BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Simpulan
Atlet disabilitas cenderung memiliki makna hidup dengan tipe existentially
indifferent, yaitu penghayatan kebermaknaan (meaningfulness) dan
penghayatan ketidak-bermaknaan (crisis of meaning) dalam hidupnya sama-sama tergolong rendah, dan juga tipe makna hidup conflicting dengan meaningfulness dan crisis of meaning yang sama-sama tergolong tinggi. Hal ini berarti mayoritas atlet disabilitas belum mampu menangkap nilai-nilai kebermaknaan dari pengalaman hidup mereka ataupun belum secara global mengevaluasi pengalaman hidupnya lebih konsisten ke arah positif bermakna.
Sumber-sumber makna hidup yang signifikan tinggi atau lebih banyak menjadi orientasi yang mendasari tindakan atlet disabilitas adalah social
commitment, freedom, self-knowledge, dan development. Sementara
sumber-sumber makna hidup yang signifikan rendah atau cenderung kurang menjadi orientasi yang mendasari tindakan atlet disabilitas adalah
explicit religiosity, generativity, creativity, knowledge, dan fun.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup atlet disabilitas di NPCI kota Bandung adalah faktor usia dan status pendidikan. Selain itu, faktor lain yang turut terkait terhadap kebermaknaan adalah
lamanya menyandang cacat dan lamanya menjadi atlet di NPCI kota Bandung.
5.2.Saran
5.2.1. Saran Teoretis
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bila ingin melakukan penelitian mengenai makna hidup pada populasi atlet penyandang disabilitas.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan perhitungan tabulasi silang antara dimensi makna hidup dengan sumber-sumber makna hidup untuk melihat asosiasi antar level-level hirarki pembentukan makna.
Penelitian selanjutnya juga disarankan memilih sampel dengan karakteristik yang lebih homogen, seperti memilih salah satu jenis disabilitas atau membatasi tingkat pendidikan dan usia dari atlet disabilitas yang menjadi sampel.
5.2.2. Saran Praktis
Bagi atlet disabilitas, diharapkan untuk mencoba merefleksikan nilai-nilai intrinsik yang selama ini membuatnya tetap bertahan dan berkomitmen sebagai atlet. Meskipun pengalaman sebagai atlet dan berprestasi di olahraga dapat bermakna positif bagi individu, bila
atlet disabilitas hanya melihat nilai-nilai ekstrinsiknya, hanya
menganggap pengalaman tersebut sebagai “pengisi waktu luang” atau “batu loncatan” maka kebermaknaan dari pengalaman tersebut
juga akan lebih minimal.
Atlet disabilitas dianjurkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan produktif lainnya di luar keaktifannya di bidang olahraga, seperti kegiatan keterampilan tangan, komunitas-komunitas agama, menjalin hubungan dengan sesama, yang juga merupakan cara untuk menambah pengalaman-pengalaman positif kebermaknaan. Bagi pihak pengurus NPCI, disarankan untuk lebih sering
melibatkan atlet-atlet di luar ajang pertandingan. Atlet disabilitas juga dapat diikut-sertakan dalam aktivitas seperti saat persiapan- persiapan kegiatan di NPCI, memberikan sharing pengalaman di dunia olahraga pada siswa-siswa disabilitas, membaca buku-buku terkait pengembangan diri ataupun terkait pengetahuan di cabang olahraga yang diikutinya, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan kebermaknaan atlet dalam kelompok besar NPCI. Bagi keluarga, tetangga, ataupun teman dari atlet disabilitas,
disarankan untuk menunjukkan penerimaan dan memberikan dukungan pada atlet disabilitas. Penerimaan dan dukungan dapat membuat atlet disabilitas lebih merasa bahwa keberadaannya juga berarti bagi orang lain, bahwa hidup mereka bermakna bagi orang- orang yang peduli pada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan
Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
DePauw, Karen P. dan Susan J. Gavron. 2005. Disability Sport, 2nd ed. US: Human Kinetics.
