• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan data, peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan adalah upaya mempertahankan suatu bahasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat Timor di Sumedang menunjukkan pemertahanan bahasa Tetun. Pemertahanan bahasa Tetun ditandai dengan perencanaan bahasa yang dilakukan oleh masyarakat Timor di Sumedang. Perencanaan bahasa Tetun didorong oleh dua hal. Pertama, penggunaan bahasa Tetun sebagai media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Responden memilih menggunakan bahasa Tetun tergantung pada situasi kebahasaan dalam empat ranah, yaitu ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah kekariban, dan ranah transaksi. Tetapi hal yang paling penting adalah bagaimana responden memilih menggunakan bahasa Tetun sebagai media komunikasi pada ranah keluarga sebagai ranah utama dalam kerangka pemertahanan bahasa. Kedua, masyarakat Timor di Sumedang memperlihatkan sikap positif terhadap bahasa Tetun.

Sikap positif terhadap bahasa Tetun ditandai oleh tiga ciri pokok, yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa. Kesetiaan bahasa dilihat dari keinginan kuat dari responden untuk mempertahankan bahasa Tetun. Upaya mempertahankan bahasa Tetun ialah menjadikan bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar dalam peristiwa komunikasi sehari-hari. Masyarakat Timor di Sumedang menunjukkan kebanggaan bahasa dengan menjadikan bahasa Tetun sebagai identitas etnik mereka. Terlebih ketika

72

berada dalam masyarakat multi bahasa, bahasa Tetun sebagai identitas bagi penuturnya merupakan suatu keyakinan dan cara pandang penuturnya terhadap diri mereka sendiri dan keyakinan ini terus menerus dibentuk dalam kehidupan sehari-hari mereka di tengah interaksi dengan masyarakat Sunda. Kesadaran akan norma bahasa ditunjukkan oleh responden untuk menggunakan bahasa Tetun dengan baik dan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.

Perencanaan bahasa Tetun yang telah dilakukan masyarakat Timor di Sumedang meliputi perencanaan status dan perencanaan pemerolehan. Realisasi dari perencanaan status ialah seluruh responden memberi kedudukan yang jelas kepada bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar pergaulan di kalangan masyarakat Timor di Sumedang. Bahasa Tetun memiliki fungsi sebagai bahasa kelompok artinya bahasa konvensional antara anggota dari kelompok budaya atau etnis Timor di Sumedang. Bahasa Tetun dikatakan sebagai bahasa “resmi” karena bahasa tersebut (1) ditetapkan oleh pemilik bahasa itu sebagai bahasa resmi, (2) dipergunakan oleh penutur dalam aktivitas sehari-hari, dan (3) dipergunakan sebagai bahasa pengantar pada acara-acara resmi di kalangan masyarakat Timor di Sumedang.

Perencanaan pemerolehan menitikberatkan pada pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa Tetun dilakukan pada ranah yang paling kecil, yaitu ranah keluarga. Orangtua yang memiliki bahasa ibu yang sama memilih mengajarkan bahasa Tetun kepada anaknya sebagai bahasa pertama mereka. Upaya perencanaan pemerolehan oleh reponden yang dilakukan secara kelompok adalah dengan mendirikan sebuah lembaga bahasa yang dikhususkan

73

untuk pengajaran bahasa Tetun bagi anak-anak muda Timor, terutama bagi orang Timor yang kurang menguasai bahasa Tetun.

Perencanaan bahasa Tetun tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari masyarakat pemilik bahasa itu sendiri. Anggota masyarakat Timor di Sumedang mendukung penuh seluruh upaya pemertahanan bahasa Tetun.

B. IMPLIKASI

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan, di antaranya pembahasan kurang mendalam, kurangnya jumlah data dan teori yang digunakan menjadi kelemahan penelitian ini. Tetapi penelitian ini dapat memperkaya kajian tentang sikap dan perencanaan bahasa yang masih sedikit jumlahnya di Indonesia.

Alangkah baiknya jika banyak peneliti lain yang berminat mengkaji perencanaan bahasa, baik kajian terhadap bahasa Tetun, maupun kajian terhadap bahasa daerah lainnya. Bahasa daerah dan bahasa nasional memiliki kedudukan dan fungsi yang berbeda. Bahasa daerah dan bahasa nasional memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Tetapi bahasa daerah kurang mendapat perhatian yang serius. Hal ini terkadang menjadi masalah yang dikhawatirkan oleh masyarakat penggunanya akan kelanjutan nasib bahasa daerah. Oleh karena itu, perlu diupayakan sebuah perencanaan bahasa agar bahasa-bahasa daerah terpelihara dengan baik dan mendapat perhatian yang baik dari pemerintah.

