• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan strategi pembelajaran inquiry based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan strategi pembelajaran inquiry based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap kritis, dan prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem."

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY

BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK SANJAYA PAKEM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Dita Anjelina Yuliastini 121334028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang sangat sederhana ini aku persembahkan untuk:

 Bapa di Surga, Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkati segala rencana dan aktivitas saya

 Kedua orangtuaku yang tercinta Yunus dan Marta

 Kakakku tersayang Eka Fransiska Nita, keponakanku Eswen Tradenka, dan abang ipar Wiara Derianto

(5)

v

MOTTO

“Hidup adalah pilihan, saat kau tak memilih itu adalah pilihanmu” – Luffy (One Piece)

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA,

SIKAP KRITIS SISWA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK SANJAYA PAKEM

Dita Anjelina Yuliastini Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar, prestasi belajar dan sikap kritis siswa pada materi persediaan barang dagangan melalui penerapan pembelajaran Inquiry Based Learning.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi SMK Sanjaya Pakem yang berjumlah 18 siswa. PTK dilaksanakan pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik strategi Inquiry Based Learning dalam dua siklus. Setiap Siklus terdiri dari empat tahap yaitu 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Data dikumpulkan dengan dokumentasi, kuesioner, wawancara, observasi, pengamatan, studi pustaka dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Inquiry

Based Learning dapat meningkatkan: 1) motivasi belajar siswa pada materi

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY BASED ON LEARNING STRATEGY TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION, CRITICAL ATTITUDE AND LEARNING ACHIEVEMENT OF THE ELEVENTH

GRADE STUDENTS OF ACCOUNTING DEPARTEMENT OF SMK SANJAYA PAKEM learning achievement and critical attitude of students on merchandise inventory materials through the implementation of Inquiry Based Learning.

The types of this research is a Classroom Action Research (CAR). The subjects of this research were 18 accounting students of the eleventh grade accounting departement of SMK Sanjaya Pakem. CAR was conducted in two cycles on the learning process that used scientific approach of Inquiry Based Learning strategy. Each cycle consisted of four stages: 1) Planning, 2) Action, 3) Observation, and 4) Reflection. The data were collected by using documentation, questionnaire, Interview, observation, literature study which were analyzed by using descriptive and comperative analysis.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, kasih dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul :“Penerapan

Strategi Pembelajaran Inquiry Based Learning Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

Akuntansi SMK Sanjaya Pakem”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

3. Ibu Rita Eny Purwanti S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.

5. Mbak Aris yang telah memberikan bantuan dan informasi selama proses menempuh pendidikan.

6. Bapak Setyo Budi Krismawan, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Sanjaya Pakem yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis selama praktek mengajar dan penelitian.

7. Ibu Triswinarti, S.Pd. yang sudah membantu penulis selama praktek mengajar dan penelitian.

8. Seluruh keluarga besar SMK Sanjaya Pakem, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan praktek mengajar dan penelitian. Terima kasih banyak atas ijin, semangat dan bantuannya.

(12)

xii

sertamemberikan dukungan secara finansial yang cukup sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakakku Eka Fransiska Nita, Keponakanku Eswen Tradenka, dan abang iparku Wiara Derianto yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan dan semangat kepada penulis.

11.Keluarga besar Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Melawi (FOKUS MAPAWI) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan hobby dan bakat, memberikan dukungan positif dan semangat kepada penulis.

12.Teman sepayungan penelitian :Marsela Ina Tuto dan Birgita Orlies Irdianti yang telah berjuang dan bekerja sama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku Andreyanti Dalma Devi, Novia Celent yang sudah mendukung, memberikan semangat, dan membantu penulis.

14.Teman-teman kost : Astry, kak jervin, Epi, Jabut yang sudah membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

(13)

xiii

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 15 Juni 2017 Penulis

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(15)

xv

BAB IIKAJIAN TEORITIK ... 6

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 6

B. Motivasi ... 15

C. Prestasi ... 17

D. Sikap Kritis ... 19

E. Inquiry ... 21

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

G. Kerangka Berpikir ... 34

H. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

D. Kegiatan Pendahuluan PTK ... 37

E. Instrumen PTK ... 38

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Pengujian Kuesioner ... 48

I. Teknik Analisis Data... 57

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 60

A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem ... 60

B. Tujuan, Visi, dan Misi SMK Sanjaya Pakem ... 62

(16)

xvi

D. Kurikulum SMK Sanjaya Pakem ... 66

E. Organisasi SMK Sanjaya Pakem ... 68

F. Sumber Daya Manusia SMK Sanjaya Pakem ... 68

G. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 73

H. Kondisi Fisik dan Lingkunagn SMK Sanjaya Pakem... 74

I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 76

J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekilah ... 77

K. Hubungan Antara SMK Sanjaya Pakem dengan Instansi Lain ... 79

L. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 80

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Deskripsi Data Penelitian ... 81

B. Analisis Komparasi Motivasi Belajar dan Analisis Sikap Kritis ... 121

C. Pembahasan... 128

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 133

A. Kesimpulan ... 133

B. Keterbatasan ... 134

C. Saran ... 135

Daftar Pustaka ... 136

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel3.1 Kisi-kisi Morivasi Belajar ... 43

Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Setiap Item Kuesioner ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Sikap Kritis ... 46

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar (1) ... 50

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar (2) ... 52

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar (3) ... 53

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Sikap Kritis Belajar Siswa (1) ... 54

