• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran, kemampuan awal matematika, kemampuan komunikasi matematis, disposisi matematis dan hasil belajar matematika siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Indikator kemampuan komunikasi matematis yang paling tinggi peningkatannya pada pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah aspek menjelaskan prosedur sebesar 0,740 (indeks gain tinggi). Pada kelas pembelajaran biasa indikator komunikasi matematis yang paling tinggi peningkatannya adalah pada aspek membuat model sebesar 0,624 (indeks gain sedang).

2. Peningkatan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran (pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran biasa) dan kemampuan

190

awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan karena kemampuan awal matematika siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan disposisi matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran (pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran biasa) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan disposisi matematis. Perbedaan peningkatan disposisi matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan karena kemampuan awal matematika siswa.

5. Terdapat hubungan positif antara kemampuan komunikasi matematis siswa dengan hasil belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kemampuan komunikasi matematis dengan hasil belajar matematika siswa. Artinya semakin baik kemampuan komunikasi matematis siswa maka akan menunjukkan semakin baik pula hasil belajar matematika siswa tersebut.

6. Terdapat hubungan positif antara disposisi matematis siswa dengan hasil belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara disposisi matematis dengan hasil belajar matematika siswa.

191

Artinya semakin baik disposisi matematis siswa maka akan menunjukkan semakin baik pula hasil belajar matematika siswa tersebut.

7. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran kooperatif tipe TGT memenuhi kriteria rapi, langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar dibanding dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat ditemukan dari hasil kerja siswa baik yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun pembelajaran biasa. Kategori proses penyelesaian untuk kemampuan komunikasi matematis hampir semua siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe TGT memenuhi kategori rapi, langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar, sedangkan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ada yang memenuhi kriteria rapi, langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar, tapi masih banyak juga siswa yang menyelesaikan soal dengan tidak berurutan, dan ada yang tidak berurutan tetapi hasilnya benar.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, adapun implikasinya adalah terhadap pemilihan model pembelajaran oleh guru matematika. Guru matematika di sekolah menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang menghadirkan masalah kontekstual, mampu mengubah siswa menjadi lebih aktif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

192

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Karakteristik pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dilakukan mengacu pada keaktifan siswa dan siswa saling bertukar pendapat pada kegiatan kelompok belajar dan dengan diadakannya turnamen akademik, maka setiap siswa dalam kelompok belajar saling berlomba untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dengan demikian, hasil penelitian ini sangat sesuai untuk digunakan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Oleh karena itu kepada guru matematika di Sekolah Menengah Pertama diharapkan memiliki pengetahuan teoritis maupun ketrampikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TGT ini belum banyak dipahami oleh sebagian besar guru matematika terutama para guru senior, oleh karena itu kepada para pengambil kebijakan dapat mengadakan pelatihan maupun pendidikan kepada para guru matematika yang belum memahami model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah diskusi dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu sarana bagi siswa untuk peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang mampu menumbuhkembangkan suasana kelas menjadi lebih dinamis, interaktif dan menimbulkan rasa senang dalam belajar matematika.

193

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Rekomendasi tersebut sebagai berikut:

1. Untuk Guru

a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diperluas penggunaannya, tidak hanya pada materi Pyhtagoras tetapi juga pada materi-materi pelajaran matematika lainnya. Dalam setiap pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya dan kreatif.

b. Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT guru harus berperan sebagai pendamping, memupuk tanggung jawab, melakukan pemantauan, memfasilitasi diskusi kelompok dan mengawasi jalannya turnamen. Dan membangun suasana diskusi dan tanya jawab dalam kelas, suasana kelas yang demikian dapat membantu membiasakan siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kelas serta dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk memberikan pendapatnya. Dengan demikian selain dapat

194

melibatkan siswa dalam proses berpikir, pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa.

c. Karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memerlukan waktu yang relatif banyak, maka dalam pelaksanaanya guru diharapkan dapat mengefektifkan waktu dengan sebaik-baiknya

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menekankan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa.

b. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa pada pokok bahasan Pythagoras sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain. 3. Kepada peneliti Lanjutan

a. Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu Pythagoras SMP/MTs kelas VIII dan terbatas pada kemampuan komunikasi matematis siswa, oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan

195

penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang lain yaitu kemampuan pemahaman, penalaran, koneksi, dan representasi matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat sekolah yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.

196

Daftar Pustaka

Amir, M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidik Memberdayakan pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Arends, Richard I. 2008. “Learning to Teach”. New York: McGraw Hill Companies.

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Ansari, B.I. 2004. Kontribusi Aspek Talking dan Writing dalam Pembelajaran untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era Industri dan Informasi, 15 Mei 2004, Bandung.

Arikunto, S. 2009, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Aryan, B. 2007. Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika. (online) Tersedia

Asikin, M. 2001. Komunikasi Matematika dalam RME. Makalah. Yogyakarta: Seminar Nasional RME di Universitas Sanata Dharma.

Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning and Communicating, K-8 (Helping Children Think Mathematically), New York Mac Millan : Publishing Company

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002a. Kurikulum dan Hasil Belajar Rumpun Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi,

Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Fakhruddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pendekatan Kooperatif. Tesis. Medan: UNIMED

Hulukati, E.P. 1997. Kemampuan Penalaran Siswa tentang Konsep Listrik Statik. Tesis. Bandung: IKIP.

197

Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Bandung: Disertasi PPs UPI. Tidak diterbitkan.

Kusumawati. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: UPI

Kusmaydi. 2010. Pembelajaran Matematika Realistic Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Tesis. Bandung: Upi

Lie, A. 2008. Cooperative Learning, PT. Gramedia, Jakarta

Muheb, S. 2004. Model-model Pembelajaran Bidang Sains Pendidikan dan Pelatihan Guru-guru SMA Aceh. Banda Aceh: UNJ

Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis. Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta, 17 April 2010

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nurhadi, dkk. 2004. Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang: UM Press.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1998. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia: http://www.nctm.org/focalpoints. [3 September 2011].

---. 2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. NCTM. (nctm@nctm.org di akses Desember 2011)

---. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Resto, VA: NCTM

---. 2000. Principles and Standarts for Mathematics, Reaston , VA: NCTM

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2003. Program for Initial Preperation of Mathematics Specialists.

Tersedia:http://www.ncate.org/ProgramStandars/NCTM/NCTMELEMSt andars.pdf. [28 April 20011].

198

PISA. 2009. Firs Result. [Online] Tersedia:

http://www.minedu./export/site/default/OPM/Koulutus/artikelit/pisatutki mus/PISA2009/liitteet/PISA2009en.pdf [5Februari2011]

Ruseffendi, E.T. 1991a. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenasi dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-eksakta Lainnya. IKIP Semarang Press: Semarang.

--- .1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung:Tarsito

---. 1998. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non Eksakta Lainnya,IKIP Semarang.

Rustaman, N. 1990. Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Setiawan. 2011. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kontrol Lokus terhadap Kemampuan Penalaran Matematika SMP. Tesis pada FMIPA Unimed Medan. Tidak dipublikasikan.

Sudjana, N,. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumarmo, U. (2003). “Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika”. Makalah pada Pelatihan Nasional TOT Guru Matematika dan Bahasa Indonesia SLTP. Bandung: tidak diterbitkan

Sumarmo, U. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel Jurnal. Bandung : UPI.

Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

199

Suparno, P., 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak diterbitkan

Slavin, R.E. 1995, Cooperative Learning: Theory, Research and Practise, Boston Ally and Bacon

Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Suherman, E, et. Al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

TIMMS. 2007. http://infopendidikankita.blogspot.com). Diakses pada tanggal 5 Februari 2011.

Ulya, N. 2007. Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa SMP/MTs Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT). Tesis. Bandung: UPI.

Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia

Yuanari, N. 2011. Penerapan Strategi TTW (think-talk-write) sebagai upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 5 Wates Kulonprogo. Skripsi. Yokyakarta : UNY

Dokumen terkait