• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Sikap Kritis

Scriven & Paul (1987) dalam Fondation of Critical Thingking. Menyatakan bahwa keterampilan bersikap kritis merupakan suatu proses intelektual tentang konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi secara aktif dan mahir terhadap informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai pedoman untuk meyakini tindakan.

Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses mental dalam mengekplorasi peta pengalaman yang merupakan satu ketrampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran. Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan (Surya, 2015:17).

2. Ketrampilan Berpikir Kritis

Ketrampilan Ennis (Surya, 2015:127), mengungkapkan bahwa ada ketrampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada pertanyaan; b. Menganalisis pada argument;

c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan; d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi; e. Mengidentifikasi asumsi;

g. Berinteraksi dengan orang lain; h. Terbuka terhadap pemikiran;

Hal yang perlu diingat bahwa segala bentuk berpikir/bersikap kritis, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa kompeten utama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.

3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis

Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap kritis:

a. Identifikasi Keterampilan yang tepat

Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah: 1) Bersikap Kritis

Guna menilai posisi yang bertentangan atau klarifikasi gagasan 2) Membuat Keputusan

Guna mencapai keputusan yang terinformasikan 3) Pemecahan Masalah

Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai b. Menerapkan Pengajaran

Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna.

Guna memperoleh informasi keefektifan program, maka langkah penting yang harus dilakukan yaitu menilai program sejak mulai dirancang, selama implementasi, dan setelah program diterapkan.

4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis

Krathwohl (2002: 53) meyatakan bahwa indikator untuk mengukur berpikir/bersikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

E. Inkuiri

1. Pengertian Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan;terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri”. Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai strategi belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan strategi pembelajaran. Dalam strategi ini, setiap peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Inquiry dikembangkan oleh Richard Suchman (2000), beliau

mengembangkan model ini untuk mengajarkan proses dari suatu penelitian atau menjelaskan fenomena yang “istimewa”. Suchman berkeinginan agar pembelajaran dapat belajar secara mandiri, membantunya dalam membangun pengetahuan dan ketrampilan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan rasa ketertarikan dan ingin tahunya.

Bruner (1987) mengenalkan pendekatan inquiry yang menekankan pada pentingnya anak belajar menemukan dan memecahkan masalah sehingga menemukan konsep secara mandiri.

Eruce dan Weil (1980) menyebutkan bahwa latihan inquiry dapat menambah pengetahuan sains, me nghasilkan kemampuan berpikir kreatif, keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis suatu data.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

b. Seluruh aktifitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self

belief). Dengan demikian, pembelajaran inkuiri menempatkan pendidik

bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab anatara pendidik dan peserta didik. Karena itu kemampuan pendidik dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Sekilas, strategi ini tampak seperti strategi pemecahan masalah (problem solving), namun sesungguhnya strategi ini berbeda;titik tekan yang menjadi perhatian utama dalam pembelajaran berbasis inkuiri bukan terletak pada solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan; siswa bukan hanya mampu untuk menjawab „apa‟, tetapi juga mengerti „mengapa‟ dan „bagaimana‟.

Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imanjinasi, siswa dibimbing untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang berupa penyempurnaan dari apa yang telah ada, maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam strategi ini, imajinasi ditata dan dihargai sebagai wujud dari rasa penasaran yang alamiah. Hal ini disebabkan oleh bukti yang menunjukkan bahwa banyak penemuan penting yang ada saat ini hanya bermula dari imajinasi. Oleh karenanya, siswa didorong bukan saja untuk mengerti materi pelajaran, tetapi juga mampu menciptakan penemuan. Dengan kata lain, siswa tidak akan lagi berada dalam lingkup pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing

science.

4. Mengapa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Inkuiri?

Karena proses pembelajaran harus memiliki arah yang jelas, pada gilirannya banyak pertanyaan yang muncul dan target yang harus dicapai dalam proses ini berlangsung, di antaranya:

a. Apa yang harus dipahami oleh siswa?

b. Materi apa yang paling diinginkan oleh siswa?

c. Bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan materi pelajaran? d. Bagaimana cara membuat siswa lebih dari sekedar paham?