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Kritis Belajar Siswa (2) ... 54

Tabel 3.9 Tabel Interpretasi ... 56

Tabel 3.10 Hasil Pengukuran Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 3.11 Kategori PAP Tipe II ... 58

Tabel 3.12 Tabel Komparasi ... 59

Tabel 3.13 Rangkuman Distribusi Frekuensi ... 59

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan GuruSebelum Penerapan Model Inquiry Based Learning ... 84

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 87

Tabel 5.3 Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 89

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Berdasarkan PAP Tipe II ... 92

(18)

xviii

Tabel 5.6 Hasil Wawancara Guru ... 95

Tabel 5.7 Hasil Wawancara Siswa ... 98

Tabel 5.8 Hasil Refleksi Belajar Siswa... 102

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus 1 ... 104

Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP tipe II Siklus 1 ... 105

Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 112

Tabel 5.12 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat PenerapanModel IBL ... 115

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe II Siklus 2. ... 117

Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Klasifikasi Motivasi Belajar Berdasarkan Tipe 2 ... 118

Tabel5.15 Refleksi SiswaPada Pembelejaran Saintifik Model IBL ... 120

Tabel 5.16 Tabel Analisis Komparatif Motivasi Belajar. ... 122

Tabel 5.17 Rangkuman Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ... 124

Tabel 5.18 Tabel Analisis Komparatif Sikap Kritis Siswa ... 125

Tabel 5.19 Rangkuman Dsitribusi Frekuensi Sikap Kritis Siswa ... 127

Tabel 5.20 Capaian dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 130

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 11

Gambar 5.1 Diagram Motivasi Belajar Pra Penerapan ... 93

Gambar 5.2 Diagram Sikap Kritis Siswa Pra Penerapan ... 94

Gambar 5.3 Diagram Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ... 105

Gambar 5.4 Diagram Sikap Kritis Siswa Siklus 1 ... 106

Gambar 5.5 Diagram Motivasi Belajar Siklus 2 ... 118

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR INSTRUMEN RENCANA

Lampiran 1 Instrumen Observasi Guru Sebelum Penerapan Model

PembelajaranIBL ... 139 Lampiran 2 Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran IBL ... 142 Lampiran 3 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran IBL ... 143 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Guru dan Siswa Setelah

Penerapan ModelPembelajaran IBL ... 144 Lampiran 5 Daftar Pembagian Kelompok Siswa Kelas XI Akuntansi ... 146 Lampiran 6 Instrumen Kuesioner Motivasi Siswa,

Sikap Kritis Siswa dan Refleksi ... 148

DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN PENDAHULUAN

Lampiran 7 Instrumen Observasi Guru Sebelum Penerapan

Model Pembelajaran IBL ... 153 Lampiran 8 Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan

(21)

xxi

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS 1 PTK

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP SIKLUS I) ... 157

Lampiran 10 Instrumen Observasi Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 181

Lampiran 11 Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 184

Lampiran 12 Instrumen Observasi Kondisi Fisik Kelas Setelah Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 185

Lampiran 13 Model Soal IBL I ... 186

Lampiran 14 Handout Materi ... 191

Lampiran 15 Hasil Refleksi Siswa Siklus I ... 203

Lampiran 16 Hasil Wawancara Guru Setelah Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 205

Lampiran 17 Hasil Wawancara Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 208

DAFTAR MEDIA DAN INSTRUMEN SIKLUS II PTK Lampiran 18 Instrumen Observasi Guru Saat Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 209

Lampiran 19 Instrumen Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan Model Pembelajaran IBL ... 212

(22)

xxii

Lampiran 21 Hasil Refleksi Siswa Siklus II ... 214 Lampiran 22 Uji Validitas... 216 Lampiran 23 Uji Reliabilitas ... 220 Lampiran 24 Uji PAP Tipe II ... 221 Lampiran 25 Tabel Korelasi r Pearson ... 222 Lampiran 26 Foto-foto Dokumentasi ... 223 Lampiran 27 Hasil Analisis Butir Kuesioner Pra Penerapan Motivasi Belajar,

dan Sikap Kritis ... 224 Lampiran 28 Hasil Analisis Butir Kuesioner Siklus I Motivasi Belajar

Dan Sikap Kritis ... 226 Lampiran 29 Hasil Analisis Butir Kuesioner Siklus II Motivasi Belajar

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pengembangan Kurikulum 2013 yang bertemakan; menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap/attitude (tahu mengapa), keterampilan/skill (tahu bagaimana), dan pengetahuan/knowledge (tahu apa) yang terintegrasi. Dalam rangka membangun landasan yang lebih baik bagi pendidikan masa depan, pengembangan Kurikulum 2013 selain untuk memberikan jawaban terhadap beberapa permasalahan yang terjadi di tingkat sekolah (Kurikulum 2006), juga bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, memiliki keterampilan bertanya, memiliki daya nalar dan dapat mengomunikasikan/mempresentasikan apa yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran di sekolah.

Dalam era netizen, khususnya dalam bidang pendidikan suatu keharusan atau tuntutan bagi guru untuk terus belajar dan bersikap responsive terhadap perubahan abad 21 sebagaimana ditegaskan (Shaeffer, dkk., 2000)

dalam “Global Agenda for Children” tentang “Learning for 21 century”.

