• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL), diperolehbeberapakesimpulan yang merupakanjawabanataspertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika biasa (PMB).

2. Kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika biasa (PMB)

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL dan PMB) dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL dan PMB) dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa.

5. Persentase siswa dari hasil analisis proses penyelesaian jawaban siswa pada kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang) aspek kemampuan pemecahan masalah yang memperoleh pembelajaran CTL > persentase siswa dari kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang)aspek kemampuan

pemecahan masalah yang memperoleh pembelajaran PMB dengan perbedaan persentase kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang) berturut-turut yaitu pada kategori baik (MM = 17,67%., MP = 10,10%, SM = 13,63%, MK = 16,26%), pada kategori cukup (MM = 1,0%., MP = 24,24%, SM = 7,57%, MK = 10,10%), pada kategori kurang (MM =

21,21%., MP = 31,31%, SM = 8,09%, MK = 16,16%), dan pada kategori sangat kurang (MM  3,03%, MP 3,03%, SM 5,05%, MK

9,60%)

6. Persentase siswa dari hasil analisis proses penyelesaian jawaban siswa pada kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang) aspek kemampuan berpikir kritis yang memperoleh pembelajaran CTL > persentase siswa dari kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang) aspek kemampuan berpikir kritis yang memperoleh pembelajaran PMB dengan perbedaan persentase kategori (baik, cukup, kurang, sangat kurang) berturut-turut adalah pada kategori baik (ID = 25,44%., FM = 10,1%, MM = 13,64%, MK = 11,11%), pada kategori cukup (ID = 2,02%., FM = 37,37%, MM = 24,75%, MK = 9,60%), pada kategori kurang (ID = 21,21%., FM   45,97%, MM = 37,13%, MK = 19.19%), dan pada kategori sangat kurang (ID = 1,52%., FM =

1,52%, MM = 1,52%, MK = 1,52%).

5.2. Implikasi

Fokus utama pada penelitian ini adalah pengaruh dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematik siswa melalui pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan CTL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL secara signifikan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir

kritis matematik bagi siswa sekolah menengah pertama. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL merupakan solusi yang bijak bagi guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematik. Pengaruh pendekatan CTL pada proses pembelajaran adalah karena pendekatan CTL tersebut lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam menambah pengalaman belajarnya. Pendekatan CTL memunculkan sikap aktif dan kreatif siswa, terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan, berdiskusi dengan teman sesame kelompok, sehingga siswa berani mengemukakan pendapat atau bertanya kepada guru. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga efektifitas pembelajaran dapat tercapai.

Dengan memperhatikan kondisi pendidikan dasar saat ini, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu altematif untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Oleh karena itu kepada guru matematika pada sekolah menengah pertama diharapkan memiliki pengetahuan teoritis maupun keterampilan menggunakan pendekatan CTL dalam proses pembelajaran.

Berikut ini beberapa implikasi yang perlu mendapat perhatian bagi guru sebagai akibat dan pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan CTL antara lain: 1. Mampu menumbuhkan dan memunculkan sikap aktif dan kreatif siswa, berani

mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain.

2. Diskusi yang merupakan salah satu sarana bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematik. Secara lisan melaluli pendekatan CTL mampu menimbulkan suasana belajar yang dinamis, demokratis dan dapat menumbuhkan rasa senang terhadap matematika. Peran guru sebagai teman belajar, mediator, serta fasilitator membawa konsekuensi bagi guru lebih mengetahui kelemahan dan kekuatan dan bahan ajar serta

karakteristik siswa. Jika hal ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan disosialisasikan kepadasesama guru maka akan membawa dampak yang lebih positif terhadap perkembangan pendidikan dimasa yang akan datang.

3. Peran guru sebagai teman dalam belajar, mediator, serta fasilitator membawa konsekuensi bagi guru lebih mengetahui kelemahan dan kekuatan dari bahan ajar serta karakteristik siswa. Jika hal ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan disosialosasikan kepada sesame guru maka akan membawa dampak yang lebih positif terhadap perkembangan pendidikan dimasa yang akan datang.

