SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan faktor risiko kejadian DSS pada penderita DBD yang dirawat inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar tahun 2013-2014 seperti yang diuraikan dibawah ini.
1. Faktor yang secara independen meningkatkan risiko kejadian DSS pada penderita DBD adalah umur <15 tahun dengan OR sebesar 2,5; riwayat infeksi DBD sebelumnya diperoleh OR sebesar 11,6; lama demam sebelum MRS ≥4 hari dengan OR sebesar 5,5; trombosit MRS <50/cm3 dengan OR sebesar 5,2; hematokrit MRS ≥42% dengan OR sebesar 2,8; dan perawatan kelas III dengan OR sebesar 2,9.
2. Variabel yang tidak bermakna meningkatkan risiko kejadian DSS pada penderita DBD adalah jenis kelamin.
7.2 Saran
1. Meningkatkan kewaspadaan dini pada orang tua bahwa karakteristik gejala penyakit DBD pada umur <15 tahun perlu difahami dan apabila demam yang tidak jelas agar dilakukan pemeriksaan secara cepat dan tepat sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya DSS.
2. Tingkatkan kewaspadaan jika ada pederita yang pernah terinfeksi DBD sebelumnya untuk mencegah syok atau keparahannya karena berdasarkan
hasil analisis didapatkan hubungan pengaruh yang kuat antara riwayat pernah infeksi DBD dengan kejadian DSS.
3. Segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan apabila ada masyarakat menderita panas dengan penyebab yang tidak jelas karena lama demam sebelum MRS, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian DSS. 4. Kepada praktisi swasta (dokter atau bidan yang praktik mandiri), apabila
didapatkan pasien dengan menderita demam yang tidak jelas agar merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui nilai hematokrit dan juga trombosit darah.
5. Nilai hematokrit ≥42% dan kadar trombosit <50/cm3 pada saat penderita DBD masuk rumah sakit harus diwaspadai untuk mengarah terjadinya syok karena merupakan indikasi telah terjadi perdarahan spontan yang mempercepat kejadian syok akibat kebocoran plasma yang lebih berat. 6. Menyediakan sarana untuk pemeriksaan hematokrit dan trombosit pada
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat dasar (puskesmas) agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat golongan ekonomi lemah untuk mencegah keterlambatan diagnosa.
7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap status riwayat infeksi DBD berdasarkan hasil serelogi, tipe virus dengue di masyarakat, dan faktor genetik karena bisa berkaitan dengan keparahan penyakit DBD tersebut. Penelitian lebih lanjut perlu juga untuk mengetahui peyebab keterlambatan berobat ke rumah sakit dari segi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.
Anders, K. L., Nguyet, N. M., Chau, N. V. V., Hung, N. T., Thuy, T. T., Lien, L. B., … Simmons, C. P. (2011). Epidemiological Factors Associated With
Dengue Shock Syndrome And Mortality In Hospitalized Dengue Patients In Ho Chi Minh City, Vietnam. The American Journal of Tropical Medicine and
Hygiene, 84(1), 127–34. doi:10.4269/ajtmh.2011.10-0476
Anny Eka Pratiwi. (2012). Minat Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi
Peserta Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara Studi Di Kabupaten Karangasem Dan Kabupaten Badung.
Arhana, B. N. P. (2006). Rasio IgM/IgG Fase Akut Untuk Menentukan Infeksi
Dengue Sekunder. Sari Pediatri, 8.
Beaumier, C. M., Mathew, A., Bashyam, H. S., & Rothman, A. L. (2008).
