• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

C. Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus, L.)

3. Siklus Reproduksi Tikus Putih

Tikus putih betina siap untuk bereproduksi setelah umur 50-60 hari. Vagina tikus putih mulai terbuka pada umur 35-90 hari. Siklus estrus pada tikus putih berlangsung sekitar 4-5 hari dengan lama waktu selama 12 jam setiap siklus, estrus dimulai pada malam hari (Malole & Pramono, 1989 dalam Amri, 2012: 16).

Estrus adalah suatu periode di mana secara psikologis dan fisiologis bersedia menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Sedangkan, siklus estrus adalah suatu periode birahi ke pemulaan periode berikutnya sampai akhir periode (Nalbandov, 1990: 140).

Vaginal smear, cervix smear dan endometrium smear, dapat menunjukkan waktu ovulasi secara persis dan daur estrus. Ciri-ciri dari daur estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu:

a. Proestrus : terdapat sel epitel biasa b. Estrus : terdapat sel epitel menanduk

c. Metestrus : terdapat sel epitel menanduk dan leukosit banyak d. Diestrus : terdapat banyak sel epitel biasa

Proestrus merupakan tahap pemasakan folikel dan pembentukan endometrium yang disertai dengan kemunduran korpus

luteum dari fase sebelum proestrus. Selama periode proestrus, kadar progesterone menurun, memungkinkan pelepasan FSH dan peningkatan kadar estrogen yang mampu membangkitkan birahi (Brown, 1992: 515). Masa pertumbuhan folikel dan produksi estrogen tinggi merupakan periode proestrus. Pada periode proestrus berlangsung selama kurang lebih 12 jam dan apabila diamati menggunakan mikroskop, bekas ulasan vagina memperlihatkan sel epitel yang berinti,

Estrus merupakan tahap kelangsungan perkawinan, dimana ovulasi sedang berlangsung. Ovulasi didahului oleh pengaruh gelombang hormon LH. Pada akhir estrus, kadar estrogen menurun (Brown, 1992: 515). Yatim (1982: 104) mengatakan bahwa periode estrus disebut juga periode birahi (klimaks fase folikel) dan kopulasi atau pembuahan dimungkinkan hanya pada saat periode ini. Periode estrus berlangsung selama 12 jam.

Gambar 3. Mikrograf Epitel Vagina Tikus Putih Fase Estrus Perbesaran 40X (Dokumentasi Penelitian, 2017)

10

Metestrus merupakan periode yang berlangsung selama 10-14 jam. Pada periode ini biasanya tidak terjadi perkawinan, di tempat folikel de graff yang baru melepas ovum, terbentuk korpus hemorghi ovarium. Apabila terjadi kebuntingan, siklus akan terganggu selama masa kebuntingan tersebut (Yatim, 1982: 106).

Manifestasi birahi ditimbulkan oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel ovarium. Tikus yang sedang mengalami masa estrus cenderung lebih sering bergerak aktif secara spontan dibandingkan saat mengalami fase yang lain (Nalbandov, 1990: 141). Perubahan organ reproduksi hewan betina dipengaruhi oleh siklus estrus. Perubahan tersebut seperti servik mensekresi lender dalam jumlah banyak dan cair selama masa estrus, vagina bersifat lebih alkalis ssaat fase diestrus dan bersifat lebih asam saat masa estrus pada beberapa hewan seperti sapi, kuda dan tikus.

Diestrus merupakan fase dimana ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali pada suasana tenang dan istirahat. Fase ini berlangsung selama 60-70 jam, dan terjadi regresi fungsional korpus luteum. Menurut Dellman dan Brown (1992: 515) pada tahap diestrus korpus luteum mulai aktif, sehingga pengaruh luteal progesterone sangat jelas terlihat pada alat kelamin sekunder. Kelenjar endometrium selama fase diestrus mengalami hiperplasi serta sekresi secara maksimal.

4. Uterus

Uterus merupakan salah satu organ reproduksi betina yang berfungsi sebagai penerima dan tempat perkembangan ovum yang telah dibuahi. Uterus pada tikus putih berupa tabung ganda, disebut tipe dupleks (Partodiharjo, 1980). Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu lapisan endometrium, miometrium, dan perimetrium (Burkitt et al., 1993). Lapisan endometrium merupakan lapisan yang responsif terhadap perubahan hormone reproduksi, sehingga perubahan lapisan ini bervariasi sepanjang siklus estrus dan dapat dijadikan indickator terjadinya fluktuasi hormon yang sedang terjadi (Dellman and Brown, 1992).

a. Anatomi

Tikus memiliki uterus berbentuk dupleks, dengan dua serviks tanpa badan uterus dan pemisahan tanduk secara sempurna. Seluruh organ melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamentum uterus yang lebar dinamakan ligamentum lata uteri. Ligament ini membantu uterus untuk dapat menerima suplai darah dan saraf (Nalbandov, 1990: 141)

12

Gambar 4. Anatomi Tikus Putih (Dokumentasi Penelitian, 2017) b. Struktur Histologik

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium.

