• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Sekolah, Prestasi Siswa, dan Idealitas

3. Sikap Terhadap Pengalaman Belajar

Berikut ini dipaparkan bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang diakibatkan dari pengalaman belajar subjek, sebagai berikut:

P : Kenapa? apa sering gak ngerjakan soal waktu ulangan-ulangan harian atau yang lain?

S : Ya itu karena kalau diterangkan saya sering gak jelas, gak mudeng (paham, Ed) maka ya males mikir

Subjek sering tidak mengerti/faham dengan apa yang diterangkan oleh guru sehingga malas berpikir. Akibat dari pengalaman belajar ini, subjek kurang termotivasi belajarnya.

P : Kan bisa belajar sendiri di rumah?

S : Sudah belajar, tapi ya gitu lah wong dasarnya gak begitu suka ya males saja

Dengan alasan ketidak-sukaannya terhadap mata pelajaran, hal itu mengakibatkan subjek malas belajar.

P : Terus apa kamu gak ingin belajar lebih giat lagi?

S : Ya aku kan sudah belajar tenanan tapi ya itu kadang-kadang aku jadi males terutama kalau pas gak jelas saat Pak itu nerangkan, membuat aku gak sreg blass (tidak nyaman sama sekali, Ed) belajar.

Meskipun subjek sudah belajar dengan serius, namun karena ia menganggap bahwa apa yang diterangkan oleh gurunya tidak bisa difahami, maka Subjek merasa tidak termotivasi untuk belajar dengan giat.

P : Ketika kamu ngerti bahwa nilai Matematika kamu tujuh, bagaimana cara belajar kamu selanjutnya?

S : Ya kalau bisa semester ini lebih baik lagi menjadi delapan gitu, aku harus giat lagi belajar

Sebetulnya subjek berkeinginan untuk berprestasi lebih baik dengan menunjukkan keinginannya untuk selalu giat belajar. Hal itu karena selama ini ia menganggap bahwa nilai mata pelajaran matematikanya kurang bagus, untuk itu ia termotivasi untuk lebih baik lagi.

P : Menurut kamu, bagaimana dampak pengalaman belajar yang baru saja tadi?

S : Membuat aku mumet sirahku (pusing kepalaku, Ed) P : Kenapa?

S : Pelajaran ini kan banyak menghitungnya, poko’e njlimet (pokoknya rumit), sementara aku gak begitu suka, ya malas saja kadang-kadang kalo’ ada tugas

Menurut subjek, dampak pengalaman belajar yang menurutnya sering memnbuat kepala pening. Penyebabnya adalah dikarenakan mata pelajaran ini banyak menghitung-hitungnya sehingga ia malas belajar atau

mengerjakan soal-soal. Subjek kelihatannya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan banyak perhitungan. Hal yang sama juga dari hasil wawancara berikut ini:

P : Bagaimana dampak pengalaman kamu selama ini dalam mengikuti pelajaran terhadap prestasi kamu di sekolah?

S : Ya ndak tahu…aku sudah belajar setiap hari, tapi ya untuk pelajaran ini memang ribet, rumit banyak ngitungnya…aku nggak begitu suka ngitung-ngitung, jadi ya mungkin nilai pelajaran Fisikaku nggak baek P : Berapa nilai pelajaran Fisikamu?

S : ndak tahu…lupa P : Lho ko’ndak tahu? S : Ya kurang dari tujuh

Subjek mengaku bahwa ia sudah belajar setiap hari, namun ia merasa bahwa mata pelajaran fisika menurutnya merupakan mata pelajaran yang sulit, rumit, banyak menghitung. Hal itu juga menunjukkan bahwa subjek tidak menyukai tugas-tugas yang diulang-ulang dan tugas-tugas yang membutuhkan angka-angka perhitungan. Akibat dari pengalaman belajar ini, menurut subjek nilai mata pelajaran fisikanya tidak begitu bagus (kurang dari tujuh).

P : Menurut kamu, bagaimana dampak pengalaman belajar yang baru saja tadi tu?

S : Akhirnya saya gak begitu greget sama pelajaran ini, kadang-kadang saya jarang nyatat soalnya sudah ada di buku semua, saya beli buku di toko buku dan sudah ada semua, terus karena jarang dikoreksi ya pas lagi kalo diberikan soal jarang saya kerjakan

Pengalaman belajar Subjek pada salah satu mata pelajaran tersebut menunjukkan bahwa sering kali guru tidak memberikan feedback terhadap apa yang dikerjakan oleh siswa, maka ia tidak termotivasi untuk lebih giat belajar. Akibat dari pengalaman belajarnya tersebut, apabila diberikan tugas oleh gurunya ia juga jarang mengerjakannya dan kurang termotivasi untuk belajar.

