• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Perlakuan formulasi biopestisida setelah proses penyimpanan selama 3 bulan yang memberikan nilai keefektifan penekanan penyakit dan keefektifan pemacuan pertambahan tinggi tanaman relatif paling tinggi ialah formulasi cair B. subtilis AB89. Formulasi cair B. subtilis AB89 dan P. fluorescens RH4003 menghasilkan indeks penekanan terhadap penyakit lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi tepung dan kontrol setelah proses penyimpanan.

Saran

Untuk meningkatkan keefektifan formulasi biopestisida, perlu dilakukan aplikasi dengan frekuensi dan atau dosis yang lebih banyak. Untuk meningkatkan potensi agens antagonis dalam formulasi perlu dilakukan peningkatan kerapatan populasi bakteri endofit dalam suspensi yang digunakan pada saat pembuatan formulasi. Selain itu, juga perlu dilakukan penambahan zat aditif organik ataupun pengujian terhadap bahan pembawa lain yang berpotensi mempertahankan populasi agens hayati dalam formulasi untuk tahap pengembangan bioformulasi selanjutnya.

17

DAFTAR PUSTAKA

Aeny TN. 2001. Patogenisitas bakteri layu pisang (Ralstonia sp.) pada beberapa tanaman lain. J HPT Trop. 1(2):60-62.

Almoneafy AA, Xie GL, Tian WX, Xu LH, Zhangi GQ, Ibrahim M. 2012. Characterization and evaluation of Bacillus isolates for their potential plant growth and biocontrol activities against tomato bacterial wilt. Afr. J Biotechnol. 11(28):7193-7201. doi:10.5897/AJB11.2963.

Compant S, Duffy B, Nowak J, Clement C, Barka EA. 2005. Use of plant growth-promoting bacteria for biocontrol of plant diseases: principles, mechanism of action, and future prospect. Appl Environ Microbiol. 71(9):4951–4959. doi: http://dx.doi.org/10.1128/AEM.71.9.4951-4959.2005.

Cooke BM. 1998. Disease assessment and yield loss. Di dalam: Jones DG, editor.

The Epidemiology of Plant Diseases. Ed ke-2. London (GB): Kluwer Academic Publisher. hlm 42-72.

Couillerot O, Combaret CP, Mellado JC, Loccoz YM. 2009. Pseudomonas fluorescens and closely-related fluorescent pseudomonads as biocontrol agents of soil-borne phytopathogens. Lett Appl Microbiol. 48(2009):505– 512. doi: http://dx.doi.org/10.1111/j.1472- 765X.2009.02566.x.

Fernando DWG, Nakkeeran S, Yilanzhang. 2005. Biosynthesis of antibiotics by PGPR and its relation in biocontrol of plant diseases. Di dalam: Siddiqu ZA, editor. PGPR: Biocontrol and Biofertilization. Dordrecht (NL): Springer: hlm 67-109.

Handini ZVT. 2011. Keefektifan bakteri endofit dan plant growth promoting rhizobacteria dalam menekan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tomat[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Handini ZVT, Nawangsih AA. 2014. Keefektifan bakteri endofit dan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman dalam menekan penyakit layu bakteri pada tomat. J Fitopatol Indones. 10(2): 61-67. doi: 10.14692/jfi.10.2.61.

Hanudin, Nuryani W, Silvia E, Djatnika I, Marwoto B. 2010 Formulasi biopestisida berbahan aktif Bacilus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan

Corynebacterium sp. nonpatogenik untuk mengendalikan penyakit karat pada krisan.J Hort. 20(3):247-261.

Kiswondo S. 2011. Penggunaan abu sekam dan pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Embryo. 8(1):9-17.

Kloepper JW, Schroth MN. 1981. Development of a powder formulation of rhizobacteri for inoculation of potato seed pieces. Phytopathol 71(6): 590-592.

Laela JK, Sharma G. 2000. Studies on xanthan production from Xanthomonas campestris. Bioprocess Engineering. 23(2000): 687-689.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Bogor (ID): IPB Press.

18

Mawarni EE. 2014. Keefektifan formulasi biopestisida berbahan aktif

Staphylococcus epidermidis BC4 dan Pseudomonas fluorescens RH4003

untuk mengendalikan layu bakteri pada tomat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nawangsih AA. 2006. Seleksi dan karakterisasi bakteri biokontrol untuk mengendalikan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tomat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nawangsih AA, Damayanti I, Wiyono S, Kartika JG. 2011. Selection and characterization of endophytic bacteria as biocontrol agents of tomato bacterial wilt disease. Hayati. 2(18):66-70.

Soesanto L, Mugiastuti E, Rahayuniati RF. 2011. Biochemical characteristic of

Pseudomonas fluorescens P60. J Biotechnol Biodiver. 2:19–26.

Soesanto L, Mugiastuti E, Rahayuniati RF. 2014. Aplikasi formula cair

Pseudomonas fluorescens P60 untuk menekan penyakit virus cabai merah. J Fitopatol Indones. 9(6):179-185. doi: 10.14692/jfi.9.6.179.

Supriadi. 2011. Penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum): dampak, bioekologi dan peranan teknologi pengendaliannya. J Pengemb Inov Pertan.

4(4): 279-293.

Whipps JM. 2001. Microbial interactions and biocontrol in the rhizosphere. Journal of Exp Bot. 52:487-511.