Pendidikan merupakan proses pembelajaran dimana peserta didik (siswa) menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan kemudian mengolahnya sedemikian rupa untuk kebaikan dan kemajuan

(24)

bersama. Pendidikan yang dimaksud di atas adalah bukanlah berupa materi pelajaran yang didengar ketika diucapkan, dilupakan ketika guru selesai mengajar dan baru ingat kembali ketika masa ulangan atau ujian datang, akan tetapi sebuah pendidikan yang memerlukan proses, yang bukan saja baik, tetapi juga asyik dan menarik baik bagi guru maupun siswa. Materi pelajaran yang baik, meskipun penting dan sangat diperlukan dimasa genting (ujian akhir misalnya), akan gagal dicerna dengan baik oleh siswa manakala cara atau pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan materi kurang baik.

Akar penyebab kejenuhan atau kurang semangat belajar pada siswa mungkin karena guru kurang tepat dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru selalu menggunakan strategi ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Selain itu guru tidak menggunakan media pembelajaran. Hanya menggunakan buku paket dan latihan soal pada LKS dengan strategi ceramah, tanya jawab, dan penugasan, proses pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru dan siswa sebagai pendengar saja.

Pendekatan berbasis inkuiri atau yang biasa dikenal dengan Inquiry

Based Learning (IBL) adalah salah satu pendekatan saintifik, dimana peserta

(25)

hasil penemuan yang lain, dan membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan orang lain.

Dalam praktiknya, siswa adalah subjek dari proses pembelajaran itu sendiri, siswa pun akan segera menemukan bakat dan ketertarikannya, sehingga proses pembelajaran dapat semakin terarah dan terencana dengan baik.

Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013 melalui pendekatan saintifik dan kontektual dalam pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki kompetensi yang seimbang antara attitude (sikap), skill (keterampilan), dan knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih baik dari sebelumnya, di samping itu hasil belajarnya diharapkan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan ranah, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “STRATEGI PENERAPAN

PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS

DAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.

B. Batasan Masalah

(26)

Penerapan strategi pembelajaran tersebut ditujukan untuk meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa khususnya siswa-siswi SMK maupun SMA.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah strategi Inquiry Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah strategi Inquiry Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

3. Apakah strategi Inquiry Based Learning dapat meningkatkan sikap kritis belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan strategi Inquiry Based Learning.

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan strategi Inquiry Based Learning.

(27)

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan motivasi pembelajaran terhadap prestasi siswa melalui kegiatan guru dalam mengembangkan materi dengan inquiry based

learning sebagai salah satu acuan dan sumber belajar.

2. Bagi Instansi

Diharapkan mampu memberikan informasi tentang upaya meningkatkan motivasi pembelajaran terhadap prestasi siswa melalui kegiatan guru dalam mengembangkan materi dengan inquiry based

learning sebagai salah satu acuan dan sumber belajar.

3. Bagi Pihak Lain

(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.

Hasley (1972), penelitian tindakan adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi tersebut.

Burns (1999) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas kerja sama para peneliti dan praktisi.

(29)

untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

2. Karakteristik PTK

Menurut Rochman Natawidjaja (Mulyasa, 2009:14), karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Merupakan prosedur penelitian ditempat kejadian yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata ditempat yang bersangkutan.

b. Ditetapkan secara kontekstual, artinya variabel-variabel atau faktor-faktor yang telah terkait dengan keadaan dan suasana penelitian.

c. Terarah pada perbaikan atau peningkatan mutu kinerja guru di kelas. d. Bersifat fleksibel (disesuaikan dengan keadaan).

e. Banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung dari pengamatan atas perilaku serta refleksi peneliti.

f. Menyerupai “penelitian eksperimental”, namun tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel.

g. Bersifat situasional dan spesifik umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus.

3. Prinsip PTK

Menurut Kusumah dan Dwitagama, 2010:17, selain memiliki keunggulan, PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:

(30)

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus komitmen terhadap etika-etika pekerjaannya dan mengindahkan tata karma organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f. Masalah tidak berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

4. Siklus PTK

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar akuntansi melalui strategi pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL). Siklus PTK dilakukan melalui empat tahap yaitu:

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

(31)

pengajaran yang mencakup strategi mengajar, serta teknik instrumen atau evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap 3 perencanaan ini. Dalam tahap ini, perlu diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih, diharapkan pelaksaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan merupakan pelaksanaan dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan yang berlangsung di dalam kelas adalah realisasi dari segara teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan dan peningkatan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan yang dibuat peneliti mengacu pada program atau rencana yang telah disepakati bersama dalam sebuah kolaborasi. Untuk mengurangi kelemahan dalam pelaksanaan tindakan, persiapan perencanaan perlu dilakukan secara maksimal, agar pelaksanaan tidak mengalami kesulitan. Untuk perubahan dan perbaikan dari tindakan perlu disikapi secara positif sebagai bahan masukan pada siklus berikutnya. Perencanaan perlu diwujudkan dengan adanya tindakan dari guru berupa solusi tindakan sebelumya.

c. Pengamatan atau Observasi Tindakan (Observing)

(32)

pelaksanaan dan tindakan yang telah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrument pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.

Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat, beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi diantaranya: 1) Perencanaan antara guru kelas dengan peneliti sebagai pengamat . 2) Fokus observasi harus ditetapkan bersama.

3) Peneliti dan pengamat membangun kriteria bersama. 4) Pengamat memiliki ketrampilan mengamati.

5) Balikan hasil pengamat diberikan dengan segera.