5.3. Saran

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL ini, masih merupakan langkah awal dan upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa. Namun telah terasa dampaknya pada penampilan dan aktivitas siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya dilaksanakan oleh guru matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang berminat.

1. Kepada Guru

a. Pembelajaran dengan pendekatan CTL merupakan salah satu alternative bagi guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran matematika.

b. Dalam menerapkan pembelajaran CTL hendaknya membuat suatus kenario yang matang, sehingga tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak perlu, khususnya menentukan benda-benda yang real disekitar agar tidak terjadi miskonsepsi.

c. Pembelajaran dengan pendekatan CTL hendaknya diterapkan pada materi yang esensial menyangkut benda-benda yang real disekitar tempat belajar, agar siswa lebih cepat memahami pelajaran yang sedang dipelajari.

d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang kondusif memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi berani berargumentasi, lebih percaya dank reatif.

e. Sebaiknya guru membiasakan siswanya untuk lebih berlatih melakukan pemecahan masalah dalam belajar matematik yang menuntut siswa untuk mengaplikasikan matematika ke benda-benda nyata yang ada di sekelilingnya menjadi model untuk lebih memahami dan menghidupkan interaksi sesame siswa serta dapat mengaitkan dengan ilmu yang lain.

f. Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematik dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi lebih berani berargumentasi, lebih percaya diri, kreatif.

2. Kepada lembaga terkait

Pembelajaran dengan pendekatan CTL, masih sangat asing bagi guru dan siswa terutama pada guru dan siswa di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, khususnya meningkatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematik siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.

3. Kepada peniliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Amir, M. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group.

Arends. (2008). Learning to Teach 1. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR Arends. (2008). Learning to Teach 2. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Agung, (2010). Panduan SPSS 17.0 Untuk Mengolah Penelitian Kuantitatif. Jogyakarta: Garailmu.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta AV Publisher.

De Walle, J. (2006). Sekolah Dasar & Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran Jilid 1. Jakarta: Erlangga

De Walle, J. (2006). Sekolah Dasar & Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Ennis, R.H. (1996) Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Fathani, A. (2008). Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Hamid, K. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: ISBN

Hall, E. (2008). Mengajar Dengan Senang Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran Siswa. Jakarta: PT. INDEKS

Jihad, A. (2008).Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Yogyakarta: Multi Pressindo.

Johnson, E. (2010). Contextual teaching & Learning.Bandung: Kaifa. Joyce, (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Kusnandar, (2009). Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Lwin, cs. (2008).How to Multiply Your Child’s Intelligence. ISBN: PT Indeks. Muchith, S. (2008).Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group. Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Mattew, H. O. (2008). Theories Of Learning (Teori Belajar). Jakarta: Prenada Media Group.

Masykur, cs. (2007). Mathematical Intelligence Cara Cerdas Melatih Otakdan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: AR – RUZZ Media.

MKPBM, Tim. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI

Masidjo. (2006). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

MKPBM, Tim. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja ROSDAKRYA

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidiksn. Bandung: IKIP Bandung Press

Reksoatmodjo. (2009). Statistika Eksperimen Rekayasa. Bandung: PT Refika Aditama.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Hermanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sanjaya. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sanjaya, W. (2008).Kurikulum Dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Sanjaya. (2010). Steategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sardiman. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Soedjadi, (2007). Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah, Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Surabaya: Unesa

Surahman, cs. (1983).Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito

Sudjana, (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sujianto, (2009). Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Susetyo. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika Aditama. Setyosari.(2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana

Surya.(2011). Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo

Tim Instruktur PLPG, (2008). Materi Pendidikan dan Latihan Profeasi Guru. Rayon 2 UNIMED

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). ISBN: PT Leuser Cita Pustaka

Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual (CTL). Jakarta: Publisher Wena, M. (2009).Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. BumiAksra. Wenger. (2011). Beyond Teaching and Learning. Bandung: NUANSA.

Dokumen terkait