74

C. REKOMENDASI

Peneliti menyarankan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji sikap dan perencanaan bahasa masyarakat Timor di Sumedang. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti memiliki kekurangan dalam kedalaman materi dan pembahasannya. Oleh karena itu, peneliti lain dapat melanjutkan dengan menggunakan metode atau teknik pengumpulan data lainnya. Peneliti lain juga dapat mengkaji hasil dari perencanaan bahasa yang telah dilakukan oleh masyarakat Timor di Sumedang, yang belum sempat diteliti lebih lanjut oleh peneliti.

REFERENSI

Alwasilah, A.C. (1993). Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Aziz, E.A. (2013). Budaya Inti, Sikap bahasa, dan Pembangunan Karakter

Bangsa: Kasus Penutur bahasa-bahasa Daerah Utama di Indonesia.

Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, 2 (31), hlm. 115-139.

Baker, C. (1992). Attitudes and Language. Philadelphia: Multilingual Matters Ltd. Chaer, A. & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cooper, R.L. (1989). Language Planning and Social Change. New York: Cambridge University Press.

Duan, L. (2004). A Sociolinguistics Study of Language Use and Language

Attitudes Among The Bai People in Jianchuang County, China. (Disertasi).

Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Fasold, R. (1984). The Sosiolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell Publisher.

Ferguson, G. (2006). Language Planning and Education. Edinburgh: Edinburgh University Pres Ltd.

Fishman, J.A. (1972). The Sociology of Language. Rowley: Newbury House. --- (1991). Reversing Language Shift. Clevedon: Multilingual Matters. Kaplan, R.B. & Baldauf, R.B. (1997). Language Planing: from Practice to

Theory. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

Kuntari, CM.R. (2008). Timor Timur: Satu Menit Terakhir Catatan Seorang

Wartawan. Bandung: Mizan.

Muhammad. (2004). Belajar Mikro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press. Muslich, M. & Oka, I.G.N. (2010). Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Purnawati, K.W. & Sudiana, I.M. (2007). Perencanaan Bahasa. Bali: Universitas Udayana.

Rahardi, K. (2010). Kajian Sosiolinguistik: Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

76

Rokhman, F. (2013). Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa

dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subyakto, N. & Sri U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sumarsono. (1990). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok.

Sumarsono & Paina P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Thomas, L. & Wareing, S. (2007). Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tuwakham, M. (2005). Language Vitality and Language Attitudes Among The

Yong People in Lamphun Province: A Sociolinguistics Study. (Tesis).

Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Wardhaugh, R. (2006). An Introduction to Sociolinguistics: Fifth Edition. Victoria: Blackwell Publishing.

77

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Variabel Usia Responden ... 23

3.2 Ranah Penggunaan Bahasa ... 26

4.1 Gambaran Kemampuan Berbahasa Responden Berdasarkan Pengakuan Sendiri ... 37

4.2 Gambaran Pemerolehan Bahasa Responden ... 38

4.3 Pilihan Bahasa Responden pada Empat Ranah Bahasa ... 42

4.4 Pendapat Responden Terhadap Penting atau Tidak Pentingnya Penggunaan Bahasa Tetun ... 48

4.5 Pandangan Responden terhadap Penguasaan Bahasa Tetun ... 50

4.6 Pandangan Responden terhadap Pemakaian bahasa Tetun di rumah... 51

4.7 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun ... 52

4.8 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun pada Anggota Beda Suku ... 53

4.9 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun di Komunitas ... 54

4.10 Pandangan Responden terhadap Budaya Timor Timur ... 55

4.11 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun sebagai Identitas Etnik . 57 4.12 Kesetujuan terhadap Pembelajaran Bahasa Tetun oleh Suku Lain ... 57

4.13 Kesetujuan terhadap Kebanggaan Disapa dalam Bahasa Tetun ... 58

4.14 Kesetujuan terhadap Kemampuan Berbahasa Tetun ... 59

4.15 Kesetujuan terhadap Kelancaran Berbahasa Tetun ... 59

4.16 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun ... 60

4.17 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun pada Penutur Bahasa Lain ... 61

4.18 Pemilihan Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar dalam Ranah Keluarga ... 63

4.19 Kesetujuan Responden Mengenai Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar Komunitas ... 64

78

4.20 Kesetujuan Responden Mengenai Pentingnya Pengajaran Bahasa Tetun kepada Anak ... 66 4.21 Kesetujuan Responden Mengenai Kemampuan Berbahasa Tetun ... 68

79

Dokumen terkait