Peneliti akan melakukan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Pengumpulan data ini memerlukan format observasi atau penilaian yang telah disusun untuk mencermati pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses pembelajaran peserta didik di kelas.

d. Refleksi Terhadap Tindakan (Reflekting)

(33)

Proses refleksi memegang peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Dalam suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan selanjutnya.

Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti bentuk spiral. Untuk mempermudah siklus yang dimaksud dalam penelitian ini, akan digambarkan siklus PTK sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

(34)

a. Peningkatan Praktik

Pada umumnya, tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya.

Masalah yang dikaji oleh peneliti adalah masalah yang dirasakan oleh para praktisi. Misalnya oleh guru ketika melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, dan tujuan yang ingin dicapai oleh PTK adalah untuk meningkatkan kualitas praktik di lapangan.

b. Pengembangan Profesional

Salah satu sifat dari seorang profesional adalah keinginan untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih baik mencapai hasil yang lebih optimal.

PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap professional guru. Melalui PTK guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. c. Peningkatan Situasi Tempat Praktik Berlangsung

(35)

6. Manfaat PTK

a. Manfaat Bagi Guru

Pertama, PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua, melalui perbaikan dan peningkatan kinerja, maka akan tumbuh kepuasan dan rasa percaya diri yang dapat dijadikan sebagai strategi untuk secara terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kinerjanya. Ketiga, keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain. Keempat, PTK juga dapat mendorong guru untuk memiliki sikap professional. Kelima, guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Manfaat PTK Bagi Siswa

(36)

c. Manfaat PTK Bagi Sekolah

Guru-guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, secara langsung akan membantu sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan untuk mendidik siswanya. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri lagi manfaat PTK untuk sekolah, sebab keberadaan dan sikap guru memiliki hubungan yang erat dengan kemajuan suatu sekolah. Sekolah yang dihuni oleh guru-guru yang tidak kreatif akan sulit memajukan sekolah yang bersangkutan. Sebaliknya, manakala guru-guru di sekolah memiliki sikap professional yang tinggi, kreatif dan inovatif, maka terbuka kesempatan bagi sekolah yang bersangkutan untuk maju dan berkembang.

d. Manfaat untuk Perkembangan Teori Pendidikan

(37)

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Thomas L.Good dan Jere B. Bropthy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku.

Marx dan Tombouch (1967) mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline.

Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau dapat juga dikatakan sebagai daya (energy) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam individu (organisme) untuk bergerak (to move) kearah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi ini muncul dan tumbuh berkembang dalam diri seseorang baik dari dalam diri individu (intrinsic) dan dari lingkungan (extrinsic).

Kartono (1980:290) mengatakan bahwa motivasi adalah organisme untuk melakukan suatu sikap atau perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan pada tujuan tertentu yang telah direncanakan. Pendapat ini didukung oleh Ahmadi dan Supriyono (1992:139) yang mengatakan bahwa motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan, motif, dan tujuan yang sangat mempengaruhi hasil belajar.

(38)

Dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu prasyarat penting dalam belajar. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah-hadiah yang didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk belajar dan sebagainya. Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

2. Tipe-tipe Motivasi

Dikenal dua tipe motivasi, yaitu (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik. Pengertian motivasi intrinsik adalah sebagai berikut:

Thornburgh (1984) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu.

Pengertian motivasi ekstrinsik adalah sebagai berikut:

Pintner, Ryan, West, Alech, Crow dan Smith (1963) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2010:85) ada tiga fungsi motivasi belajar:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(39)

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

C. Prestasi

1. Pengertian Prestasi

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran atau bidang studi lainnya, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau skor yang diberikan oleh guru pembimbing.

(40)

melalui belajar. Hasil belajar akan tampak dalam prestasi (Winkel, 2004:58). Jadi prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Prestasi belajar diukur melalui alat ukur yaitu suatu tes.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) Lingkungan; (c) Faktor instrumental; (d) Kondisi peserta didik.

a. Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor-faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap.

b. Faktor Eksternal

(41)

D. Sikap Kritis

1. Pengertian Sikap Kritis

Scriven & Paul (1987) dalam Fondation of Critical Thingking. Menyatakan bahwa keterampilan bersikap kritis merupakan suatu proses intelektual tentang konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi secara aktif dan mahir terhadap informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai pedoman untuk meyakini tindakan.

Dalam psikologi, bersikap kritis didefinisikan sebagai suatu proses mental dalam mengekplorasi peta pengalaman yang merupakan satu ketrampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran. Bersikap kritis lebih fokus pada menganalisis dan mengembangkan (Surya, 2015:17).

2. Ketrampilan Berpikir Kritis

Ketrampilan Ennis (Surya, 2015:127), mengungkapkan bahwa ada ketrampilan berpikir/bersikap kritis yang diperlukan dalam proses secara efektif, diantaranya sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada pertanyaan; b. Menganalisis pada argument;

c. Menanyakan dan menjawab pertanyaan; d. Merumuskan istilah dan menimbang definisi; e. Mengidentifikasi asumsi;

(42)

g. Berinteraksi dengan orang lain; h. Terbuka terhadap pemikiran;

Hal yang perlu diingat bahwa segala bentuk berpikir/bersikap kritis, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa kompeten utama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang digunakan untuk berpikir dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir/bersikap kritis.

