• Tidak ada hasil yang ditemukan

HANJAR 01 ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL

2. Sikap Kapal Dalam Setiap Keadaan Penglihatan

3. Perilaku kapal-kapal dalam keadaan saling menglihat.

4. Perilaku kapal-kapal dalam penglihatan terbatas.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.

Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang aturan mengemudikan kapal

2. Metode Brainstorming (curah pendapat)

Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman peserta tentang materi aturan mengemudikan kapal.

3. Metode Tanya Jawab

Metode ini digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

4. Metode Penugasan

Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media : a. White Board.

b. Laptop.

c. LCD in Focus.

d. Penghapus.

e. Kertas Flipchart.

2. Bahan :

a. Alat Tulis.

b. Kertas Flipchart.

3. Sumber Belajar :

Buku peraturan pencegahan tubrukan di laut (P2TL) karangan Capt. HR. Soebekti S.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit Pendidik melaksanakan:

a. Membuka kelas dan memberikan salam.

b. Perkenalan.

c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran

2. Tahap inti : 160 menit

a. Pendidik menyampaikan materi tali temali di atas kapal, takal dan takal dasar.

b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal yang penting, bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.

c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi yang disampaikan oleh pendidik.

d. Pendidik dan peserta didik melaksanakan tanya jawab tentang materi yang telah diberikan.

3. Tahap akhir : 10 menit a. Cek Penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.

Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang telah disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume.

Tagihan / Tugas

Peserta didik mengumpulkan resume dan diserahkan dalam bentuk tulisan tangan/catatan perorangan kepada pendidik.

Lembar Kegiatan

Peserta didik membuat resume materi yang telah diberikan oleh pendidik.

Bahan Bacaan

ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL

1. Peraturan Internasional tentang P2TL a. Pemberlakuan.

Pemberlakuan pencegahan tubrukan di laut,antara lain : 1) Aturan-aturan ini berlaku untuk semua kapal dilaut

lepas dan disemua Perairan yang berhubungan dengannya yang dapat dilayani kapal-kapal laut.

2) Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan menghalangi berlakunya aturan-aturan khusus yang dibuat oleh penguasa yang berwenang, untuk Pelabuhan-pelabuhan, Bandar-bandar, Sungai-sungai, Danau-danau, Perairan-perairan lingkungan yang berhubungan dengan laut lepas dan dapat dilayari kapal-kapal laut. Aturan-aturan khusus itu, harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini.

3) Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan menghalangi aturan-aturan khusus maupun yang dibuat oleh Pemerintah setiap negara sehubungan dengan kedudukan atau lampu-lampu isyarat atau isyarat suling tambahan untuk kapal-kapal perang yang berlayar dengan kondisi konvoi dan kapal-kapal nelayan sedang menangkap ikan yang merupakan suatu armada.

4) Kedudukan atau lampu-lampu isyarat atau isyarat-isyarat sulung tambahan ini, sedapat mungkin harus demikian sehingga tidak akan dikelirukan dengan lampu atau isyarat apapun yang diwenangkan dalam aturan-aturan ini.

5) Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk maksud aturan-aturan ini.

6) Manakala Pemerintah yang bersangkutan memutuskan bahwa kapal dengan konstruksi khusus atau kegunaan khusus tidak dapat sepenuhnya memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, tempat, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau rupa-rupa benda maupun penempatan dan ciri-ciri alat isyarat bunyi, tanpa menghalangi pekerjaan khusus kapal-kapal itu, maka kapal demikian itu harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan jumlah, tempat, jarak atau busur tampak lampu-lampu ataupun rupa-rupa benda maupun yang berhubungan penempatan dan ciri-ciri alat isyarat bunyi, sebagaimana ditentukan oleh Pemerintahannya, yang semirip mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal yang bersangkutan.

b. Pertanggungan Jawab

pertanggungan jawab peraturan pencegahan tubrukan di laut:

1) Tidak ada satupun dalam aturan-aturan ini yang membebaskan setiap kapal atau pemiliknya, Nakhoda atau awak kapalnya atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk memenuhi aturan-aturan ini atau atas kelalaian setiap tindakan yang dilakukan yang dipandang perlu menurut kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan para pelaut atau oleh keadaan-keadaan khusus.

2) Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini harus benar-benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan-keterbatasan dari

kapal-kapal yang dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk menghindari bahaya mendadak.

c. Definisi dalam P2TL.

Untuk maksud aturan-aturan ini, kecuali didalamnya diisyaratkan lain :

1) Kata ”Kapal” mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa berat benam dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana pengangkutan di air dapat mengapung.

2) Istilah ”Kapal Tenaga” berarti tiap kapal yang digerakkan dengan mesin.

3) Istilah ”Kapal Layar” berarti setiap kapal yang digerakkan dengan layar, dengan ketentuan bahwa mesin penggeraknya apabila dilengkapi, tidak digunakan.

4) Istilah ”Kapal yang menangkap ikan” berarti setiap kapal yang menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap lain yang tidak membatasi kemampuan Olah Gerak.

5) Istilah ”Pesawat Terbang Laut” mencakup tiap pesawat terbang yang berenang untuk dapat mengolah gerak di air.

