• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Signifikansi dan Efek Kedua Faktor Beserta Interaksinya Terhadap Respon Panjang Gelombang Maksimum

V. Hasil dan Pembahasan

2. Uji Signifikansi dan Efek Kedua Faktor Beserta Interaksinya Terhadap Respon Panjang Gelombang Maksimum

Tabel VIII menunjukkan hasil pengujian faktor yang berpengaruh pada panjang gelombang dengan menggunakan software. Hasil menunjukkan bahwa p-value dari waktu pembuatan, suhu pembuatan maupun interaksinya lebih besar dari 0,05 sehingga pada penelitian ini tidak ditemukan faktor yang benar-benar signifikan dalam mempengaruhi panjang gelombang.

Angka positif menunjukkan bahwa waktu pembuatan, suhu pembuatan, dan interaksi dapat meningkatkan respon panjang gelombang maksimum pada penyimpanan 24 jam, serta suhu pembuatan dapat meningkatkan respon panjang gelombang maksimum pada penyimpanan 30 hari. Sedangkan angka negatif pada waktu pembuatan dan interaksi dapat menurunkan respon panjang gelombang maksimum pada penyimpanan 30 hari. Faktor suhu pembuatan dinyatakan memiliki persen kontribusi paling besar dalam menaikkan respon panjang gelombang maksimum penyimpanan 24 jam dan 30 hari, serta memiliki efek yang paling besar dalam menaikkan respon panjang gelombang maksimum penyimpanan 24 jam dan 30 hari. P-value suhu pembuatan lebih besar sama dengan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa faktor suhu pembuatan tidak mempengaruhi respon panjang gelombang maksimum penyimpanan 24 jam dan 30 hari pada sediaan nanopartikel perak dengan bioreduktor ekstrak tempe.

Tabel VIII. Efek Kedua Faktor dan Interaksinya Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Pengukuran 24 Jam

Faktor Efek %Kontribusi P-Value Waktu Pembuatan 2,5 0,00709531 0,9791 Suhu Pembuatan 140,5 22,4101 0,1668 Interaksi 7,16667 0,0583077 0,9401

23

Tabel IX. Efek Kedua Faktor dan Interaksinya Terhadap Panjang Gelombang Maksimum Pengukuran 30 Hari

Gambar 6. Efek Waktu Pembuatan terhadap Panjang Gelombang Maksimum Penyimpanan 24 Jam

Gambar 7. Efek Waktu Pembuatan terhadap Panjang Gelombang Maksimum Penyimpanan 30 Hari

Faktor Efek %Kontribusi P-Value

Waktu Pembuatan -28,83333333 0,850668691 0,7988 Suhu Pembuatan 29,5 0,890460738 0,7943 Interaksi -16,5 0,27857275 0,8839

24

Penentuan Area Optimum Sediaan Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Tempe sebagai Bioreduktor

Penentuan area optimum pada penelitian ini dilakukan guna memastikan apakah semua formula masuk ke dalam area optimum yang diharapkan. Penentuan area optimum dilakukan dengan menggunakan aplikasi Design Expert versi 12 trial dengan cara memplotkan contour plot respon ukuran partikel dan panjang gelombang maksimum yang diperoleh sehingga ditemukan overlay plot yang merupakan area optimum dalam penelitian ini.

Area optimum yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai acuan karena p-value yang dihasilkan tidak signifikan. Rincian persamaan dan p-value terdapat pada tabel X.

Tabel X. Persamaan Desain Faktorial

Pembuatan Sediaan Gel Nanopartikel Perak Bioreduktor Ekstrak Tempe Bentuk sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah gel. Gel dipilih karena memiliki keistimewaan yaitu bening dan segera mencair jika berkontak dengan kulit sehingga diharapkan memiliki kemampuan berpenetrasi lebih jauh dari krim 22. Pembuatan gel nanopartikel perak ini menggunakan Carbopol sebagai gelling agent. Bahan lain dalam formula gel ini adalah gliserin dan propilen glikol sebagai humektan untuk menjaga kelembapan sediaan serta kelembapan kulit saat diaplikasikan. Dalam penelitian ini digunakan pula TEA, TEA adalah basa lemah yang berfungsi untuk menetralisasi larutan carbopol dan menambah konsistensi larutan carbopol. Pada pembuatan gel ini tidak digunakan tambahan aquadest sebagai pelarut. Formula gel pada penelitian ini mengacu pada penelitian Maheswara tahun 2010.