3. Perencanaan Program Keterampilan Sikap Kritis

Terdapat 3 tahapan pengembangan program keterampilan bersikap kritis:

a. Identifikasi Keterampilan yang tepat

Ada beberapa macam keterampilan diantaranya adalah: 1) Bersikap Kritis

Guna menilai posisi yang bertentangan atau klarifikasi gagasan 2) Membuat Keputusan

Guna mencapai keputusan yang terinformasikan 3) Pemecahan Masalah

Guna mencapai satu atau lebih solusi masalah yang memadai b. Menerapkan Pengajaran

Agar program dapat berjalan dengan efektif, para pengajar harus menyajikan keterampilan dalam urutan yang jelas dan bermakna.

(43)

Guna memperoleh informasi keefektifan program, maka langkah penting yang harus dilakukan yaitu menilai program sejak mulai dirancang, selama implementasi, dan setelah program diterapkan.

4. Indikator Kemampuan Bersikap Kritis

Krathwohl (2002: 53) meyatakan bahwa indikator untuk mengukur berpikir/bersikap kritis meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

E. Inkuiri

1. Pengertian Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti; penyelidikan/meminta

keterangan;terjemahan bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta

(44)

Inquiry dikembangkan oleh Richard Suchman (2000), beliau

mengembangkan model ini untuk mengajarkan proses dari suatu

penelitian atau menjelaskan fenomena yang “istimewa”. Suchman berkeinginan agar pembelajaran dapat belajar secara mandiri, membantunya dalam membangun pengetahuan dan ketrampilan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan rasa ketertarikan dan ingin tahunya.

Bruner (1987) mengenalkan pendekatan inquiry yang menekankan pada pentingnya anak belajar menemukan dan memecahkan masalah sehingga menemukan konsep secara mandiri.

Eruce dan Weil (1980) menyebutkan bahwa latihan inquiry dapat menambah pengetahuan sains, me nghasilkan kemampuan berpikir kreatif, keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis suatu data.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri

a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

(45)

belief). Dengan demikian, pembelajaran inkuiri menempatkan pendidik

bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. Aktifitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab anatara pendidik dan peserta didik. Karena itu kemampuan pendidik dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Sekilas, strategi ini tampak seperti strategi pemecahan masalah (problem solving), namun sesungguhnya strategi ini berbeda;titik tekan yang menjadi perhatian utama dalam pembelajaran berbasis inkuiri bukan terletak pada solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan; siswa bukan hanya mampu untuk

menjawab „apa‟, tetapi juga mengerti „mengapa‟ dan „bagaimana‟.

(46)

Dalam strategi ini, imajinasi ditata dan dihargai sebagai wujud dari rasa penasaran yang alamiah. Hal ini disebabkan oleh bukti yang menunjukkan bahwa banyak penemuan penting yang ada saat ini hanya bermula dari imajinasi. Oleh karenanya, siswa didorong bukan saja untuk mengerti materi pelajaran, tetapi juga mampu menciptakan penemuan. Dengan kata lain, siswa tidak akan lagi berada dalam lingkup pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing

science.

4. Mengapa Menggunakan Pembelajaran Berbasis Inkuiri?

Karena proses pembelajaran harus memiliki arah yang jelas, pada gilirannya banyak pertanyaan yang muncul dan target yang harus dicapai dalam proses ini berlangsung, di antaranya:

a. Apa yang harus dipahami oleh siswa?

b. Materi apa yang paling diinginkan oleh siswa?

c. Bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan materi pelajaran? d. Bagaimana cara membuat siswa lebih dari sekedar paham?

Dalam pengertian ilmiah-seperti yang tertuang dalam dictionary of

psychology-, proses belajar diartikan dalam dua koridor utama berikut:

proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowledge), dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil dari latihan yang kuat (A relatively permanent change in response

(47)

Menciptakan, menjaga dan mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan produktif merupakan kunci utama dari keberhasilan proses belajar. Hal ini selaras dengan maksud dan pengertian dasar dari pembelajaran berbasis inkuiri seperti yang diungkapkan oleh W.Gulo berikut:

“Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logiss, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian penting dalam pengembangan kemampuan siswa itu sendiri, karena keterlibatan tersebut merupakan kegiatan mental-intelektual dan sosial-emosional.

Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan strategi pembelajaran memberikan ruang yang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing. Nilai positifnya, mereka tidak hanya akan mengetahui (know), tetapi juga memahami (understand) intisari dan potensi-potensi pengembangan atas materi pelajaran tertentu.

Titik tekan utama pada pembelajaran berbasis inkuiri tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered instruction), tetapi pada pengembangan nalar kritis siswa (student-centered approach).

Jill L. Lane menegaskan:

(48)

course concepts in a integrated fashion, and become better critical thinkers. (Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan

kepada anda (guru) untuk membantu siswa mempelajari isi dan konsep materi pelajaran dengan meminta mereka mengembangkan hipotesis. Oleh karenanya, metode ini memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka, mendapat pemahaman yang lebih dalam atas konsep pembelajaran dengan gaya yang mereka sukai, dan menjadi pemikir kritis yang lebih baik).

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri

Kelebihan-kelebihan Metode Inkuiri:

a. Real life skills: siswa belajar tentang hal-hal penting namun mudah dilakukan, siswa didorong untuk „melakukan‟, bukan hanya „duduk,

diam, dan mendengarkan‟

b. Open-ended topic: tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber

dari mana saja; buku pelajaran, pengalaman siswa/guru, internet, televisi, radio dan seterusnya. Siswa akan belajar lebih banyak.

c. Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Siswa akan menjadi pembelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka membutuhkan, bukan sekedar kewajiban.

d. Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai observasi dan eksperimen, siswa memiliki peluang besar untuk melakukan penemuan. Siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang mereka pelajari.

