• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Motivasi kerja merupakan determinan yang signifikan dan searah terhadap niat berwiraswasta siswa. Temuan ini memberikan makna, semakin meningkat motivasi untuk bekerja maka dapat meningkatkan niat para siswa SMK Pariwisata Triatma Jaya. (2) Status sosial ekonomi sebagai determinan yang signifikan dan searah terhadap niat berwiraswasta siswa. Temuan ini memberikan makna, semakin meningkat status sosial ekonomi orang tua siswa maka dapat meningkatkan niat para siswa untuk berwiraswasta. (3) Pola asuh orang tua merupakan determinan yang signifikan dan searah terhadap niat berwiraswasta siswa. Temuan ini mengindikasikan, semakin meningkat pola asuh orang tua

32

siswa mampu meningkatkan niat para siswa untuk berwiraswasta. (4) Motivasi kerja, status sosial ekonomi, dan pola asuh orang tua secara bersama-sama sebagai determinan yang signifikan dan searah terhadap niat berwiraswasta siswa SMK Pariwisata Triatma Jaya Dalung Kaupaten Badung. Temuan ini memberikan petunjuk, peningkatan motivasi kerja, status sosial ekonomi, dan pola asuh orang tua siswa secara bersama-sama mampu meningkatkan niat para siswa SMK Pariwisata Triatma Jaya Dalung Kabupaten Badung untuk berwiraswasta.

Penelitian ini telah memberikan hasil atau temuan yang bermakna dalam pengembangan berbagai program akademik untuk menumbuhkan jiwa dan meningkatkan motivasi siswa untuk masuk SMK dimana menandakan tingginya niat berwiraswasta dikalangan siswa. Hal tersebut dimaksudkan untuk menyiapkan sedini mungkin tenaga-tenaga profesional melalui jalur pendidikan formal. Simpulan dalam penelitian ini dapat memberikan beberapa implikasi, antara lain: (a) Para kepala sekolah dan guru harus secara terus menerus mengembangkan berbagai strategi dan alternatif agar program-program tersebut benar-benar mampu memfasilitasi dan menumbuhkan jiwa dan niat mandiri dikalangan siswa, sehingga ke depan pada saat mereka telah selesai mengikuti pendidikan formal benar-benar siap memasuki dunia kerja dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang didukung oleh kesiapan mental yang tinggi. Bilamana hal ini mampu dilakukan, maka tidak akan ada lagi opini miring dikalangan masyarakat terhadap beberapa institusi kejuruan seperti SMK sebagai sekolah pencetak pengagguran terdidik. (b) Bagi guru, khususnya mereka yang bertugas di sekolah menengah kejuruan, temuan penelitian ini seharusnya

33

diharapkan mampu mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kompetensi diri dengan memberikan materi yang dikemas dalam perancangan rencana dan strategi pembelajaran, sehingga pembelajaran dan optimalisasi keterampilan-keterampilan okupasional sebagai trade mark SMK dapat dilaksanakan secara optimal dan integratif. Hal ini penting dilakukan, mengingat bahwa siswa datang ke sekolah bukanlah dengan pikiran kosong, namun telah terbekali dengan seperangkat kemampuan dan keterampilan yang mereka dapatkan dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Bilamana hal ini mampu dilakukan, niscaya pengucuran berbagai program bantuan yang bersifat terminal maupun kompetitif terhadap institusi SMK mencapai hasil yang optimal. (c) Bagi orang tua, temuan ini secara logis harus disikapi dengan bijak dan komprehensif, mengingat pola asuh demokratis orang tua dituntut terutama dalam memberikan dukungan dan perhatian untuk pengembangan potensi anak dalam pendidikan kejuruan. Pilihan dan perancangan masa depan yang akan dilakukan oleh seorang anak dapat dipengaruhi pula oleh status sosial ekonomi dan pola asuh orang tuanya. Dengan demikian, orang tua harus mengembangkan pola asuh dan memberikan fasilitas yang pantas dan layak bagi anak untuk berkembang secara wajar dan optimal dalam merancang masa depannya. (d) Bagi Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional sebagai pemegang kendali dalam berbagai kebijakan pemberdayaan dan regulasi akademik dan non-akademik pada jenjang SMK, harus mampu mengembangkan berbagai program terobosan yang mampu mengakomodasi berbagai variabel non

34

akademik, sehingga upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tercapai secara baik.

Berlandaskan pada simpulan penelitian yang merupakan hasil kajian, analisis, evaluasi, dan refleksi terhadap keseluruhan temuan penelitian dan dengan mempertimbangkan karakteristik sekolah dimana penelitian ini dilakukan, maka saran-saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kepada orang tua siswa, pola asuh orang tua dipandang sebagai stimulus yang akan dipersepsikan oleh anak sebagai suatu respon yang di dalamnya terkandung suatu penilaian, kesan, pendapat, ataupun perasaan anak terhadap pola asuh yang diberikan oleh orang tua mereka. Pola asuh demokratis dimana adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti mereka saling melengkapi, sedikit demi sedikit orang tua melatih anak untuk memiliki sikap bertanggung jawab sehingga anak dapat mengarahkan perilakunya untuk mencapai kedewasaan. Orang tua dalam bertindak harus selalu memberikan alasan pada anak, mendorong untuk saling membantu dan bertindak secara obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian. (2) Kepada lembaga dalam hal ini kepala sekolah, dalam kapasitasnya sebagai motor utama penggerak birokrasi dan manajemen pada level sekolah, harus mampu mengembangkan berbagai upaya strategis dalam rangka peningkatan kualitas manajemen sekolah, sehingga program-program peningkatan mutu dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil yang optimal, khususnya bagi kepentingan belajar siswa. Hal itu menandakan bahwa diperlukan upaya yang terencana dan terstruktur dengan melibatkan berbagai komponen, khususnya kalangan perencana, pengembang,

35

pelaksana, dan birokrasi pendidikan, agar pelaksanaan program-program pendidikan pada jenjang SMK dapat dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi pengembangan potensi siswa secara lebih optimal. Dengan demikian keberhasilan program pendidikan pada jenjang SMK dapat ditingkatkan. (3) Guru selaku pengembang dan pelaksana kurikulum pada tingkat sekolah, harus menyadari bahwa selain guru berperan di dalam memberikan pengajaran siswa di sekolah, guru juga memiliki peran di dalam mendapingi peserta didik untuk melatih potensi siswa dengan memberikan kontribusi yang cukup penting di dalam membentuk jati diri siswa. (4) Kepada siswa, kecenderungan para siswa yang tamat pendidikan formal yang hampir sebagian besar menginginkan menjadi pegawai negeri dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kursi di pegawai negeri seharusnya mulai memotivasi diri untuk mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan mengembangkan materi keterampilan yang didapat di SMK dengan aktif dan kreatif sehingga dapat menciptakan ide-ide baru untuk berwiraswasta.

36

Dokumen terkait