Respon Persamaan P-Value

Ukuran Partikel Y = 253,150 + 3,658(X1) + 12,912(X2) - 0,1366(X1X2) 0,3502 Panjang Gelombang Maksimum

Penyimpanan 24 Jam Y = 196,167 - 0,950(X1) + 5,544(X2) - 0,047(X1X2) 0,5409 Panjang Gelombang Maksimum

25

Carbopol sebagai gelling agent dikembangkan terlebih dahulu di dalam air, namun pada penelitian ini carbopol dikembangkan dalam sediaan nanopartikel perak dengan konsentrasi 3%b/v selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan hidrasi, mencapai viskositas dan kejernihan gel yang maksimum. Carbopol membutuhkan netralisasi atau peningkatan pH untuk membentuk gel. Oleh karena itu dalam formula ditambahkan TEA sebagai agen peningkat pH. Pada penelitian ini pH yang dikehendaki ada pada rentang nilai 6-8 untuk menyesuaikan pH kulit manusia yaitu 5,5 – 6,5 untuk menghindari iritasi kulit apabila pH terlalu asam atau basa. Pada pH 7, carbopol memiliki viskositas dan kejernihan yang optimum sehingga range pH 6-8 dapat digunakan 23. Rentang viskositas yang diharapkan dalam formula ini adalah 5 – 8,5 Pa.s dengan daya sebar 3 – 5 cm 24.

Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Gel Nanopartikel Perak Bioreduktor Ekstrak Tempe

Uji sifat fisik bertujuan untuk melihat kualitas suatu sediaan dan menjamin bahwa sediaan tersebut memiliki karakteristik sesuai dengan yang diharapkan.

1. Organoleptik

Aspek yang diamati dalam uji organoleptis pada sediaan gel nanopartikel perak adalah warna, bau dan homogenitas. Tabel XI menunjukkan hasil uji organoleptis setelah penyimpanan 48 jam sedangkan gambar 8 menunjukkan gel nanopartikel perak dari 4 formula.

26

Tabel XI. Hasil Uji Organoleptis Gel Nanopartikel Perak Setelah Penyimpanan 48 Jam

Formula Warna Bau Homogenitas F1 Bening kekuningan (tergantung

warna sediaan nanopartikel perak)

Khas tempe

Homogen Fa Bening kecoklatan (tergantung

warna sediaan nanopartikel perak)

Khas tempe

Tidak homogen Fb Bening kecoklatan (tergantung

warna sediaan nanopartikel perak)

Khas Tempe

Tidak homogen Fab Benong kekuningan (tergantung

warna sediaan nanopartikel perak)

Khas Tempe

Homogen

2. pH

Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH setiap formula yang dibuat. Uji dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Hasil uji pH gel nanopartikel perak setelah penyimpanan 48 jam dan 30 hari ditunjukkan pada tabel VIII. Pada hasil uji pH tersebut, nilai pH yang dikehendaki dengan rentang nilai 6-8 terpenuhi pada keseluruhan formula dan kedua waktu penyimpanan. Carbopol sebagai gelling agent akan memiliki viskositas optimum pada rentang pH 6-8. Nilai pH kulit manusia adalah 6-6,5, dengan demikian nilai pH yang diharapkan pada sediaan ini adalah 6 karena masih memenuhi viskositas carbopol dan sesuai dengan pH kulit manusia.

Hasil yang ditunjukkan pada tabel XII, gel nanopartikel perak dengan ekstrak tempe sebagai bioreduktor memenuhi kriteria untuk mendapatkan viskositas terbaik dari gelling agent carbopol, namun nilai pH yang dihasilkan memiliki kemungkinan untuk mengiritasi kulit dengan nilai pH lebih dari 6,5.

Tabel XII. Rata-rata Hasil Pengukuran pH Gel Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Tempe sebagai Bioreduktor

Formula Penyimpanan 48 Jam Penyimpanan 30 hari

F1 7 8

Fa 7 8

Fb 7 8

27 3. Viskositas dan Daya Sebar

Viskositas sebuah sediaan tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah. Hal ini karena jika terlalu tinggi maka gel akan sulit untuk dikeluarkan dari kemasan, sedangkan jika terlalu rendah maka akan menurunan kemampuan penyerapan di kulit. Tabel XIII menunjukkan rata-rata hasil pengukuran viskositas dan daya sebar gel nanopartikel perak dengan bioreduktor ekstrak tempe. Pada tabel XIII nampak hasil viskositas belum memenuhi kriteria rentang nilai yang diharapkan yaitu 5 – 8,5 Pa.s 24 sedangkan untuk stabilitas sifat fisik dari gel ini dinyatakan sudah baik dengan besar pergeseran viskositas adalah kurang dari atau sama dengan 5% untuk semua formula.