(49)

a. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

d. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Kekurangan-kekurangan Metode Inkuiri:

a. Jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.

b. Pembelajaran inquiry sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.

6. Prinsip – Prinsip Inkuiri

a. Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual

(50)

pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktivitas dan berproses dalam menemukan sesuatu.

b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar-siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interakasi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.

c. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

(51)

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

e. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

7. Langkah-langkah Proses Tindakan Pembelajaran dengan

Menggunakan Strategi Inquiri:

a. Orientasi

Pada tahap orientasi, guru diminta untuk membina atau mengelola kelas agar pembelajaran lebih kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

1. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa

2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah

inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan

(52)

3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan

adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki

itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa

didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban

itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu

melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang

sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses

berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak

adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat

merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

(53)

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental

yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan

menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan

kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang

diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus

didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan

pada siswa data mana yang relevan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil yang dikemukakan pada rumusan masalah, penelitian bertujuan

(54)

belajar, prestasi, dan sikap kritis. Penelitian yang relevan dan selaras dengan

judul penelitian yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Aris Suatmaji (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Pada

Siswa Kelas IV A SD Negeri Gedongtengen Yogyakarta”, hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) Metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV Negeri Gedongtengen

Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai dari kondisi awal 68,

pada siklus I naik menjadi 70 pada siklus II menjadi 77,1. Persentase

ketuntasan pada kondisi awal sebesar 72,2%, pada siklus I menurun

menjadi 65,4% dan pada siklus II naik menjadi 80,8%. 2) upaya

peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri Gedongtangen

Yogyakarta menggunakan metode inkuiri telah berhasil dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut: a) orientasi, b) merumuskan masalah, c)

mengajukan hipotesis, d)mengumpulkan data, e)membuat kesimpulan, f)

mempresentasikan hasil dan g) evaluasi.

2. Laurencia Maytarani (2016), dalam penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Metode Problem Based Learning Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar, Sikap Kritis dan Mengembangkan Karakter Sosial Siswi

Kelas XI IPS 1 Pada Mata Pelajaran Akuntansi”,menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

problem based learning dapat meningkatkan: (1) motivasi belajar siswi

(55)

siswi pada awal penelitian = 74,35, siklus pertama = 74,26, siklus kedua =

80,9); jumlah siswa yang memenuhi target penelitian dari siklus I ke siklus

II adalah 24 siswa atau 70,5%; (2) sikap kritis siswa pada materi siklus

akuntansi (rata-rata sikap kritis siswa pada awal penelitian = 33,17, siklus

pertama = 37,82, siklus kedua = 40,79);jumlah siswa yang memenuhi

target penelitian dari siklus pertama ke siklus kedua adalah 29 siswa atau

85,2%; (3) penerapan problem based learning dapat mengembangkan

karakter social siswa pada awal penelitian = 35,0, siklus pertama = 37,64,

siklus kedua = 44,70; jumlah siswa yang memenuhi target penelitian dari

siklus pertama ke siklus kedua adalah 33 siswa atau 97%.

3. Wiwik Martasari (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa

Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Mata Pelajaran Biologi

Dengan Materi Gerak Pada Tumbuhan”, Kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian yang telah dilakukan adalah terjadinya peningkatan pada hasil

belajar siswa dan motivasi belajar siswa setelah diterapkannya pendekatan

inkuiri dalam proses pembelajaran biologi. Hasil belajar kognitif siswa

mengalami peningkatan dengan hasil siklus satu diperoleh rata-rata 59,07

menjadi 77,91 pada siklus kedua. Data tes awal sebelum diberikan

tindakan adalah 65,26. Untuk ranah afektif dan psikomotor juga

mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan

sebesar 14,29 dari siklus pertama 71,53% menjadi 85,72%, sejumlah

>50% dari keseluruhan siklus, motivasi belajar siswa termasuk dalam

(56)

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Akuntansi di SMK pada umumnya masih menggunakan

pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang masih mengandalkan

ceramah dari guru, gurulah yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa

mendengarkan ceramah dari guru di depan kelas, siswa duduk mendengarkan

guru mengajar dengan strategi ceramah, itulah yang terjadi pada

pembelajaran Akuntansi. Sedangkan Akuntansi merupakan pelajaran yang

berhubungan dengan cara mencari tahu secara sistematis mulai dari proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi.

Strategi inkuiri merupakan proses dalam pembelajaran yang

melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk

melakukan penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman

belajar mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan

lingkungan belajar mereka. Sehingga pada akhirnya siswa akan lebih

memaknai pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya

sendiri.

Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama, maka siswa akan

lebih tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk,

diam dan mendengarkan penjelasan dari guru khususnya pelajaran Akuntansi.

Strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki

pengetahuan yang nanti akan mereka bangun sendiri ketika berproses dalam

(57)

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran dengan strategiInquiry Based Learning dapat

meningkatkan motivasi belajar, prestasi belajar, dan sikap kritis siswa.

2. Mendeskripsikan upaya peningkatan motivasi belajar, prestasi belajar, dan

sikap kritis siswa melalui strategiInquiry based learning dapat dilkaukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

b. Merumuskan Masalah

c. Mengajukan Hipotesis

d. Mengumpulkan Data

e. Membuat Kesimpulan

f. Mempresentasikan Hasil

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Burns (1999), PTK adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas kerja sama para peneliti dan praktisi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Sanjaya Pakem. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada periode Oktober – Desember 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswi di SMK Sanjaya Pakem.