6) Istilah ”Kapal yang tidak dapat diolah gerak” berarti kapal oleh sesuatu keadaan yang istimewa tidak mampu berolah gerak, sebagaimana yang diisyaratkan oleh aturan-aturan dan oleh karena tidak mampu menyimpangi kapal lain.

Kapal-kapal berikut dianggap sebagai kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya :

a) Kapal yang memasang, merawat atau mengangkat merkah navigasi, kapal atau saluran pipa laut.

b) Kapal yang melakukan kegiatan pengerukan, penelitian atau kegiatan dibawah air

c) Kapal yang mengisi atau memindahkan orang-orang, perbekalan atau muatan pada waktu sedang berlayar.

d) Kapal yang meluncurkan atau mendaratkan kembali Pesawat Terbang.

e) Kapal yang melakukan kegiatan menyapu ranjau.

f) Kapal yang menunda demikian rupa, sehingga tidak mampu untuk menyimpang dari haluannya.

g) Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan.

7) Istilah ”Kapal yang tersekap oleh saratnya” berarti kapal tenaga oleh karena saratnya, hubungan dengan ke dalam air yang ada, sangat terbatas kemampuannya untuk menyimpang dari haluan yang sedang dikemudikan.

8) Istilah ”Sedang Berlayar” berarti bahwa kapal tidak berlabuh jangkar, atau tidak terikat pada daratan atau kandas.

9) Kata-kata ”Panjang dan Lebar” kapal, berarti panjang seluruhnya dan lebar terbesar.

10) Kapal-kapal yang harus dianggap saling melihat hanya apabila kapal yang satu teramati dengan penglihatan dari kapal yang lain.

11) Istilah ”Penglihatan terbatas” berarti tiap keadaan yang mengakibatkan penglihatan terbatas oleh kabut, halimun, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau sembarang keadaan lain yang serupa.

12) Istilah “pesawat Wing In Ground (WIG)” berarti pesawat multi moda yang moda operasi utamanya dengan terbang berdekatan dengan permukaan bumi dengan menggunakan efek permukaan.

2. Sikap Kapal Dalam Setiap Keadaan Penglihatan a. Pemberlakuan

Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap kondisi penglihatan.

b. Pengamatan/Kewaspadaan

Setiap Kapal harus selalu menyelenggarakan pengamatan yang baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan menggunakan semua sarana yang tersedia dalam suasana dan keadaan yang ada, sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan.

c. Kecepatan Aman

Setiap kapal harus selalu bergerak dengan laju aman, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan efektif untuk menghindari tubrukan serta dapat diberhentikan dengan jarak yang sesuai dengan suasana dan keadaan yang ada.

Dalam menentukan laju aman, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah antara lain sebagai berikut :

1) Oleh semua Kapal : a) Tingkat Penglihatan.

b) Kepadatan lalu lintas, termasuk pemusatan kapal-kapal nelayan atau kapal lain.

c) Daya oleh gerak kapal, khususnya dengan hubungan jarak henti dan kemampuan berputar dalam kondisi yang ada.

f) Serat, sehubungan dengan keadaan kedalaman air yang ada.

2) Sebagai tambahan, oleh kapal-kapal dengan radar yang bekerja :

a) Ciri-ciri efisiensi dan keterbatasan pesawat radar.

b) Setiap pembatasan yang disebabkan oleh skala jarak radar yang digunakan.

c) Pengaruh keadaan laut, cuaca dan sumber-sumber interferensi lain pada deteksi radar.

d) Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat dideteksi oleh radar pada jarak yang cukup.

e) Jumlah, tempat letak dan gerakan kapal-kapal yang dideteksi oleh radar.

f) Penilaian penglihatan yang lebih pasti yang mungkin didapat bilamana radar digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau benda-benda lain disekitarnya.

d. Bahaya Tubrukan.

1) Setiap kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai suasana dan keadaan yang untuk menentukan ada tidaknya bahaya tubrukan. Jika timbul keragu-raguan, maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.

2) Pesawat radar harus digunakan setepat-tepatnya, jika diperlengkapi dan dijalankan termasuk penelitian jarak jauh, untuk memperoleh peringatan awal dari bahaya

tubrukan dan denah radar atau pengamatan sistematis atas benda-benda yang dideteksi.

3) Perkiraan-perkiraan tidak boleh diadakan, atas dasar keterangan yang kurang sekali.

4) Dalam menentukan ada tidaknya bahaya tubrukan, diantara pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan adalah pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a) Bahaya demikian itu harus dianggap ada, tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

b) Bahaya demikian kadang–kadang mungkin ada, walaupun perubahan perubahan baringan yang berarti itu nyata sekali terutama bilamana sedang mendekati kapal yang sangat besar atau suatu tundaan atau sedang menghampiri sebuah kapal dengan jarak yang dekat sekali.

e. Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan.

1) Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari tubrukan, jika keadaan peristiwanya mengijinkan, harus tegas dilakukan dalam waktu yang cukup serta memperhatikan syarat-syarat kecakapan pelaut yang baik.