1) Endometrium

Endometrium terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun serta fungsinya. Lapisan superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selama masa reproduksi dan dapat hilang pada beberapa spesies. Suatu lapis dalam tipis disebut zona basalis tetap bertahan sepanjang daur. Bila zona fungsional hilang, dapat diganti oleh lapisan tersebut (Dellman Brown, 1992: 512-514)

Endometrium terdiri dari selapis sel kolumner yang mengelilingi seluruh permukaan endometrium dan membatasi lumen uterus, lapisan kelenjar dan jaringan ikat longgar (Sugiyanto, 1996: 7). Kelenjar endometrium merupakan kelenjar

yang tersususun atas epitel kolumner dengan nuclei dibagian bawah. Kelenjar ini melebar dan terbuka pada permukaan endometrium. Terdapat dua pembuluh darah dalam endometrium, yaitu pembuluh darah spiral dan lurus. Sepanjang siklus estrus, kelenjar dan pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Peningkatan hormon estrogen yang terjadi pada fase proestrus sampai fase estrus menyebabkan pertumbuhan serta percabangan kelenjar, sedangkan kenaikan progesterone setelah fase estrus menyebabkan peningkatan aktivitas sekresi kelenjar endometrium.

Pertambahan tebal lapisan endometrium berjalan seiring dengan perkembangan dari struktur kelenjar endometrium sepanjang siklus. Kelenjar endometrium merupakan kelenjar tubular yang masih sederhana dan mengalami perubahan sepanjang siklus estrus. Aksi hormon estradiol sepanjang fase folikular menyebabkan proliferasi lapisan endometrium, termasuk pada kelenjar endometrium. Peningkataan kandungan strogen dapat merangsang pertumbuhan dan percabangan dari kelenjar endometrium, tetapi uliran dan sekresi kelenjar tidak dapat terjadi sebelum adanya rangsangan dari hormon progesterone (Dellman and Brown, 1992: 514)

2) Miometrium

Miometrium terdiri dari lapisan otot sebelah dalam yang tersusun melingkar dan lapisan luarnya memanjang terdiri dari

14

sel-sel otot polos yang mampu meningkatkan jumlah serta ukurannya selama kebuntingan berlangsung. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapis vascular yang mengandung arteri besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh darah tersebut memberikan darah pada endometrium (Dellman and Brown, 1992: 515)

3) Perimetrium

Perimetrium atau tunika serosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf pada lapisan ini. Perimetrium, lapis memanjang dari miometrium, dan lapis vaskular dari miometrium, seluruhnya berlanjut dengan bangun ligamentum uterus (Dellman and Brown, 1992: 515).

c. Fungsi Uterus

Fungsi uterus adalah, sewaktu perkawinan, kontraksi uterus mempermudah pengangkutan spermatozoa ke tuba fallopi. Sebelum implantasi, cairan uterus menjadi medium blastosit. Sesudah implantasi, uterus menjadi tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus. Saat partus, kontraksi uterus berperan besar (Suhandoyo dan Ciptono, 2008: 28).

d. Pengaruh Hormon pada Endometrium

Perubahan siklik pada lapisan endometrium diatur oleh aksi dari hormon-hormon hipotalamus-hipofisis-gonad. Aktivitas hipotalamus dipicu oleh rangsangan lingkungan luar dan kadar hormon estrogen di dalam sirkulasi darah. Produsen utama dari hormon betina adalah ovarium dan hormon yang bekerja pada seksualitas betina adalah estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja untuk merangsang pertumbuhan dari endometrium dan mioetrium.

Peningkatan dalam sintesis reseptor progesteron di dalam endometrium dipengaruhi hormon estogren yang mengakibtkan progesteron dapat merangsang endometrium tetapi setelah endometrium tersebut dirangsang oleh estrogen terlebih dahulu.

Terdapat rangsangan dari hormon yang disekresikan oleh hipotalamaus dalam proses produksi hormon-hormon tersebut, antara lain FSH-RH dan LH-RF. FSH-RH (Follicle Stimulating Hormone-Releasing Hormone) bertugas untuk merangsang FSH untuk disekresikan. FSH berfungsi merangsang pembentukan folikel sampai folikel tersebut masak tetapi tidak menyebabkan sel telur ovulasi. Folikel tersebut mensintesis dan mensekresi penmbentukan estrogen, saat fase folikel ini bertepatan dengan fase proliferasi pada uterus, peningkatan kadar estrogen merangsang endometrium untuk menebal dan memiliki banyak pembuluh

16

darah. Sedangkan LH-RF (Luteinizing Hormone- Releasing Factor) berfungsi untuk merangsang sekresi dari LH. LH berfungsi untuk melakukan rangsangan pada sel granulosa dan techa folikel ovarium untuk memproduksi hormon estrogen, produksi LH yang semakin banyak diikuti oleh produksi estrogen yang semakin banyak pula. Pertumbuhan dari folikel ovarium dirangsang oleh FSH yang disekresikan oleh hipofisa (Yatim, 1992: 106-108)

Kerja dari semua hormon yang terdapat pada ovarium merupakan rangsangan dari lobus anterior hipofisis, hal ini mengakibatkan lapisan uterus yang paling dalam mengalami perubahan struktural secara teratur. Hormon estrogen akan mempengaruhi endometrium dan miometrium yang merupakan lapisan penyusun dari uterus (Sugiyanto, 1996: 20-30).