Dalam pengertian ilmiah-seperti yang tertuang dalam dictionary of

psychology-, proses belajar diartikan dalam dua koridor utama berikut:

proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowledge), dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil dari latihan yang kuat (A relatively permanent change in response

Menciptakan, menjaga dan mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan produktif merupakan kunci utama dari keberhasilan proses belajar. Hal ini selaras dengan maksud dan pengertian dasar dari pembelajaran berbasis inkuiri seperti yang diungkapkan oleh W.Gulo berikut:

“Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logiss, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian penting dalam pengembangan kemampuan siswa itu sendiri, karena keterlibatan tersebut merupakan kegiatan mental-intelektual dan sosial-emosional.

Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan strategi pembelajaran memberikan ruang yang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing. Nilai positifnya, mereka tidak hanya akan mengetahui (know), tetapi juga memahami (understand) intisari dan potensi-potensi pengembangan atas materi pelajaran tertentu.

Titik tekan utama pada pembelajaran berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered instruction), tetapi pada pengembangan nalar kritis siswa (student-centered approach).

Jill L. Lane menegaskan:

IBL give you the opportunity to help students learn the content and course concepts by having them explore a question and develop and research a hypothesis. Thus, giving students more opportunity to reflect on their own learning, gain a deeper understanding of the

course concepts in a integrated fashion, and become better critical thinkers. (Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan

kepada anda (guru) untuk membantu siswa mempelajari isi dan konsep materi pelajaran dengan meminta mereka mengembangkan hipotesis. Oleh karenanya, metode ini memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka, mendapat pemahaman yang lebih dalam atas konsep pembelajaran dengan gaya yang mereka sukai, dan menjadi pemikir kritis yang lebih baik).

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri

Kelebihan-kelebihan Metode Inkuiri:

a. Real life skills: siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah

dilakukan, siswa didorong untuk „melakukan‟, bukan hanya „duduk, diam, dan mendengarkan‟

b. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber

dari mana saja; buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak.

c. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban.

d. Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.

Selain yang sudah disebutkan, Bruner, seorang psikolog dari Harvard University di Amerika Serikat juga menegaskan strategi inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Kekurangan-kekurangan Metode Inkuiri:

a. Jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Pembelajaran inquiry sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.

6. Prinsip – Prinsip Inkuiri

a. Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi

pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktivitas dan berproses dalam menemukan sesuatu.

b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar-siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interakasi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

c. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

e. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

7. Langkah-langkah Proses Tindakan Pembelajaran dengan

Menggunakan Strategi Inquiri:

a. Orientasi

Pada tahap orientasi, guru diminta untuk membina atau mengelola kelas agar pembelajaran lebih kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak

adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil yang dikemukakan pada rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dan pengembangan motivasi

belajar, prestasi, dan sikap kritis. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Aris Suatmaji (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Pada

Siswa Kelas IV A SD Negeri Gedongtengen Yogyakarta”, hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) Metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV Negeri Gedongtengen Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai dari kondisi awal 68, pada siklus I naik menjadi 70 pada siklus II menjadi 77,1. Persentase ketuntasan pada kondisi awal sebesar 72,2%, pada siklus I menurun menjadi 65,4% dan pada siklus II naik menjadi 80,8%. 2) upaya peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Gedongtangen Yogyakarta menggunakan metode inkuiri telah berhasil dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) orientasi, b) merumuskan masalah, c) mengajukan hipotesis, d)mengumpulkan data, e)membuat kesimpulan, f) mempresentasikan hasil dan g) evaluasi.

2. Laurencia Maytarani (2016), dalam penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Metode Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Mengembangkan Karakter Sosial Siswi

Kelas XI IPS 1 Pada Mata Pelajaran Akuntansi”,menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan: (1) motivasi belajar siswi pada materi siklus akuntansi perusahaan jasa (rata-rata motivasi belajar

siswi pada awal penelitian = 74,35, siklus pertama = 74,26, siklus kedua = 80,9); jumlah siswa yang memenuhi target penelitian dari siklus I ke siklus II adalah 24 siswa atau 70,5%; (2) sikap kritis siswa pada materi siklus akuntansi (rata-rata sikap kritis siswa pada awal penelitian = 33,17, siklus pertama = 37,82, siklus kedua = 40,79);jumlah siswa yang memenuhi target penelitian dari siklus pertama ke siklus kedua adalah 29 siswa atau 85,2%; (3) penerapan problem based learning dapat mengembangkan karakter social siswa pada awal penelitian = 35,0, siklus pertama = 37,64, siklus kedua = 44,70; jumlah siswa yang memenuhi target penelitian dari siklus pertama ke siklus kedua adalah 33 siswa atau 97%.

