• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Sikap Informan Dalam Mengonsumsi Suplemen

Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa hampir seluruh informan memberikan sikap terbuka dan harus cermat dalam memilih jenis suplemen makanan yang beredar saat ini, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini:

”Wah...banyak kali itu ya....pokoknya kalau Ibuk si...harus cermat la...kalau mau konsumsi suplemen itu jangan sembarangan...”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut:

”Pande pande aja lah pilih yang cocok untuk kita punya badan, untuk sehat mana boleh asal, kan gitu?”

Dua orang informan menyatakan bahwa beredarnya berbagai jenis suplemen makanan adalah menunjukkan bahwa suplemen makanan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua informan tersebut memberikan pernyataan sebagai berikut:

”Nah, munculnya berbagai jenis suplemen itu berarti kan menunjukkan bahwa sekarang ini suplemen itu memang betul betul dibutuhkan masyarakat...”

”Kan memang dibutuhkan....maka banyak la suplemen yang beredar....”

Menurut ahli gizi Prof.Dr.Ali Khomsan MS, makanan seimbang tetap cara terbaik menjaga tubuh sehat. Namun, ketika kondisi kota terpolusi, konsumsi suplemen menjadi pilihan. Mejamurnya gerai-gerai suplemen makanan adalah indikasi dari meningkatnya penggunaan suplemen makanan. Pada 2005 tercatat 90 gerai, tahun 2005 meningkat menjadi 135 cabang dan belumtermasuk perusahaan Multi Level Marketing (MLM), salah satu contohnya adalah MLM CNI (Media Indonesia, 2005).

Dua orang informan tidak memberi tanggapan apapun dikarenakan takut salah memberi respon dan tidak mengetahui produk suplemen makanan lain diluar CNI.

”No comment la saya Buk...,nanti takut ada salah ngomong, nanti jelek pulak nama usaha orang, kan susah kita jadinya...”

”Yang lain-lain itu saya nggak tau Buk, Cuma CNI ini yang saya

tau...”

Satu orang informan bersikap bingung terhadap jenis suplemen makanan yang beredar saat ini.

”Bagi saya membingungkan Buk....karena terkesan menawarkan khasiat yang sama.”

Secara keseluruhan para ahli kesehatan menyatakan bahwa suplemen makanan aman untuk dikonsumsi dengan alasan penggunaan zat-zat dan bahan- bahan alami pada suplemen makanan tersebut. Beberapa produsen suplemen makanan telah melakukan penelitian intensif pada berbagai produk suplemen mereka. Hasi penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara suplemen makanan

yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan khasiat, misalnya suplemen Herbal Bitter memiliki khasiat yang sama seperti Sun Chlorella yaitu bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi sistem pencernaan, Ester C memiliki khasiat yang sama seperti Herbal Echinaceha yaitu bertujuan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh (www.sportindo.com).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh informan diketahui bahwa seluruh informan memiliki sikap positif terhadap manfaat suplemen makanan yang mereka konsumsi.

Seperti diungkapkan oleh informan berikut ini:

”Wah...Ibuk Tah...kalau tak makan ester C itu, ntahlah capeknya bukan main badan, tidurpun pulas, kalau nggak....hm....Tah....tak bisa tidur Tah...”

”Saya jadi tidak cepat lelah buk Titah...meskipun harus kerjakan tugas sampai malam...”

Istilah suplemen makanan adalah mengacu pada suatu produk yang mengandung satu atau nutrien penting, seperti vitamin, mineral dan protein. Bentuk dari produk suplemen makanan juga bermacam-macam, berupa tablet, kapsul, serbuk, gel atau cairan dan manfaat yang diperoleh konsumen suplemen makanan juga beragam diantaranya kondisi badan pulih, zat makanan yang kurang terpenuhi dengan mengonsumsi suplemen tersebut dan kondisi badan tetap segar bugar walaupun aktivitas meningkat (Intisari, 2002).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh bahwa seluruh informan memandang positif terhadap pihak yang menawarkan suplemen

makanan kepada mereka bahkan menurut peneliti karakteristik pihak yang menawarkan suplemen makanan adalah menjadi faktor yang sangat mempengaruhi informan untuk menjadi konsumen suplemen makanan tersebut.

Seperti dinyatakan oleh informan berikut ini:

”Pak Ari itu orangnya jelas. Setiap ada informasi apapun tentang kesehatan, dia sukak cerita ke Ibuk, kalau kita tanyak pun berkali- kali, tetap aja sabar jawabnya, apalagi kalau Ibuk pesan Ester C, sesegera mungkin langsung diantar kerumah, walaupun belum dibayar...”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan berikut ini:

”Pihak yang menawarkan pun berpengaruh jugak ya Tah...menurut

Ibuk, pak Sutris itu ngerti tata krama...waktu nawarkan produk CNI

ke Ibuk Tah...terus kalau Ibuk mau beli, tinggal telpon aja, nanti diantarnya, nanti ada seminar di kantor besarnya dia kasi tau

Ibuk...”

James F McKenzie (1993) juga menjelaskan tentang pentingnya cost benefit analysis dalam pencarian pelayanan kesehatan, tidak hanya terbatas kepada nilai materi saja, tetapi juga kepada hal-hal non materi, seperti kenyamanan, keyakinan dan kebutuhan untuk tetap sehat tanpa mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.

Satu orang mengungkapkan bahwa pihak yang menawarkan sudah ia kenal sejak lama dan oleh karena itu ia mengambil sikap atas dasar rasa percaya terhadap pihak yang menawarkan suplemen makanan.

”Yang nawarkan itu kan pak Ari Buk...Bapak itu dulu, teman saya sekolah Buk...lagian dari dulu memang orangnya bagus...ya... saya percaya aja sama dia.”

Menurut Allport (1954) dalam Soekidjo (2007), menjelaskan bahwa sikap itu memiliki tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecendrungan untuk bertindak.

Berdasarkan atas pengamatan dan pengalaman Peneliti yang beberapa kali pernah mengikuti berbagai latihan di PT CNI dapat diinformasikan bahwa ada suatu ikatan yang sangat erat antara atasan dan bawahan atau antara pemimpin dengan anggota biasa sehingga dalam setiap memberikan pelatihan selalu dibahas seluruh masalah dalam setiap bidang yang menjadi kendala dalam usaha menjalankan produk CNI.

Pemimpin dalam usaha CNI itu adalah pemimpin yang benar- benar mapan dari segi ekonomi, kesehatan, pengetahuan maupun prestasi. Mereka selalu memberikan sikap terbaik kepada seluruh anggota yang baru bergabung. Mereka juga tidak terlalu memperhitungkan biaya walaupun cukup besar biaya yang harus dikeluarkan dalam penyambutan anggota baru mulai biaya sewa gedung khusus untuk pertemuan sampai biaya konsumsi sekalipun mereka bersedia mengambil alih.

Dalam hal pemberian pelatihan adalah lebih banyak ditujukan kepada bagaimana seseorang tersebut bersedia bergabung menjadi anggota CNI. Dalam pelatihan itu dipelajari bagaimana bertata krama kepada orang yang belum dikenal atau yang telah dikenal dan diharapkan anggota berperilaku lebih baik

dalam kehidupan sosial masyarakat sehingga dalam pengambilan anggota baru lebih mudah dilakukan. Dalam pelatihan tersebut juga dipelajari juga ilmu psikologi sehingga diharapkan para anggota mampu menyelesaikan setiap permasalahan dilapangan dengan berbagai karakteristik orang yang berbeda baik dalam menjual produk ataupun dalam merekrut anggota baru.

Dokumen terkait