jambu kristal dilakukan oleh tim jambu kristal ADC IPB-ICDF TAIWAN. Berdasarkan penilaian tersebut dapat dihitung RPN (Risk Priority Number) yaitu hasil perkalian dari SEV, OCC, dan DET. Responden memberikan skor dari 1-10 pada kolom SEV (Severity) yaitu tingkat keseriusan atau keparahan yang akan diakibatkan oleh setiap mode kegagalan, OCC (Occur) adalah tingkat kemungkinan terjadinya kegagalan dan DET (Detect) adalah tingkat pendeteksian kegagalan diakibatkan kemungkinan lolosnya penyebab kegagalan dari tindakan kontrol yang sudah dilakukan perusahaan.

Dari hasil diskusi dengan tim jambu kristal (diagram FMEA dapat dilihat pada Lampiran 2) didapatkan prioritas item atau modus kegagalan potensial dari tertinggi hingga terendah untuk penyebab kecacatan bintik atau bercak pada kulit buah jambu kristal adalah :

1. Kelalaian pekerja dalam memberikan pestisida karena kelelahan atau akibat beriteraksi dengan sesama pekerja (RPN=200)

2. Kelalaian pekerja dalam pengendalian hama tanaman misal kurang tanggap mendeteksi adanya tanaman yang terserang hama atau penyakit (RPN=162) 3. Kondisi lingkungan yang memiliki suhu lembab dan teduh mendukung

perkembangbiakan hama sehingga serangan hama meningkat dan menyerang buah (RPN=128)

4. Bibit tanaman yang membawa penyakit bercak pada tanaman (RPN=96)

Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial dari kecacatan produk jambu kristal berupa bintik atau bercak kecokelatan pada kulit buah yaitu dengan cara melakukan pengontrolan pekerja saat pemberian pestisida yang telah terjadwal untuk menghindari kelalaian pekerja yang kelebihan dalam memberikan dosis dan segera membuang jambu kristal yang telah terlihat memiliki bintik atau bercak cokelat kehitaman yang melebar karena hama atau penyakit agar tidak terkena ke buah jambu kristal yang lain. Selain itu juga, dibuat shift bagi pekerja untuk pembagian pekerjaan dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman. Hal ini dilakukan agar penanganan seluruh tanaman jambu kristal lebih terkendali dan terawasi untuk mencegah kelalaian dalam pengendalian hama dikarenakan lahan yang cukup luas.

Sedangkan untuk tipe kecacatan bakal busuk pada jambu kristal, berdasarkan penilaian terhadap SEV, Occur dan Detect (diagram FMEA dapat dilihat pada Lampiran 3) didapatkan kesimpulan bahwa penyebab mode kegagalan potensial berdasarkan prioritas tertinggi ke terendah adalah:

1. Kelalaian pekerja dalam pemanenan misal karena buah terlambat dipanen sehingga terlalu matang di pohon (RPN=216)

2. Kelalaian pekerja dalam pemberian pestisida misal kelebihan pestisida menyebabkan kulit buah berwarna merah (RPN=192)

3. Pendistribusian dari petani dikarenakan moda transportasi yang seadanya dan jarak distribusi yang jauh dari kantorADC IPB-ICDF Taiwan (RPN=189) 4. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman yang menyebabkan bakal busuk

pada buah misal berupa infeksi cendawan Botryodiplodia thebromaepat (RPN=162)

5. Kondisi lingkungan misal kelembaban yang tinggi dan penanaman tanaman yang terlalu rapat jaraknya (RPN=112)

Tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyebab kegagalan potensial dari kecacatan produk jambu kristal berupa bakal busuk pada buah yaitu dengan cara pembuatan shift pekerja atau penjadwalan pemanenan buah yang teratur agar lebih terkendali dan buah yang telah matang tidak terlambat dipanen. Penanganan serta pengendalian hama dan penyakit harus benar-benar diperhatikan oleh perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Perawatan harus lebih rutin dilakukan pada musim hujan karena serangan hama lebih banyak terjadi pada musim ini dikarenakan suhu dan kelembaban yang mendukung perkembangan hama tersebut.