2. Objek Penelitian

(59)

D. Kegiatan Pendahuluan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Observasi Siswa

Sebelum melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terlebih dahulu peneliti harus melakukan observasi terhadap siswa. Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Sebelum melakukan observasi, peneliti harus melihat jumlah siswa, tingkat motivasi dan prestasi siswa di kelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat daftar presensi siswa di suatu kelas dan daftar tingkat prestasi siswa yang dimiliki oleh guru, dari observasi tersebut dijadikan sebagai dasar pembagian kelompok pada pelaksanaan kegiatan PTK yang akan dilakukan. Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan cara melihat langsung kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. Observasi Guru

Dalam melaksanakan observasi ini dilakukan dengan cara meninjau langsung proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Yang harus dilakukan oleh peneliti pada saat observasi yaitu melihat bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru dalam penyampaian materi terhadap siswa.

3. Observasi Fisik Kelas

(60)

4. Observasi Minat Belajar Siswa

Observasi minat belajar siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa di dalam kelas maupun di luar kelas, interaksi siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa dikatakan dapat berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerjasama dalam mengerjakan tugas dan mau saling membantu dalam memahami materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara individual dan tidak berkeberatan untuk mambantu teman yang kesulitan.

E. Instrumen PTK

Instrumen yang dipakai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Prapenelitian

a. Observasi Terhadap Guru

Pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan dengan cara meninjau secara langsung kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah. Pada saat melakukan observasi, tindakan yang dilakukan oleh peneliti antara lain melihat cara guru menyampaikan materi pada siswa. Misalnya, pada saat awal kegiatan pembelajaran, guru memberikan salam pembuka atau tidak, guru melakukan presensi terhadap siswa atau tidak dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti melihat strategi yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran di sekolah.

b. Observasi Terhadap Siswa

(61)

Ketika melakukan observasi terlebih dahulu peneliti melihat jumlah dan tingkat prestasi siswa di kelas. Hal tersebut dilakukan dengan cara melihat daftar hadir dan penilaian yang dimiliki oleh guru. Observasi terhadap jumlah jumlah siswa dan tingkat prestasi siswa dilakukan sebagai dasar pembagian kelompok pada pelaksanaan PTK yang akan dilakukan. Pengamatan dilakukan pada saat sebelum dilakukan strategi pembelajaran dengan inquiry based learning, pada saat melakukan pembelajaran dan sesudah dilakukannya pembelajaran. Perubahan tingkah laku siswa juga diamati saat sebelum pembelajaran, saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran selesai. Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan cara melihat langsung kegiatan pembelajaran di sekolah.

c. Observasi Terhadap Kondisi Kelas

Pelaksanaan observasi ini dapat dilakukan dengan cara meninjau keadaan kelas secara langsung. Observasi ini antara lain melihat kelengkapan, perangkat, tata letak, lingkungan fisik, serta bagaimana manajemen kelas tersebut. Tujuan dilakukannya kegiatan tersebut yaitu menyesuaikan perencanaan terhadap situasi media yang tersedia di kelas.

d. Observasi Terhadap Minat Belajar Siswa

(62)

dikatakan dapat berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerja sama dalam mengerjakan tugas dan mau saling membantu dalam memahami sebuah materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara individual dan tidak keberatan untuk membantu teman yang kesulitan.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan penelitian meliputi kegiatan perencanaan untuk PTK dan kegiatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada perencanaan pelaksanaan pembelajaran di kelas, peneliti dibantu guru menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran di kelas yang terangkum dalam sebuah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain RPP, peneliti juga menyiapkan berbagai media, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, perencanaan pelaksanaan pembelajaran hampir sama dengan seorang guru dalam mempersiapkan pembelajaran di kelas.

b. Tindakan

(63)

akuntansi yang masing-masing akan diukur dari hasil belajar siswa dan kuesioner. Setelah itu guru dibantu oleh fasilitator membagikan soal evaluasi yang digunakan untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan peneliti dibantu oleh orang yang ditunjuk peneliti untuk membantu kegiatan observasi. Pada kegiatan pengamatan yang perlu diamati adalah tindakan guru di kelas saat melakukan pembelajaran, tindakan siswa saat pembelajaran, kondisi fisik kelas, dan penyajian materi pembelajaran.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan refleksi meliputi evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dan kekurangan dari strategi yang telah diterapkan sebelumnya. Jika masih banyak kekurangan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada siklus tahap kedua dan jika telah mencapai keberhasilan maka penelitian dapat dikatakan telah mencapai target.

3. Pemahaman Siswa

(64)

post-test, bagaimana siswa menjelaskan/berpendapat, menarik kesimpulan, memberikan contoh, dan sebagainya. Ranah afektif dapat diukur dengan kemauan siswa dalam menerima pembelajaran, kemauan untuk menanggapi, berkeyakinan, ketekunan dan ketelitiannya. Sedangkan ranah psikomotorik dapat diukur dari persepsi siswa, kreatifitas, gerak-gerik siswa, dan sebagainya. Sehubungan dengan pengukuran pemahaman siswa maka siswa diberikan soal evaluasi.

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Motivasi Belajar

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan mengaktifkan, menggerakkan menyalutkan, mengarahkan sikap dan individu belajar.

