• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan dan Saran

Dalam dokumen Model Pengembangan Profesi Guru (1) (Halaman 36-39)

Studi dengan Adam menunjukkan upaya seorang peneliti yang bermaksud membawa suatu perubahan atau menawarkan suatu inovasi, dalam hal ini memanfaatkan teknologi internet yang telah tersedia di dalam kelas Adam. Adam tidak diminta untuk mengikuti pelatihan khusus di luar kelas, sebagaimana yang umum terjadi pada penataran-penataran. Ini berarti Adam masih tetap bisa bersama dengan siswanya. Peneliti pun dalam menawarkan ide, didasarkan pada kebutuhan lapangan saat itu atau situasi dan kondisi nyata yang dihadapi guru. Dengan pelaksaan di dalam kelas, maka peneliti mempunyai kesempatan mengamati kebutuhan belajar siswa atau permasalahan belajar yang dihadapi oleh siswa. Peran peneliti yang sifatnya lebih banyak membantu atau menempatkan diri sebagai bagian dari kelas itu (partisipant observer), memberi manfaat bagi peneliti, yaitu kesempatan mencermati permasalahan dari dalam system yang sedang diselidiki. Fase 1 hanyalah sebagian kecil dari fase yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, dan melalui fase ini dapat dilihat efek langsung dari strategi yang digunakan peneliti untuk membawa Ada tertarik atau terpancing menggunakan Internet.

Pentingnya penelitian menggunakan model otentik ini dapat ditinjau sekurang-kurangnya dari empat aspek, yaitu: kebijakan pemerintah yang menuntut terciptanya guru profesional, peningkatan hasil belajar siswa, pengembangan institusi tempat tim peneliti bertugas, dan implikasi teoretik untuk pengembangan profesi guru dalam konteks Indonesia.

37

Aspek Kebijakan Pengembangan profesi guru yang lebih otentik mendukung terciptanya guru yang profesional. Ciri berkelanjutan dan kolaboratif dari program ini akan memberi kesempatan yang luas bagi guru untuk memahami materi matematika dan aspek pengajarannya secara lebih mendalam. Guru mempunyai kesempatan menerapkan konsep pengajaran yang telah dipelajarinya, mendapatkan umpan balik, dan melakukan refleksi atas pengajarannya. Dengan demikian, program ini akan memberi kesempatan perolehan pengetahuan, keterampilan, dan rasa percaya diri pada guru lain (sebagai contoh, Abdal-Haqq, 1996; Franke, Carpenter, Levi, & Fennema, 2001; Newell, Wilsman, Langenfeld, & McIntosh, 2002; Wiske, Sick, & Wirsig, 2001). Program ini dapat sekaligus membantu guru dalam membangun portofolio mereka karena guru dapat difasilitasi merancang pembelajaran, belajar meneliti di kelasnya, dan membuat karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan di forum ilmiah atau dipublikasikan di media ilmiah.

Jika penelitian ini dapat mengungkapkan faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan profesi guru, maka hasil penelitian ini dapat memberi informasi pada pembuatan kebijakan tentang hal-hal yang diperlukan dalam pengembangan profesi guru.

Aspek pengembangan institusi Aspek penting yang kedua adalah untuk pengembangan institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi yang mempunyai tanggung jawab mempersiapkan guru profesional. Dengan pendekatan ethnography yang mensyaratkan penelitian ini dilakukan di sekolah dan dalam situasi “apa adanya”, akan memberi kesempatan yang luas pada peneliti untuk membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang persekolahan, karakteristik terkini dari siswa, dinamika pembelajaran di kelas, tantangan pembelajaran yang ada di lapangan, dan lain-lain. Hal ini akan membantu memberikan gambaran yang lebih valid tentang apa yang perlu dibekali pada mahasiswa agar mampu menjadi guru yang profesional.