Pergeseran nilai viskositas pada penyimpanan 30 hari dapat disebabkan oleh adanya peningkatan pH sediaan sehingga membuat viskositas menjadi lebih rendah dari 48 jam penyimpanan.

Uji daya sebar digunakan untuk mengetahui kemudahan pengaplikasian suatu sediaan pada kulit. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas yaitu semakin tinggi viskositas maka semakin rendah daya sebar yang dihasilkan. Daya sebar yang diharapkan dan penelitian ini adalah 3 – 5 cm 24.

Tabel XIII. Rata-rata Hasil Pengukuran Viskositas Gel Nanopartikel Perak

Uji Antibakteri Sediaan Nanopartikel Perak Bioreduktor Ekstrak Tempe Pada uji antibakteri akan diukur respons pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen mikroba dalam hal ini adalah nanopartikel perak bioreduktor ekstrak tempe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi.

Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi zat antibakteri dengan hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidaknya

Formula Daya Sebar 48 Jam (cm)

Viskositas 48 Jam (Pa.S)

Viskositas 30 Hari

(Pa.S) Pergeseran Viskositas

F1 3,90±0,22 4,39±0,56 4,18±0,76 5%

Fa 3,87±0,27 4,38±0,56 4,16±0,20 5%

Fb 3,92±0,31 4,19±0,17 4,00±0,20 5%

28

zona hambat yang akan terbentuk di sekeliling zat antimikroba dalam hal ini adalah nanopartikel perak bioreduktor ekstrak tempe setelah penyimpanan 24 jam, pada masa inkubasi 24 jam. Menurut penelitian Greenwood di tahun 1995 efektivitas suatu zat antibakteri dapat diklasifikasikan menjadi klasifikasi respon hambat yaitu jika diameter zona terang kurang dari 10 mm maka dikatakan tidak ada respon hambat, jika diameter zona terang 10-15 mm maka dikatakan respon hambatan lemah, jika diameter zona terang 16-20 mm dikatakan sedang, dan jika lebih dari 20 mm maka dikatakan kuat. Tabel XIII menunjukkan zona hambat sediaan nanopartikel perak dengan ekstrak tempe sebagai bioreduktor terhadap bakteri S.aureus. Pada tabel tersebut nampak bahwa rata-rata zona hambat F1 dan Fa memiliki respon antibakteri lemah, Fb respon antibakteri sedang, dan Fab memiliki respon antibakteri kuat.Respon bakteri kuat yang dimiliki Fab diduga menunjukkan bahwa nanopartikel dengan suhu pembuatan 900C dan waktu pembuatan 30 menit menghasilkan efektivitas sediaan nanopartikel perak yang paling baik ditunjukkan dengan hasil ukuran partikel yang kurang dari 100 nm dan memiliki panjang gelombang maksimum yang stabil mulai dari 24 jam sampai dengan 30 hari.

Hasil uji antibakteri di tabel XIV menunjukkan bahwa larutan nanopartikel perak dengan ekstrak tempe sebagai bioreduktor memiliki respon hambat lemah sampai dengan kuat. Pada tabel XV menunjukkan data blangko larutan perak nitrat dan larutan ekstrak tempe. Namun, data pada tabel XV tidak dapat dijadikan acuan karena hanya terdiri dari dua replikasi saja sehingga menjadi salah satu kelemahan dari uji antibakteri pada penelitian ini.

Tabel XIV. Zona Hambat Nanopartikel Perak Bioreduktor Ekstrak Tempe terhadap Bakteri S. aureus

Macam Replikasi F1 (mm) Fa (mm) Fb (mm) Fab (mm) Replikasi 1 16 11 14 14 Replikasi 2 12 15 16 20 Replikasi 3 18 18 18 20 Rata-rata ± SD 15±3 15±3 16±2 18±3

29

Tabel XV. Zona Hambat Larutan Perak Nitrat & Ekstrak Tempe terhadap Bakteri S. aureus

Gambar 9. Gambar Zona Hambat dan Formula Pengamatan Sesaat Setelah Pembuatan

Gambar 10. Gambar Zona Hambat Blangko dan Formula Pengamatan Setelah Inkubasi 24 Jam

Macam Blangko Replikasi 1 (mm)

Replikasi 2 (mm) Larutan Perak Nitrat (mm) 14,5 30

30

Dokumen terkait