Kisi-kisi motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Hamzah B. Uno, 2007:23)

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

(65)

Kisi-kisi Motivasi Belajar

Variabel Descriptor Indikator

Pernyataan

Kuesioner

Positif Negatif

(66)

Variabel Descriptor Indikator

*) Sumber :Hendrarti, Elfrida Gita (2014)

(67)

Tabel 3.2

Pemberian Skor pada Setiap Item Kuesioner

Kategori Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : Syofian Siregar, 2013: 25-26

Dalam penelitian ini, variabel motivasi diukur dengan cara membandingkan hasil kuesioner siswa sebelum penerapan strategi pembelajaran IBL dengan hasil kuesioner sesudah IBL. Kemudian hasil tersebut akan dikonversi menggunakan PAP tipe II.

2. Sikap Kritis

(68)

dengan bobot (tingkat kesulitan) masing-masing. Rentang skor jawaban 0 s.d 100.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Variabel Sikap Kritis

Aspek/Variabel Indikator

Pernyataan

Kuesioner

Sikap Kritis Mengkonseptual 1,2,3

Menerapkan 4

Sintesis 5

Menganalisis 6,7

Mengevaluasi 8, 9, 10

Dalam penelitian ini, sikap kritis diukur dengan membandingkan hasil kuesioner sebelum diterapkannya IBL dengan hasil kuesioner setelah diterapkannya IBL. Untuk lebih mendetail dalam menilai sikap kritis siswa, guru memeriksa hasil jawaban dari soal yang diberikan oleh guru dan menilai proses dalam belajar mengajar.

3. Prestasi Belajar

(69)

G. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai strategi pengumpulan data, penulis menggunakan strategi:

1. Dokumentasi

Pengumpulan data diperoleh dengan mengambil video rekaman dan foto pembelajaran yang terjadi di kelas untuk mengukur minat belajar dan pemahaman yang terlihat dari antusiasme siswa maupun siswi dalam ruang kelas pada saat dilakukan pembelajaran. Rekaman video dan foto dapat dipakai untuk melengkapi data-data yang diperlukan oleh peneliti. Dengan hasil rekaman tersebut peneliti dapat melihat suasana kelas secara

detail tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas.

2. Kuesioner

Suatu daftar pertanyaan tertulis yang ditunjukan kepada responden tentang sesuatu hal dengan berdasarkan pada keadaan atau peristiwa yang telah dilaksanakan. Strategi ini ditunjukan untuk memperoleh data atau jawaban dari guru rangkap jawaban terhadap prestasi siswa.

3. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengadakan tanya-jawab secara sistematis dengan pihak yang berkepentingan. Strategi ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang objek penelitian dan data-data lain yang menunjang penelitian.

4. Observasi

(70)

dokumentasi. Observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.

5. Pengamatan

Pengamatan yaitu kegiatan menggunakan satu indra atau lebih seperti melihat, mendengar, mencium, mengecap dan meraba secara seksama untuk mendapatkan keterangan atau makna dari suatu yang diamati. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pengetahuan dari suatu peristiwa.

6. Studi Pustaka

Mengumpulkan data sehubungan dengan topik yang didapat dari kepustakaan, yaitu dari buku-buku atau referensi.

H. Pengujian Kuesioner

Kuesioner yang digunakan, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujiannya sebagai berikut:

1. Pengujian Validitas

(71)

instrumendalam penelitian menggunakan teknik korelasi pearson produck

moment sebagai berikut:

Keterangan:

= Koefisiensi korelasi antara variabel X dan variabel Y:dua variabel

yang dikorelasikan ( x=X-M ) dan( y= Y-M). = Jumlah perkalian x dengan y

= Kuadrat dari x (deviasi x) = Kuadrat dari y (deviasi y)

Perhitungan korelasi product moment dari pearson menggunakan bantuan SPSS versi 17, nilai korelasi r dapat dilihat pada kolom Corrected

Item-Total Correlation. Jumlah nilai Corrected Item-Total Correlation

dibandingkan dengan r tabel. Untuk Mengetahui besarnya r tabel, dapat dilihat dalam tabel korelasi nilai – r. Cara melihat angka tabel adalah dengan melihat baris N-2 untuk taraf signifikan 5%. N yang dimaksud adalah jumlah responden penelitian (Tukiran, 2012: 140).

(72)

Tabel 3.4

(73)

Gambar

Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Tabel 3.1
Tabel  3.2
Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel Sikap Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga Bapak I Ketut Wardana telah menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan dan kebersihan yang dapat dilihat dari kondisi lingkungan rumah Bapak I

Senada dengan ini, Novan Ardy Wiyani mengemukakan beberapa pendapat kebanyakan orang yang mengkritisi PAI di sekolah, yaitu, a) Hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dalam sistem tersebut terdapat 4 external entity yang memberikan input dan output pada sistem yaitu Responsibility center melakukan pencatatan administrasi yang meliputi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sisi religiusitas perempuan dewasa yang telah menikah memiliki hubungan dengan kemampuan dalam melakukan

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik biji kopi (warna, kadar air, bulk density) yang dihasilkan dari tiga perlakuan penundaan pulping yaitu

Dalam memberikan usulan peralatan pemindah ini dilakukan analisis persentase jumlah kaca pecah dalam waktu pengiriman selama 25 hari kerja, membandingkan beberapa

Hasil analisis yang ditampilkan dari software ini sangat sesuai dengan kebutuhan guru karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi terhadap instrumen dan soal yang dibuat