Sedangkan, penanggulangan untuk tipe kecacatan yang mudah dikendalikan harus dilakukan lebih intensif dan ketat. Misal untuk tipe kecacatan buah masih hijau dan buah kematangan yang disebabkan oleh keteledoran pekerja saat pemanenan, bisa ditanggulangi dengan pengawasan yang ketat ketika masa panen. Selain itu,tipe kecacatan kulit buah mengelupas yang disebabkan oleh keteledoran petani mitra pada saat pasca panen yaitu pendistribusian ke kantor ADC IPB-ICDF Taiwan, bisa ditanggulangi dengan memberikan edukasi kepada petani untuk lebih berhati-hati dan telaten dalam melakukan pembersihan buah agar tidak merusak tekstur dan kemulusan kulit buah serta memberikan penahan benturan yang berlapis seperti koran atau kertas bekas agar buah tidak remuk atau bonyok saat pendistribusian. Dalam jangka panjang, perusahaan perlu memikirkan lebih lanjut untuk melakukan investasi dengan pendirian kantor cabang baru di daerah penghasil jambu kristal dari petani mitra yang berpotensi tinggi meningkatkan produksi misal di Desa Bantarsari. Sehingga hasil panen petani mitra lebih mudah terdistribusikan dengan peluang reject yang lebih kecil, dengan demikian produksi jambu kristal akan meningkat.

Tahapan Control (Pengendalian)

Pada tahapan control, batasan penelitian ini hanya sampai penentuan standar pengukuran yang didapat dari perhitungan garis sentral (Central Limit) pada peta kendali. Garis sentral (CL) melukiskan nilai baku yang menjadi dasar perhitungan terjadinya penyimpangan hasil–hasil pengamatan untuk tiap sampel. UCL (Upper Control Limit) atau batas kontrol atas adalah garis yang menunjukkan penyimpangan paling tinggi dari nilai baku dan LCL (Lower Control Limit) atau batas kontrol bawah adalah batas penyimpangan yang paling rendah. Nilai tiap sampel berdasarkan statistik dihitung dan kemudian digambarkan dengan titik-titik dan dihubungkan dengan garis untuk dianalisis. Apabila titik-titik-titik-titik berada dalam daerah yang dibatasi oleh UCL dan LCL, maka proses produksi berada dalam kontrol sehingga penyimpangan kualitas masih dapat ditolerir. Sebaliknya bila titik-titik berada di luar batas UCL dan LCL, maka proses produksi berada di luar kontrol. (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005)

21

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah sebagai berikut (Feigeumbaum dalam Nasution, 2005) :

1. Menentukan standar mutu proses 2. Menentukan data yang dibutuhkan

3. Menghitung rata-rata produksi per periode ( a ) yaitu 3343.6 kg 4. Menghitung rata-rata kerusakan per periode ( c ) yaitu 2318,1 Kg 5. Hitung kerusakan maksimum dan kerusakan minimum

Kerusakan maksimum = c + 3 √ c ………... ( 3 )

= 2.462,6 Kg

Kerusakan minimum = c - 3 √ c ……… ( 4 )

= 2.173,7Kg 6. Tentukan CL, UCL dan LCL

CL : Rata-rata jumlah kerusakan per periode ( c ) / rata-rata produksi per periode ( a )

CL = 69%

UCL : Kerusakan maksimum / a x 100% ………. ( 5 )

UCL = 74%

LCL : Kerusakan minimum / a x 100% ……… ( 6 )