P : Berapa nilai kamu pada mata pelajaran ini? S : Tujuh

Dampaknya nilai mata pelajaran ini hanya tujuh. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari pengalaman belajar sebelumnya berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang rendah. Menurut subjek, guru saat menerangkan materi pelajaran tidak begitu jelas, akibatnya ia malas belajar.

P : Kenapa bisa seperti itu?

S : Ya sepertinya aku kurang giat, wong kalau dikerjakan tenanan pasti bisa ko’ Om!

P : Lha kenapa kamu gak tenanan (serius, Ed.) waktu ngerjakan? S : Ya itu waktu Pak itu menerangkan rumus-rumus atau materi

pelajaran tu lho aku gak suka, jadi aku sepertinya gak bisa

Paparan tersebut menunjukkan bahwa subjek tidak begitu giat dalam belajar, walaupun sebenarnya dia punya keinginan untuk serius belajar. Namun, akibat sikap negatif dari subjek terhadap cara guru mengajar, maka ia menganggap bahwa mata pelajaran ini sulit, dan ia merasa tidak bisa. Konsekuensi-konsekuensi dari pengalaman belajar subjek menunjukkan bahwa pada akhirnya hal itu berpengaruh pada prestasi belajarnya. Selanjutnya, di bawah ini dijelaskan bagaimana respon guru dalam menanggapi prestasi belajar subjek.

P : Lah ketika nilai kamu gak begitu bagus bagaimana penilaian Pak itu terhadap kamu?

S : Maksudnya Om?

P : Saat kamu dipanggil sama Pak itu, terus tahu kalau kamu harus mengulang lagi supaya nilai kamu dianggap lulus bagaimana saat itu Pak itu?

S : Ooo itu ya saat itu aku dipanggil dan dikatakan bahwa saya belum lulus terus disuruh ngerjakan beberapa soal kemudian diberikan waktu dua hari untuk menyelesaikan dan dikembalikan ke Pak itu P : Pak itu ngomong apa ke kamu?

S : Ya paling dinasehati karena aku kurang giat belajar, ya gitu saja Dari paparan tersebut menunjukkan bahwa respon guru ketika melihat hasil nilai/prestasi belajar subjek cenderung rendah, maka konsekuensinya subjek harus mengikuti ujian remedial. Menurutnya, hal itu sudah menjadi konsekuensinya dan guru memberikan nasehat supaya ia giat belajar.

P : Menurut kamu, bagaimana reaksi guru terhadap kamu?

S : Ya sama dengan teman-teman lainnya, gak diapa-apain, didiemkan, selesai nggak selesai ngerjakan soal ya podowae (ya sama saja, Ed), kadang malah ditinggal keluar sampai selesai jam pelajaran

P : Bagaimana sikap kamu selanjutnya terhadap cara belajar kamu? S : Saya baca sendiri bukunya yang materinya aku suka seperti tentang

negara-negara Eropa, Amerika, poko’e yang luar negeri aku suka. Tapi saya males belajar apalagi kalau mengerjakan soal tapi nggak dikoreksi ya jadi malas mengerjakannya.

Pada konteks yang lain, pengalaman belajar subjek menunjukan bahwa ketika guru tidak memberikan respon dengan baik maupun feed-back yang jelas, maka konsekuensinya subjek belajar sesukanya saja. Hal itu membuat subjek tidak termotivasi untuk giat belajar. Sedangkan konsekuensi-konsekuensi lainnya yaitu tanggapan orang tua Subjek terhadap prestasi belajarnya yang rendah, yaitu sebagai berikut:

P : Terus bagaimana dengan Papa Mama? Tahu kalau kamu ngulang? S : Ya gak tahu gak aku beri tahu

P : Kalau tahu bagaimana? S : Wah marah…

P : Tapi akhirnya kan pasti ketahuan?

S : Ya sudah tahu ko’ dan saya dimarahi, terus disuruh mengerjakan dengan benar, nggak boleh telat lagi ngumpulinnya…saat aku ngerjakan soal-soal sampe’ diawasi terus (maksudnya ditunggui) sama Papa.

Di sini terlihat respon orang tua subjek melihat prestasi belajar subjek yang rendah dengan marah, dan orang tua Subjek menyuruhnya segera mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, sekaligus orang tuanya mengawasi supaya subjek benar-benar mengerjakan soal tersebut.

Dokumen terkait