2) Setiap perubahan haluan dan atau laju yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan peristiwanya mengijinkan, harus cukup besar hingga segera jelas bagi kapal lain yang mengamatinya secara fisual atau dengan radar, perubahan-perubahan kecil pada haluan atau laju secara beruntun harus dihindari.

3) Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat terlalu rapat lainnya.

4) Tindakan yang diambil untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus demikian, sehingga menghasilkan papasan dalam jarak aman. Ketepatan tindakan itu harus diperiksa dengan seksama, sampai kapal lain itu dilewatinya dan bebas sama sekali.

5) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan

memberhentikan atau menjalankan mundur sarana penggeraknya.

6) Kapal yang oleh aturan-aturan ini di wajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan aman kapal lainnya, bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi jalan aman kapal lainnya.

7) Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman kapal lain, tidak dibebaskan atas kewajiban ini jika mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan, bila mana akan mengambil tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan lain dalam bagian ini.

8) Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetapi wajib sepenuhnya untuk melaksanakan aturan-aturan dari bagian ini bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan bahaya tubrukan.

f. Alur Pelayaran Sempit

1) Kapal yang berlayar mengikuti arah alur pelayaran atau air pelayaran sempit, harus memperhatikan jarak sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang berada di lambung kanannya, selama masih aman dan dapat dilaksanakan.

2) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi penyeberangan kapal yang hanya dekat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

3) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi penyeberangan setiap kapal lain, yang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

4) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran atau air pelayaran sempit, jika pemotongan itu merintangi penyeberangan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman dalam alur pelayaran atau air pelayaran demikian itu. Kapal yang disebut terakhir boleh menggunakan isyarat bunyi yang diisyaratkan dalam ukuran 34 (d) jika ragu-ragu mengenai maksud kapal yang sedang memotong itu.

5) Di alur pelayaran atau air pelayaran sempit jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal yang disusul itu harus melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan dengan aman,maka kapal

yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang se suai dengan yang ditentukan didalam Aturan 34 (c) (ii) dan mengambil langkah untuk dilewatinya dengan aman. Jika ragu–ragu, kapal itu boleh memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam Aturan 34 (d).

6) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya di dalam aturan 13.

Penjelasan :

--- _ _ ..

_ _.

SALING MELIHAT

---

Kapal yang mendekati belokan atau alur pelayaran atau air pelayaran sempit, dimana kapal-kapal lain mungkin dapat terhalang oleh rintangan yang terletak diantaranya harus berlayar dengan penuh kewaspadaan dan hati-hati serta harus membunyikan isyarat sesuai diisyaratkan dalam aturan 34 (e)

Penjelasan :

Setiap kapal jika keadaan peristiwanya mengijinkan, harus menghindari untuk berlabuh jangkar didalam alur pelayaran sempit.

Penjelasan :

Dilarang berlabuh dialur pelayaran sempit.

1 tiup panjang

1 tiup panjang Setuju -. -. (c) Tidak setuju ...

...

ANCHOR PROHIBITED

...

g. Tata Pemisahan Lalu-Lintas

1) Pasal ini berlaku bagi Tata Pemisahan Lalu-lintas yang diterima secara sah oleh Organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya untuk melaksanakan aturan lainnya.

2) Kapal yang sedang menggunakan Tata Pemisahan lalu-lintas harus :

a) Berlayar dalam jalur lalu-lintas yang sesuai pada arah umum arus lalu lintas untuk jalur itu.

b) Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu-lintas.

c) Jalur lalu-lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung jalur, tetapi bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu-lintas umum.

3) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari memotong jalur-jalur lalu lintas tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu-lintas umum

4) Kapal yang berada di zona sekitar Tata Pemisah lalu-lintas tidak boleh menggunakan zona lalu-lalu-lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur lalu-lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kapal yang panjang nya kurang dari 200 meter, kapal layar dan kapal yang sedang menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai.

5) Lepas dari sub ayat (d) (i) kapal boleh menggunakan zona lalu-lintas dekat pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan, instalasi atau bangunan lepas pantai, stasiun pandu atau setiap tempat yang berlokasi di dalam zona lalu-lintas dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak.

6) Kapal kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang sedang memasuki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali :

a) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak.

b) Untuk menangkap ikan dalam zona pemisah 7) Kapal yang sedang berlayar di daerah-daerah ujung

Tata Pemisah lalu-lintas harus berlayar dengan sangat berhati-hati.

8) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di daerah Tata Pemisah atau di daerah-daerah dekat ujung-ujungnya.

9) Kapal yang tidak menggunakan Tata Pemisah lalu-lintas harus menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya.

10) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap kapal.

11) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal-kapal layar tidak boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu-lintas.

12) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran di dalam Tata Pemisahan lalu-lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu.

13) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang melakukan operasi untuk meletakkan, memperbaiki atau mengangkat kabel laut di dalam Tata Pemisahan lalu-lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu.

Istilah-istilah pada TPL

... garis pemisah

Zona pemisah

... garis pemisah

Tanda arah lalulintas umum

3. Perilaku kapal-kapal dalam keadaan saling melihat

Dokumen terkait