Estrogen adalah salah satu dari hormon reproduksi betina yang disekresikan oleh sel-sel granulosa folikel ovarium dengan struktur yang tersusun atas 18 atom C, gugus –OH fenolik pada atom C-3, cincin A yang bersifat aromatik dan tidak memiliki gugus metil pada atom C-10. Bentuk dari hormon estrogen yang terdapat pada tubuh hewan betina berupa estradiol 17-β, estron dan estriol, tetapi hormon estrogen yang lazim dijumpai dalam jumlah yang cukup tinggi dan sesuai dalam tubuh adalah estradiol 17-β (Dellman and Brown, 1992)

Gambar 5. Struktur Kimia Estrogen (Suherman, 1995:11)

Hormon estrogen berasal dari sel-sel techa interna yang dapat memberikan efek berupa umpan balik positif maupun negatif. Apabila kadar dari hormon estrogen rendah maka terjadi sintesis FSH merangsang dan menghambat sintesis dari LH, inilah yang disebut dengan umpan balik positif. Sedangkan umpan balik negatif terjadi apabila kadar hormon estrogen tinggi maka akan menghambat dan menghentikan sintesis FSH dan merangsang sintesis dari LH (Partodiharjo, 1982: 135-136).

Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga meningkatkan sintesis reseptor progesteron di endometrium sehingga progesteron mampu mempengaruhi endometrium hanya setelah endometrium dirangsang oleh estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium yang telah dipersiapkan estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang mengandung banyak nutrisi bagi ovum yang sudah

18

endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat penimbunan elektrolit dan air, yang mempermudah implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron juga mempersiapkan endometrium untuk menampung embrio yang baru berkembang dengan cara merangsang kelenjar-kelenjar endometrium agar mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar sehingga menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah endometrium. Progesteron juga menurunkan kontraktilitas uterus agar lingkungan pada uterus tenang dan kondusif untuk implantasi serta pertumbuhan embrio (Sherwood, 2001: 713-714).

Estrogen berfungsi untuk manifestasi fisiologik dari uterus, mempengaruhi pertumbuhan lapisan endometrium pada uterus, perunahan secara histologis pada epitelium vagina selama siklus estrus, mengontrol sekresi hormon pituitary (FSH dan LH) dan berpengaruh pada pertumbuhan kelenjar mamae pada mamalia (Suhandoyo dan Ciptono., 2009: 34).

e. Siklus Endometrium

Endometrium mempunyai dua daerah berbeda baik bentuk maupun fungsinya. Daerah yang pertama merupakan lapis superfisial disebut dengan zona fungsional, yang mengalami perusakan sebagian atau seluruhnya selama masa estrus, fase reproduksi atau daur haid dapat hilang pada beberapa spesies. Daerah kedua merupakan suatu lapisan dalam tipis atau disebut

sebagai zona basalis, yang akan tetap bertahan sepanjang daur. Zona ini berguna untuk menggantikan zona fungsional ketika zona fungsional hilang. Bagian superfisial yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat seperti makrofag, fibroblast dan sel mast terdapat di bawah epitel zona fungsional. Sedangkan jaringan ikat ikat longgar yang mengandung sedikit sel dibandingkan lapis superfisial terdapat pada bagian dalam zona fungsional (Brown, 1992: 512-514).

Terdapat tiga fase yang terjadi pada endometrium, yaitu fase proliferasi, fase sekresi atau fase luteal dan fase menstruasi. Fase proliferasi terjadi bersamaan dengan perkembangan folikel dan pembentukan estrogen pada ovarium. Proliferasi sel terus berlangsung dengan ditandai adanya mitosis pada sel epitel dan sel kelenjar. Kelenjar nampak lurus dan lumen uterus sempit pada akhir masa proliferasi. Dilanjutkan dengan fase sekresi yang diawali setelah ovulasi, pada fase ini hormon yang berpengaruh adalah hormon progesteron yang disekesikan oleh korpus luteum. Progesteron berfungsi untuk merangsang sel kelenjar untuk mengeluarkan sekret. Di akhir fase sekresi, terjadi kematian endometrium akibat dari dinding arteria spiralis yang mengalami kontraksi, menutup aliran darah dan akhirnya menimbulkan iskemia. Deskuamasi endometrium dan konstriksi arteria spiralis

20

menyebabkan munculnya perdarahan pada fase ini, keadaan ini disebut fase menstruasi, dimana lapisan endometrium berkurang sehingga hanya menyisakan lapisan basal (Sugiyanto, 1996:20-21). D. Hemoglobin

1. Pengertian

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Supariasa, et al., 2001: 145). Gambar dibawah menunjukkan satu dari empat rantai heme yang berikatan bersama-sama membentuk molekul hemoglobin (Guyton and Hall, 1997).

Dokumen terkait