Kirk, Samuel dkk. 2008. Educating Exceptional Children, 12th ed. New York: Houghton Mifflin Harcourt.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Hallahan, Dan P. Dan James M. Kauffman. 2005. Exceptional Learners: Introduction to Special Education, 10th ed. USA: Pearson Education, Inc. Koeswara. 1992. Logoterapi: Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius. Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:
LPSP3
Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Schnell, Tatjana. 2009. The Sources of meaning and Meaning in Life Questionnaire (SoMe): Relations to demographics and well-being. The
Journal of Positive Psychology, vol.4, No. 6, November 2009, 483-499.
---. 2010. Existential Indifference: Another Quality of Meaning in Life.
Journal of Humanistic Psychology, 50(3) 351-373.
---. 2011. Individual differences in meaning-making: Considering the variety of sources of meaning, their density and diversity. Personality and Individual
Differences, 51 (2011) 667-673.
---. 2014. Meaning in Life Operationalized: An Empirical Approach to Existential Psychology. Conception of Meaning. Chapter 8, 2014, 173-191. Schnell, Tatjana dan Matthias Hoof. 2012. Meaningful commitment: Finding
meaning in volunteer work. Journal of Beliefs & Values, Vol.33, No.1, 35-53. Schnell, Tatjana dan Peter Becker. 2006. Personality and Meaning in Life.
Schnell, Tatjana dan William J. F. Keenan. 2011. Meaning-Making in an Atheist World. Psychology of Religion, 33 (2011) 55-78.
Snyder, C. R. dan Shane J. Lopez. 2002. Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press.
Thomas, Nigel dan Andy Smith. 2009. Disability, Sport and Society: An introduction. New York : Routledge
DAFTAR RUJUKAN
BBC News UK. 2012. Penggolongan Cabang Olahraga Paralimpiade 2012. BBC
News, (Online). (http://www.bbc.co.uk/indonesia/olahraga, diakses 22
Oktober 2014).
Carter, Sheena L. 2014. Impairment, Disability and Handicap. (Online). (http://www.pediatrics.emory.edu, diakses 8 Oktober 2014).
Hafiar, Hanny. 2013. Cacat dan Prestasi Melalui Pengalaman Komunikasi Atlet Penyandang Cacat: Studi Fenomenologi Mengenai Konstruksi Makna Kecacatan dan Status sebagai Atlet Berprestasi melalui Pengalaman Komunikasi Atlet Penyandang Cacat di Bandung. Disertasi. Bandung: Universitas Padjajaran.
Kuwado, Fabian Januarius dan Heru Margianto (Ed). 3 Desember 2011. Jangan
Lagi Disebut ‘Penyandang Cacat’. Kompas, (Online).
(http://edukasi.kompas.com , diakses 8 Oktober 2014).
Lewis, Marshall H. 2011. An Overview of Viktor Frankl’s Logotherapy and
Existential Analysis. Defiant Power for Life. (www.defiantpower.com, diakses 12 Maret 2014).
Bryant, Lisa. 2011. Laporan WHO dan Bank Dunia Ungkap Hambatan bagi Penyandang Cacat. (Online). (http://www.voaindonesia.com, diakses 15 April 2015).
Nurali, Imran Agus. 2011. Olahraga bagi Penyandang Cacat: Sumbangsih bagi Peningkatan Derajat Kesehatan Nasional. (http://www.gizikia.depkes.go.id , diakses 8 Oktober 2014).
Nurjuanna. 2008. Studi Kasus Mengenai Makna Hidup Lansia yang Tidak Tinggal
Bersama Anaknya di Kelurahan Cicendo Bandung. Skripsi. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Trisnadi, Wiwied. 2015. Hak yang Sama Bagi Penyandang Disabilitas. (Online). (http://goodhousekeeping.co.id, diakses 15 April 2015).
Zenilova, Felicia Reilyn. 2009. Studi Kasus Mengenai Makna Hidup pada Penghuni Panti Wredha ‘Senjarawi’ di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.