Cross-Reactive Memory Cd8(+) T Cells Alter The Immune Response To Heterologous Secondary Dengue Virus Infections In Mice In A Sequence-Specific Manner. The Journal of Infectious Diseases, 197(4), 608–17.
doi:10.1086/526790
Capeding, M. R., Chua, M. N., Hadinegoro, S. R., Hussain, I. I. H. M., Nallusamy, R., Pitisuttithum, P., … Wartel, T. A. (2013). Dengue and Other
Common Causes of Acute Febrile Illness in Asia: An Active Surveillance Study in Children. PLoS Neglected Tropical Diseases, 7(7).
doi:10.1371/journal.pntd.0002331
Crisp, J., Pearson, A., White, J., & Nightingale, F. (2012). Fundamentals of
Nursing Nursing today The history of modern nursing.
Dinkes Kota Denpasar. (2014). Laporan Program P2 DBD. Denpasar.
Dr. Primal Sudjana, S. (2010). Diagnosis Dini Penderita Demam Berdarah
Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, Kemenkes RI, 2, 23.
Elmy. (2009). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Sindrom Syok Dengue. 11(4), 238– 243.
Fahlafi, R. (1994). Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Pasien Rawat Inap
Dengan Pemilihan Kelas Perawatan di Rsud Tangerang.
Guha-Sapir, D., & Schimmer, B. (2005). Dengue fever: new paradigms for a
changing epidemiology. Emerging Themes in Epidemiology, 2(1), 1.
doi:10.1186/1742-7622-2-1
Hadinegoro, S. R. S. (2013). Clinical Aspect of Dengue in Pediatric Case, (November), 29–30.
Harisnal. (2012). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Dengue Shock Syndrome Pada
Pasien Demam Berdarah Dengue di Rsud Ulin Dan Rsud Ansari Saleh.
Indonesia, D. K. R. (2003). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam
Dengue dan Demam Berdarah Dengue.
Karolina Tallo, B N P Arhana, D. L., & Utama. (2013). Kejadian Perdarahan
masif pada pasien DSS dihubungkan dengan jumlah leukosit, trombosit, dan kadar hematokrit. I(2), 64–73.
Mayetti. (2010). Hubungan Gambaran Klinis dan Lab sebagai Faktor Risiko
DBD. 11(5), 367–373.
Moraes, G. H., Duarte, E. D. F., & Duarte, E. C. (2013). Determinants of
mortality from severe dengue in Brazil: A population-based case-control study. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 88(4), 670–676.
doi:10.4269/ajtmh.11-0774
Raihan, Hadinegoro, S. R. S., & Tumbelaka, A. R. (2010). Faktor Prognosis
Terjadinya Syok pada Demam Berdarah Dengue, 12(1), 47–52.
RI, K. (2010a). Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1968-2009. Volume 2 , Agustus 2010.
RI, K. (2010b). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009. RI, K. (2013). Pedoman Pengendaliann DBD di Indonesia. RI, K. K. (2011). Modul pengendalian demam berdarah dengue.
Setiawati, S. (2011). Analisis Faktor-faktor Risiko Terjadinya Dengue Syok
Sindrom pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue di RSUP Persahabatan dan RSUD Budhi Asih.
Sharma SK, G. A. (2003). Dengue Hemorrhagic Fever and Dengue Shock
Dengue Syok Syndrome pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue.
Universitas Dian Nuswantoro Semarang . 2013, 0–1.
Sudigdo Sastroasmoro. (2002). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis (Edisi 5.). Jakarta: Sagung Seto.
Tee, H. P., How, S. H., Jamalludin, A. R., Safhan, M. N. F., Sapian, M. M., Kuan, Y. C., & Sapari, S. (2009). Risk Factors Associated with Development of
Dengue Haemorrhagic Fever or Dengue Shock Syndrome in Adults in Hospital Tengku Ampuan Afzan Kuantan. 64(4), 316–320.
U.S. Department of Health. (2009). Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever
Information for Health Care Practitioners. 1–4.
WHO. (2009). Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention And
Control.
WHO. (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemorrhagic Fever (revised an.).
Widajanti, E., Garna, H., Chairulfatah, A., & Hudaya, D. (2003). Paediatrica
Indonesiana. Paediatrica Indonesiana, 49(6), 158–161.
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &