III METODE PENELITIAN
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Mengacu pada hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1 Keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi model siklus belajar hipotesis-deduktif lebih tinggi daripada model siklus belajar empiris-induktif dengan hasil (Fhitung= 4.18 > Ftabel = 4.11) pada α = 0,05 dan db = 36.
2 Keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi model siklus belajar hipotesis-deduktif lebih tinggi daripada model siklus belajar empiris-induktif pada kelompok penalaran formal tinggi dengan hasil ( thitung = 2.91 > ttabel =
2.10 ) pada α = 0,05, df = 18
3 Keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi model siklus belajar hipotesis-deduktif lebih rendah daripada model siklus belajar empiris- induktif pada kelompok penalaran formal rendah dengan hasil ( thitung = –
4 Ada interaksi antara model siklus belajar dengan penalaran formal terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dengan hasil ( Fhitung= 7.24 > Ftabel= 4.11)
pada α = 0,05 dan db = 3
5.2 Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini memberi- kan implikasi sebagai berikut :
1. Implikasi secara teoritis :
Secara teoritis penelitian ini berkaitan dengan kawasan Teknologi Pendidikan terutama dengan desain dan pengelolaan pembelajaran. Desain dan pengelolaan pembelajaran meliputi : (a) pengaturan desain awal pembelajaran, (c) orientasi pembelajaran, (d) penyesuaian materi pembelajaran.
a. Pengaturan desain awal pembelajaran
Desain dalam pembelajaran mesti diatur dengan struktur yang dapat mendukung pelaksanaan model siklus belajar hipotesis-deduktif. Dalam mendesain pem- belajaran fisika, supaya model siklus belajar dapat terlaksana, maka hal yang perlu dilakukan antara lain: menentukan metode-metode yang tepat untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode-metode itu antara lain : mentode eksprimen, diskusi dan presentasi. Untuk dapat terlaksanya metode tersebut dengan baik, kemudian dipersiapkan sarana-prasarana yang diperlukan seperti alat-alat praktikum, lembar kegiatan siswa dan sarana lain yang mendukungnya. Selain itu,
perlu dilakukan tes penalaran formal, kemudian dilakukan inventarisasi penalaran formal sehingga kondisi penalaran setiap siswa dapat diketahui untuk memudahkan pembimbingan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan mengingat di dalam pelajaran fisika terkandung konsep-konsep yang abstrak sehingga membutuhkan penalaran formal tinggi. Dengan desain pembelajaran yang baik, diharapkan proses pembelajaran berjalan secara efktif dan efisien, sehingga peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa meningkat maksimal.
b. Orientasi pembelajaran
Pembelajaran fisika dengan model siklus belajar hipotesis-deduktif tidak berorientasi pada produk tetapi berorientasi pada proses. Pembelajaran bukan proses pembebanan kepada siswa dalam merefleksikan apa yang dikerjakan atau diinformasikan guru. Hal yang paling penting adalah penekanan pembelajaran pada kemampuan siswa untuk mengembangkan keterampilan menganalisis, mensistesis, menemukan dan memecahkan masalah, mengevaluasi sampai mengambil keputusan. Dengan demikian orientasi pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre) melalui pembelajaran bermakna dan kontekstual.
c. Penyesuaian materi pembelajaran
Materi pembelajaran mesti disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat dipraktekkan secara sederhana seperti
mekanika, gelombang, optik, rangkaian listrik akan sangat baik jika diajarkan dengan model siklus belajar dan model-model konstruktivisme lainnya seperti:, model pemecahan masalah, model sains-teknologi-masyarakat, dan model pembelajaran kontekstual. Karena dengan model konstruktivis siswa akan langsung dapat terlibat pada pembelajaran sehingga siswa akan memperoleh makna dari pembelajaran yang dialaminya. Dengan diperolehnya makna dari suatu kegiatan maka, internalisasi nilai-nilai yang dipelajarinya akan terpateri di dalam sanubari siswa. Jika hal ini terjadi maka pembelajaran akan menjadi efektif, efisien dan menyenangkan.
2. Implikasi secara praktis
Implikasi secara praktis berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal ini meliputi implikasi terhadap peran guru, implikasi terhadap musyawarah guru mata pelajaran fisika dan implikasi terhadap lembaga pendidikan tenaga kependidikan
a. Implikasi terhadap peran guru
Upaya menerapkan model siklus belajar dalam pembelajaran fisika menuntut perubahan peran guru khususnya dalam: (a) cara pandang terhadap siswa, (b) manajemen kelas.
1) Cara pandang terhadap siswa.
Model siklus belajar sangat memperhatikan jaringan ide-ide yang ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan bukanlah gambaran dari suatu realita. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan mental seseorang. Transformasi pengetahuan dalam model siklus belajar merupakan pergeseran peran siswa sebagai penerima informasi pasif menjadi pengkonstruksi aktif dalam pembelajaran. Siswa dipandang sebagai subyek yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Implikasi model siklus belajar dalam pembelajaran adalah kegiatan aktif siswa dalam usaha membangun sendiri pengetahuannya. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahui, dengan apa yang di perlukan dalam pengalaman yang baru.
2) Manajemen kelas
Dalam upaya menumbuhkembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran guru hendaknya mengambil posisi sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan
argumentasinya sehingga proses negosiasi makna dapat dilaksanakan. Melalui negosiasi makna, siswa akan terhindar dari cara belajar menghafal (root learning). Siswa akan merasa lebih mudah untuk diajak berpikir kritis yang sangat diperlukan dalam persaingan global.
b. Implikasi terhadap Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika
Agar proses pembelajaran dapat membuahkan hasil yang maksimal, maka guru- guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) agar mengidentifikasi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis seperti apa yang akan dikembangkan pada siswa sehingga nantinya siswa akan mampu bersaing secara global. Hasil identifikasi ini hendaknya dijadikan bahan diskusi guna menentukan strategi pembelajaran yang tepat dalam peningkatan keterampilan berpikir kritis. Selain itu guru-guru perlu melakukan berbagai pelatihan berupa micro teaching menggunakan model siklus belajar. Menyusun instrumen
keterampilan berpikir kritis, menerapkan dan mengidentifikasi siswa yang berada pada kelompok penalaran formal tinggi dan rendah. Dengan dilakukannya kegiatan-kegiatan seperti ini maka, pembelajaran fisika dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dapat terwujud.
c. Implikasi terhadap Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Model siklus belajar sebaiknya dikembangkan dan dipraktikkan tuntas di Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan sehingga mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik di sekolah, pada saat terjun
langsung dapat mempraktikkannya. Dengan demikian calon pendidik fisika akan lebih awal memahami model siklus belajar dan model konstruktivisme lainnya.
5.3 Saran
Supaya implikasi secara teoritis dan praktis dapat terlaksana dengan baik maka disarankan sebagai berikut:
1. Para guru fisika disarankan untuk menggunakan model siklus belajar dan model konstruktivis lainnya seperti: model pemecahan masalah, model sains- teknologi-masyarakat, dan model pembelajaran kontekstual, sebagai model belajar alternatif dalam pembelajaran fisika. Sebab model siklus belajar dan konstruktivis lainnya telah mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa. 2. Pembelajaran fisika sangat sarat dengan konsep-konsep yang membutuhkan
penalaran tinggi. Agar hasil belajar yang dicapai lebih optimal maka para guru fisika sebaiknya selalu melakukan tes dan identifikasi penalaran formal yang telah dimiliki siswa. Sehingga strategi peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat ditentukan dengan tepat. Telah terbukti bahwa kualitas keteram- pilan berpikir kritis yang dimiliki siswa sangat tergantung pada penalaran formal siswa.
3. Untuk kesempurnaan penelitian ini, disarankan kepada peneliti lain atau peneliti sendiri untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel moderator lain, seperti IQ, sikap, motivasi, gaya berpikir, pengetahuan verbal dan lain-lain.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta
Ates Salih. 2005. The Effects of Learning Cycle on College Students’ Understandings of Different Aspects in Resistive DC Circuits Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4, June 2005
Budiyono, 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Pres.
Brown, Patrick L. and Abell, Sandra K. 2007. Examining the Learning Cycle Science and Children Research and tips to support science education
Cottrell, Stella. 2005. Critical Thinking Skills Developing Effective Analysis and Argument.Palcrave Macmillan.New York,
Dasna, I W., dan Sutrisno. 2004. Pengembangan Bahan Ajar Model Learning Cycle Untuk Pengajaran Kimia di SMA. Makalah. disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V di Surabaya tanggal 5 – 9 Oktober 2004
Dasna, I.Wayan.2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Darmiasih, Pande Putu. 2011. Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar Ter-
hadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Jurnal Pendi- dikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, April 2011, hlm. 95‐105 DePorter, Bobbi. 2000. Quantun Teaching: Mempraktikkan quantum learning di
rung kelas. Bandung.Kaifa
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Penilaian Kelas. Jakarta
Duran, Robert. dkk., 2006. Critical Thinking Framework for Any Discipline. dalam International Journal of Teaching and Learning in Higher Education 2006,Vol. 17, Number 2, 160-166.
Dryden,Gordon dan Vos, Jannette. 2000. Revolusi Cara Belajar: Belajar akan
Facione, Peter A .2011, “Critical Thinking: What It is and Why it Counts”
Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Glencoe. 2010. Physics Test Prep: Studying for the End-of-Course Exam Physics: Principles and Problems
Hassoubah, Z. I. 2002. Develoving Creative & Critical Thinking Skills (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Herliani, Elly. 2010. Pengantar Mengolah Data Menggunakan Komputer. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Jenicek M. 2006. Uses of Philosophy in Medical Practice and Research. A
Physician’s Self-Paced Guide to Critical Thinking. American Medical
Association: 3-31
Jensen, Eric dan Nickelsen, eAnn. 2011. Deeper Learning 7 Strategi Luar Biasa untuk Pembelajaran yang Mendalam dan Tak Terlupakan.Jakarta.Indeks
Juha, Mervat Amin. 2010. Thinking Skills Critical Thinking- 2 Chapter. Zaid .IQ Jiang, Bo, 2008 "Formal reasoning and spatial ability: A step towards "science for
all"". Graduate School Theses and Dissertations. http://scholarcommons.usf.edu/etd/318
Suriasumantri. Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu.Sebuah Pengantar Populer. Jakarta . Pustaka Sinar Harapan.
Kartika,Hayu. 2012. Modul XIII Optimalisasi dan Verifikasi Desain. Jakarta. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana
Kerlinger. F.N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung R Simatupang. Foundation of Behavioral Research. 1964. Cetakan ke-11. New York : Holt Rinehart and Winston.
Lawson, A E . 2001. Using The Learning Cycle to teach biology concepts and reasoning patterns.Journal of Biologi Education
Lay Yoon Fah. 2009. Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia.Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia 2009, Vol. 32 No. 2, 161-187
Matondang, Zulkifli.2011. Pengujian Homogenitas Varians Data.
McConnell et al. 2003. Assessment and Active Learning. Journal of Geoscience Education, v. 51, n. 2, March, 2003, p. 205-216
Miarso,Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta. Kencana
Milford, Bill. 2010. The Critical Thinking Process
Musnir, Diana Nomida. 2010. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Di Indonesia. Bahan kuliah PPT MTP UNILA
Musnir, Diana Nomida. 2010. Pembelajaran Dan Strategi Pembelajaran Bahan kuliah PPT MTP UNILA
Musnir, Diana Nomida. 2010. Aliran Psikologi dalam Pembelajaran. Bahan kuliah PPT MTP UNILA
Nursalam, La Ode. 2008. Penerapan Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kendari pada Materi Pokok Listrik Dinamis. MIPMIPA, Vol.7, No. 2, Agustus 2008: 143-149
Noor, Jualiansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan karya Ilmiah. Jakarta. Kencana
Paul, R., & Elder, L. 2001. The miniature guide to critical thinking concepts & tools. Dillon Beach, CA: Foundation for Critical Thinking.
Paul, Richard W. & Elder, Linda 2002Critical Thinking Tools for Taking Charge of Your Professional and Personal Life
Paul, R., & Elder, L. 2003. The miniature guide to critical thinking concepts & tools. Dillon Beach, CA: Foundation for Critical Thinking
Papadimitriou, A. A Scenario-Based Learning of Electrical Circuits. Journal of Education and Practice Vol 3, No 7, 2012
Prawiradilaga, D. Salma. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran.Jakarta.Kencana.
Proulx, Gilbert. Integrating Scientific Method & Critical Thinking In Classroom
Debates On Environmental Issues The American Biology Teacher,
Potter, Mary Lane .2010. From Search to Research:Developing Critical Thinking Through Web Research Skills© 2010 Microsoft Corporation
Rahmat. 2012. Kurikulum Sekolah Rintisan Bertaraf Intenasional. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA
Rahmat. 2010. Pengukuran Ketrampilan Berpikir Kritis. (Online),
(http://gurupembaharu.com /home/?p=3462) diakses 18 Mei 2011.
Rapi, N K (2008).Implementasi Siklus Belajar Hipotesis-Deduktif Untuk Mening- katkan Sikap Ilmiah dan Keterampilan Proses IPA Di SMA 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 3 TH. XXXXI Juli 2008
Ruland, Judith P. 2003. Critical Thinking Standards University of Central Florida. Faculty Centre
Sadia I Wayan. 2007. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa`SMA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning” Dan
“Cycle Learning” Dalam Pembelajaran Fisika Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
Sadia I Wayan. 2008. Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UN- DIKSHA, No. 2 TH. XXXXI April 2008
Safari. 2005. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes dengan Manual, Kalkulator , computer. Jakarta. Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia Departemen Pendidikan Nasional
Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta Sanjaya,Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pen-
didikan. Jakarta. Kencana.
Santyasa, I W. Model-Model Pembelajaaran Inovatif. makalah Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida ,tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007
Soebagio dkk. 2000. Penggunaan Siklus belajar dan Peta Konsep untuk Pening- katan Kualitas Pembelajaran Konsep Larutan Asam-Basa. PPGSM.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alpabeta
Sugiharto, Totok, 2009. Bahan Kuliah Statistik 2 Analisis Varians. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung.
Susetyo, Budi .2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitngan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung. Refika Aditama
Sulistiyono,S. 2012. Modul 7 Pengujian Hipotesis dengan ANAVA Faktorial. Jakarta. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana
Supriatna, 2009 Konsep Dasar Desain Pembelajaran Bahan ajar untuk Diklat E- Training PPPPTK TK dan PLB. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak dan Pendidikan Luar Biasa
Tawil, M. 2008. Kemampuan Penalaran formal dan ling-kungan Pendidikan Keluarga dikaitkan dengan Hasil Belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 075, Tahun ke-14 November 2008
The science staff of Lockridge Senior High School. 2012. Electronic Assessment A Current Affair
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Widhiarso. Wahyu. 2011..Arti Interaksi pada Analisis Varians. Fakultas Psikologi UGM
Walker, W. Richard, Steven J. Hoekstra, and Rodney J. Vogl. 2002. Science education is no guarantee of skepticism. Skeptic 9(3): 24-27.
Wikipedia Indonesia 2012
Wirtha, I Made dan Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja.Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008.
Zamroni & Mahfudz .2009.Panduan Teknis Pembelajaran Yang Mengembang- kan Critical Thinking. Jakarta. Depdiknas..