3. Wiwik Martasari (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Mata Pelajaran Biologi

Dengan Materi Gerak Pada Tumbuhan”, Kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian yang telah dilakukan adalah terjadinya peningkatan pada hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pendekatan inkuiri dalam proses pembelajaran biologi. Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan dengan hasil siklus satu diperoleh rata-rata 59,07 menjadi 77,91 pada siklus kedua. Data tes awal sebelum diberikan tindakan adalah 65,26. Untuk ranah afektif dan psikomotor juga mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 14,29 dari siklus pertama 71,53% menjadi 85,72%, sejumlah >50% dari keseluruhan siklus, motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Akuntansi di SMK pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang masih mengandalkan ceramah dari guru, gurulah yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa mendengarkan ceramah dari guru di depan kelas, siswa duduk mendengarkan guru mengajar dengan strategi ceramah, itulah yang terjadi pada pembelajaran Akuntansi. Sedangkan Akuntansi merupakan pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu secara sistematis mulai dari proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi.

Strategi inkuiri merupakan proses dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan lingkungan belajar mereka. Sehingga pada akhirnya siswa akan lebih memaknai pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri.

Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama, maka siswa akan lebih tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan dari guru khususnya pelajaran Akuntansi. Strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki pengetahuan yang nanti akan mereka bangun sendiri ketika berproses dalam pembelajaran.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan strategiInquiry Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar, prestasi belajar, dan sikap kritis siswa. 2. Mendeskripsikan upaya peningkatan motivasi belajar, prestasi belajar, dan

sikap kritis siswa melalui strategiInquiry based learning dapat dilkaukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi b. Merumuskan Masalah c. Mengajukan Hipotesis d. Mengumpulkan Data e. Membuat Kesimpulan f. Mempresentasikan Hasil g. Evaluasi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Burns (1999), PTK adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas kerja sama para peneliti dan praktisi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Sanjaya Pakem. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada periode Oktober – Desember 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi di SMK Sanjaya Pakem.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penerapan strategi Inquiry Based Learning dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa-siswi di SMK Sanjaya Pakem.

D. Kegiatan Pendahuluan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Observasi Siswa

Sebelum melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terlebih dahulu peneliti harus melakukan observasi terhadap siswa. Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Sebelum melakukan observasi, peneliti harus melihat jumlah siswa, tingkat motivasi dan prestasi siswa di kelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat daftar presensi siswa di suatu kelas dan daftar tingkat prestasi siswa yang dimiliki oleh guru, dari observasi tersebut dijadikan sebagai dasar pembagian kelompok pada pelaksanaan kegiatan PTK yang akan dilakukan. Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan cara melihat langsung kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. Observasi Guru

Dalam melaksanakan observasi ini dilakukan dengan cara meninjau langsung proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Yang harus dilakukan oleh peneliti pada saat observasi yaitu melihat bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru dalam penyampaian materi terhadap siswa.

3. Observasi Fisik Kelas

Dalam observasi ini dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan kelas. Observasi dilakukan untuk melihat tata letak didalam kelas, fasilitas-fasilitas, serta bagaimana manajemen kelas tersebut. Tujuan dilakukannya kegiatan tersebut yaitu menyesuaikan perencanaan terhadap situasi media yang tersedia di kelas.

4. Observasi Minat Belajar Siswa

Observasi minat belajar siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa di dalam kelas maupun di luar kelas, interaksi siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa dikatakan dapat berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerjasama dalam mengerjakan tugas dan mau saling membantu dalam memahami materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara individual dan tidak berkeberatan untuk mambantu teman yang kesulitan.

E. Instrumen PTK

Dokumen terkait