BAB II KAJIAN TEORI
C. Sikap Terhadap Program Ma‟had
1. Pengertian Sikap terhadap Program Ma’had
Abu Ahmadi (1999:162) menyebutkan sikap sebagai kesadaran
individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan
yang mungkin akan terjadi. Perbuatan-perbuatan tersebut bisa terjadi
sekarang atau yang akan datang. Dalam bahasa Inggris, sikap dikenal
dengan kata attitude. Attitude diterjemahkan sebagai sikap dan
kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Attitude itu senantiasa terarahkan
terhadap suatu hal atau suatu objek, tidak ada attitude, tanpa ada
objeknya (Gerungan, 1986:149).
Pendapat dari Gerungan ini serupa dengan L.L Thurstone dalam
Abu Ahmadi (1999:163) yang menerangkan sikap sebagai tingkatan
kecendrungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan
dengan objek Psikologi. Objek Psikologi di sini meliputi: simbol,
kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Sementara Sherif
& Sherif dalam Tri Dayaksini, (2009:89) menjelaskan sikap
menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Program ma‟had merupakan program selama satu tahun bagi mahasiswa baru yang tinggal di asrama mahasiswa dengan konsep
pondok pesantren. Program ma‟had di Ma‟had Sunan Ampel Al-Aly dilaksanakan di sela-sela program kuliah reguler dan PPBA. Beberapa
program ma‟had antara lain Shobahul Lughoh, Ta’lim Qur’an/Afkar, dan Solat berjama‟ah.
2. Aspek-aspek Sikap
Tiap-tiap sikap mempunyai mempunyai 3 aspek (Abu Ahmadi,
1999:162) :
a. Aspek Kognitif (keyakinan): yaitu yang berhubungan dengan
gejala mengenai pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan,
pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu
tentang objek atau kelompok objek tertentu.
b. Aspek Afektif (emosi): berwujud proses yang menyangkut
perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian,
simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada
objek-objek tertentu.
c. Aspek Konatif (perilaku): berwujud proses
tendensi/kecendrungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya:
kecendrungan memberi pertolonan, menjauhkan diri dan
sebagainya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Pembentukan sikap tidak lepas dari 2 faktor, yakni faktor nternal
dan faktor ekternal.
a. Faktor internal, berhubungan erat dengan motif-motif dan
dan yang mengarahkan minat perhatian kita terhadap
objek-objek tertentu di antara keseluruhan objek-objek yang mungkin kita
perhatikan pada waktu itu (Tri Dayaksini, 2009:156) .
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi
manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok
(Abu Ahmadi, 1999:171). Misalnya: internet, surat kabar,
televisi, buku, majalah dan sebagainya.
4. Terbentuknya Sikap
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, sikap dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan internal. Kedua faktor tersebut dapat membentuk
sikap individu terhadap suatu objek. Bimo Walgito (2003:134)
menjelaskan terbentuknya sikap dimulai dengan objek sikap dipersepsi
oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang
diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsi objek
sikap tersebut akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini
akan merupakan pendapat atau keyakinan dari segi kognitif. Aafeksi
akan mengiringi hasil kognisi tersebut terhadap objek sikap sebagai
aspek evaluatif, dapat bersifat positif dan negatif. Hasil evaluasi aspek
afeksi akan mengait segi konasi (behavior), yaitu kesiapan untuk
berperilaku. Keadaan lingkungan juga dapat memberikan pengaruh
terhadap objek sikap yang bersangkutan.
5. Fungsi Sikap
Rita L. Atkinson (dalam Alex Shobur, 369-370) bersama
kawan-kawannya menyimpulkan ada lima fungsi sikap, antara lain:
a. Fungsi Instrumental, yakni sikap dapat mengekspresikan
spesifik keinginan umum manusia untuk mendapatkan manfaat,
hadiah, atau menghindari hukuman.
b. Fungsi Pengetahuan, yakni sikap memungkinkan kita untuk
mengorganisir dan mengelola berbagai informasi secara efisien.
Hal ini perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi Nilai-Ekspresif, yakni sikap dapat mengekspresikan
nilai-nilai kita atau mencerminkan konsep diri kita terhadap
suatu hal.
d. Fungsi Pertahanan Ego, yakni sikap dapat melindungi kita dari
kecemasan atau ancaman bagi harga diri kita. Konsep ini berasal
dari teori pertahanan ego milik Sigmund Freud. Beberapa jenis
pertahanan ego antara lain proyeksi, regresi, rasionalisasi dan
lain-lain.
Sikap yang membantu kita merasa menjadi bagian suatu
kelompok atau komunitas. Norma sosial dapat memicu
perubahan sikap sebagai bentuk penyesuaian.
6. Sikap Dalam Perspektif Islam
Sikap diartikan sebagai bentuk pernyataan individu terhhadap objek
Psikologi. Sikap dapat berbentuk pernyataan ataupun perbuatan. Dalam
Islam, terdapat istilah Akhlaq, yaitu merupakan perangai atau tabiat
seseorang yang tercermin dalam perilaku. Dalam riwayat Tirmidzi,
Rasulullah berkata:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya.”
Islam memandang pentingnya seorang muslim memiliki akhlaq yang
baik. Oleh karena itu banyak ayat-ayat al-Qur‟an yang menjelaskan
tentang bagaimana seharusnya akhlaq manusia itu, bahkan Rasulullah
telah diutus untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Sebagaimana
dikatakan dalam Syaikh Mustafha al-„Adawy (2009:3), dalam diri
Rasulullah sudah terkumpul sifat-sifat baik, rasa malu, murah hati,
keberanian, kejujuran, kesungguhan, keramahan, kelembutan,
kebersihan, dan lain-lain. Aisyah, istri Rasulullah juga pernah
mengatakan dalam Hadis Shahih Muslim bahwa “budi pekertinya
Di dalam akhlaq terdapat aturan (Fikih), seperti dalam berbagai hal
yang berkaitan dengan manusia ataupun hubungan antar sesama
manusia. Ayat yang menjelaskan tentang akhlaq manusia terhadap orang
lain dalam surat Maidah ayat 8.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S Al-Maidah:8).
Menurut tafsir Ibnu Katsir ayat ini memerintahkan manusia untuk
menegakkan keadilan karena Allah, bukan karena manusia ataupun
harga diri. Jangan sampai perasaan benci terhadap sesuatu kaum atau
kelompok mendorong individu untuk berlaku tidak adil kepada mereka,
tetapi berbuatlah secara adil terhadap setiap orang, baik terhadap teman
ataupun musuh. Suatu saat nanti, Allah akan membalas perbuatan yang
telah kerjakan. Jika amal itu baik, maka balasannya baik; dan jika amal
itu buruk, maka balasannya akan buruk pula. Ayat tersebut
terhadap sikap seseorang. Sikap sendiri memiliki 3 aspek, yakni
kognitif, afektif, dan konatif. Aspek afektif dapat berwujud perasaan
-perasaan tertentu yang ditujukan kepada objek-objek tertentu seperti
benci, cinta, suka, takut, dan lain-lain. Selain itu ayat tersebut juga
membuktikan akan adanya faktor internal (dari diri sendiri) yang
menentukan sikap terhadap suatu objek sikap.