Aspek hasil belajar siswa Program pengembangan profesi guru secara otentik diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan hasil belajar siswa dengan alasan sebagai berikut. Pertama, dengan ethnography yang mensyaratkan penelitian ini dilaksanakan di sekolah dalam waktu yang relatif lama dan tanpa menganggu jadwal pelajaran siswa, maka guru dapat tetap mengajar di sekolah. Kedua, dengan sifat kolaboratif antara guru dan peneliti (guru bukan pihak yang dinilai dan dosen/peneliti

38

bukan penilai), kedua pihak akan menfokuskan pada bagaimana meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran siswa. Kehadiran peneliti untuk membantu menganalisis kesulitan siswa, merancang tugas pembelajaran untuk melibatkan siswa berfikir matematika, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketiga, Bila penelitian yang menerapkan model otentik ini dapat dilaksanakan intuk menganalisis tipe soal yang biasanya muncul dalam UNAS, untuk selanjutnya merancang pembelajaran yang bermakna untuk memahami soal tersebut. Dengan demikian penelitian ini diharapkan memberi fondasi pemahaman yang akan membantu siswa menghadapi ujian nasional.

Aspek teoretis Aspek terakhir adalah implikasi teoretis. Kenyataan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya peningkatan kualitas para guru dengan menyiapkan banyak bentuk pelatihan. Demikian juga masyarakat dari berbagai institusi tampaknya menggalakkan berbagai seminar dan workshop bagi guru-guru. Namun demikian, penelitian yang mengungkapkan apa dan bagaimana para guru belajar dari kegiatan tersebut masih sulit ditemukan. Demikian juga terbatasnya penelitian yang menyelidiki tentang dampak berbagai pelatihan terhadap perubahan pengajaran guru di kelas dan dampak terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pendekatan ethnography diharapkan akan mengungkapkan hal-hal tersebut. Penelitian dengan model otentik ini diharapkan akan menemukan faktor-faktor personal dan kontekstual yang mendukung dan menghambat guru dalam pengembangan profesinya. Dengan demikian implikasi teoretis pun dapat dikembangkan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika seseorang dalam posisi akan membawa pembaharuan di kelas, akan bermaksud memperbaiki pengajaran di kelas maka mereka tidak cukup hanya mendiseminasikan melalui seminar atau

mensimulasikannya, tetapi mereka perlu terlibat langsung di kelas. Ketika mengalami langsung di kelas, maka diperlukan suatu pendekatan yang powerful dan di sinilah kerangka teori yang ditawarkan ini dapat bermanfaat.

Dengan kata lain, jika kita bermaksud memberi dukungan pada guru, maka tentunya kita harus mengenali situasi ril guru, memahami pengetahuan guru tentang matematika dan keyakinan guru tentang pengajaran matematika itu sendiri. Karena tanpa itu, tidak sedikit bukti dan pengakuan para trainer bahwa guru sulit berubah. Kita memerlukan informasi yang lebih valid tentang faktor apa yang mendukung dan

39

uang, energi dan waktu yang sia-sia tanpa ada hasil yang jelas. Dan pemahaman yang mendalam tentang situasi ril sehubungan dengan tugas mengajar guru dapat dipahami secara lebih baik melalui penerapam model pengembangan profesi guru secara otentik.

Dari sajian di atas, dapat dilihat bahwa proses yang terjadi tidak linier atau relatif kompleks. Namun demikian, pelaksanaan yang demikian diharapkan mempunyai dampak positif yang cukup signifikan. Andaikan pun kita tidak berhasil dapat membawa perubahan, maka setidaknya kita mendapatkan wawasan mengapa perubahan itu sulit terlaksana, dan hal ini akan membawa kita pada langkah yang lebih maju dalam mengatasi permasalahan pengajaran di kelas.

Cuplikan dari contoh kasus dalam studi ini memberi perpektif lain dalam menginvestigasi pengembangan profesi guru. Ini dicirikan dengan jelas oleh sifatnya yang natural, tidak linier dan interaktif. Meskipun sifat kasus yang diberikan bersifat individual, tetapi hal ini dapat ditransformasi ke kelompok guru yang lebih besar. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut yang menerapkan model ini baik pada berbagai tipe guru, berbagai konteks sekolah yang berbeda diperlukan. Dengan upaya ini, maka pembaharuan yang dicita-citakan dapat terjadi di kelas, atau jika tercapai, faktor-faktor penyebabnya dapat diselidiki secara lebih cermat.

Dalam dokumen Model Pengembangan Profesi Guru (1) (Halaman 36-39)

Dokumen terkait