LCL = 65%

Menurut Hatani (2007), produk cacat atau rusak yang mencapai atau melebihi Batas Kendali Atas (UCL), maka proses produksi yang dilakukan perusahaan dianggap tidak efektif. Sedangkan produk cacat atau rusak berada di Batas Kendali Bawah (LCL), maka proses produksi perusahaan dianggap cukup efektif. Pada bulan Juli, September, Oktober, November dan Desember 2012, persentase kecacatan produk jambu kristal berada di bawah Batas Kendali Bawah (LCL). Hal ini artinya proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan pada kelima bulan ini cukup efektif. Penyimpangan kualitas yang masih bisa ditolerir terjadi pada proses produksi bulan Mei, Juni dan Agustus 2012, karena persentase kecacatan jambu kristal masih berada pada daerah yang dibatasi oleh UCL dan LCL. Begitu juga pada bulan April 2012, penyimpangan kualitas tepat mencapai garis sentral yaitu 69% sehingga penyimpangan pada bulan ini dianggap masih bisa ditolerir. Sedangkan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2012, persentase kecacatan jambu kristal melebihi Batas Kendali Atas, artinya proses produksi pada ketiga bulan ini tidak efektif. Berdasarkan pencapaian tingkat sigma tersebut, perusahaan masih belum realistis untuk mengaplikasikan six sigma pada proses produksi jambu kristal dan membutuhkan effort pengendalian mutu produk yang cukup tinggi untuk mewujudkan kondisi zero defect atau tingkat kecacatan mendekati nol. Peta kendali penyimpangan kualitas jambu 21ristal produksi dari ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor per bulan selama tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Peta kendali penyimpangan kualitas jambu kristal tahun 2012

Implikasi Manajerial

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk jangka pendek antara lain : 1) melakukan tindakan yang tanggap terhadap tanaman atau buah yang telah terkena hama dan penyakit dengan cara sanitasi kebun, 2) menggiatkan intensifikasi lahan seperti pemangkasan, perebahan tanaman dan pemberian fungisida dengan pengawasan yang lebih ketat terutama saat high season (bulan-bulan saat produktivitas jambu kristal tinggi) misal membuat kartu laporan pengawasan pekerja yang berisi rincian pekerjaan disertai dengan jadwal pekerjaan rutin setiap hari kerja yang harus dilakukan oleh pekerja dan wajib dilaporkan ke tim pengawas, dan 3) pembagian shift pekerja yang lebih teratur dan penjadwalan pekerjaan yang lebih tertata yaitu dengan pembinaan dan pemahaman kembali SOP perawatan dan pemeliharaan. Tindakan perbaikan untuk jangka menengah antara lain : 1) peningkatan efektivitas dari aktivitas pertemuan rutin dengan kelompok petani misal membuat stand informasi“asking centre” bagi petani mitra dan pemberian reward bagi petani mitra teladan pada berbagai kategori misal produktivitas tertinggi, loyalitas dan sebagainya, yang diharapkan dapat mendongkrak hasil panen dan memotivasi petani mitra agar melakukan upaya peningkatan kualitas jambu kristal di lahan mereka, 2) melakukan penambahan petani mitra yang sesuai dengan spesifikasi perusahaan dan menerapkan perjanjian kontrak, 3) peningkatan kapabilitas karyawan melalui pelatihan dan bimbingan untuk penerapan manajemen yang efektif. Sedangkan tindakan perbaikan untuk jangka panjang antara lain : 1) melakukan ekstensifikasi lahan yaitu perluasan lahan milik ADC IPB-ICDF TAIWAN dan/atau kantor cabang baru di Desa Bantarsari untuk mengurangi produk reject dari petani mitra disebabkan oleh keteledoran saat pendistribusian sehingga akan berdampak untuk meningkatkan hasil panen jambu kristal, dan 2) melakukan tindakan persiapan untuk mendapatkan sertifikasi ISO (International Standard Organization) seperti audit internal mutu jambu kristal.

50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% UCL = 74% CL = 69% LCL = 65%

23

Dokumen terkait