Widodo, Wiyono S. 2012. Formulasi tepung biofungisida berbahan aktif ganda

Pseudomonas fluorescens PG 01 dan Bacillus polymixa BG 25. JIPI. 17(3): 180-185.

Wijayanti E. 2014. Pengembangan formulasi biopestisida berbahan aktif Bacillus subtilis AB89 dan Staphylococcus epidermidis BC4 untuk mengendalikan penyakit layu bakteri pada tomat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yulianti T. 2009. Pengelolaan patogen tular tanah untuk mengembalikan kejayaan tembakau Temanggung di Kabupaten Temanggung. Perspektif. 8(1):1–16.

19

20

Lampiran 1 Hasil analisis ragam tingkat kejadian penyakit layu bakteri tanaman tomat pada minggu ke-1 hingga menggu ke-4

Lampiran 2 Hasil uji lanjut tingkat kejadian penyakit layu bakteri pada minggu ke-1 hingga mingga ke-4 di rumah kaca dengan taraf (α=5%)

Kode Formulasi2

Kejadian penyakit (%)

1 MST1 2 MST1 3 MST1 4 MST1

K 0.00a 43.33a 76.67ab 80.00a

BC4C 0.00a 43.33a 90.00a 93.33a

BC4T 0.00a 46.67a 70.00ab 80.00a

BSC 0.00a 23.33a 53.33b 70.00a

BST 0.00a 40.00a 50.00b 70.00a

PFC 0.00a 16.67a 53.33b 90.00a

PFT 0.00a 46.67a 80.00ab 100.00a

Sumber Db JK KT F P Minggu 1 Perlakuan 6 0 0 - - Error/galat 14 0 0 Total Terkoreksi 20 0 Minggu 2 Perlakuan 6 2628.571429 438.095238 1.39 0.2839 Error/galat 14 4400.000000 314.285714 Total Terkoreksi 20 7028.571429 Minggu 3 Perlakuan 6 4380.952381 730.158730 2.32 0.0909 Error/galat 14 4400.000000 314.285714 Total Terkoreksi 20 8780.952381 Minggu 4 Perlakuan 6 2400.000000 400.000000 1.71 0.1901 Error/galat 14 3266.666667 233.333333 Total Terkoreksi 20 5666.666667

21 Lampiran 3 Hasil analisis ragam laju pertambahan tinggi tanaman tomat pada

minggu ke-1 hingga menggu ke-4

Sumber Db JK KT F P Minggu 1 Perlakuan 4 1.30764762 0.21794127 0.92 0.5101 Error/galat 10 3.32046667 0.23717619 Total Terkoreksi 14 4.62811429 Minggu 2 Perlakuan 4 20.98345714 3.49724286 1.83 0.1647 Error/galat 10 26.74840000 1.91060000 Total Terkoreksi 14 47.73185714 Minggu 3 Perlakuan 4 12.97025714 2.16170952 1.23 0.3465 Error/galat 10 24.50906667 1.75064762 Total Terkoreksi 14 37.47932381 Minggu 4 Perlakuan 4 9.59298095 1.59883016 2.69 0.0594 Error/galat 10 8.30893333 0.59349524 Total Terkoreksi 14 17.90191429

Lampiran 4 Hasil uji lanjut laju pertambahan tinggi tanaman tomat pada minggu ke-1 hingga mingga ke-7 di rumah kaca dengan taraf (α=5%)

Kode formulasi2

Pertambahan tinggi (cm)

1 MST1 2 MST1 3 MST1 4 MST1

K 1.53a 3.06ab 1.00a 0.12b

BC4C 1.58a 1.36b 0.42a 0.07b

BC4T 1.80a 3.24ab 1.82a 0.30b

BSC 1.93a 4.44a 2.79a 1.88a

BST 1.51a 3.54ab 2.28a 1.27ab

PFC 1.79a 4.41a 1.67a 0.19b

PFT 2.27a 2.50ab 0.78a 0.00b

Lampiran 5 Prosedur pembuatan formulasi biopestisida

Formulasi Tepung. Suspensi bakteri P. fluorescens RH4003, B. subtilis

AB89 dan S. epidermidis BC4 yang telah diinkubasikan selama 24 jam dicampur dengan larutan xanthan gum steril 20% (dalam aquades). Menurut Kloepper dan Schroth (1981), perbandingan antara suspensi bakteri dan xanthan gum (XG)yang digunakan adalah 1:1. Suspensi bakteri sebanyak 100 mL ditambahkan pada 100 mL XG 20% steril, kemudian diinkubasikan selama 20 menit. Campuran tersebut ditambahkan pada 1 kg tepung talk, kemudian diaduk hingga merata. Formulasi dikering-anginkan di dalam laminar air flow selama ±1 jam dan selanjutnya disimpan pada suhu 14ºC.

22

Formulasi cair. Sebanyak 0.1 g xanthan gum ditambahkan ke dalam 1 L media cair King’s B, NB dan TSB. Campuran tersebut diturunkan pH-nya dengan mengunakan H2SO4 hingga diperoleh pH 4. Penurunan keasaman formulasi bertujuan untuk membuat bakteri inaktif/dorman. Media kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Suspensi bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 10 000 rpm pada suhu ruang selama 15 menit. Pelet yang diperoleh diambil kemudian dicampurkan pada media cair. Jumlah suspensi bakteri yang disentrifugasi adalah 100 mL (P. fluorescens RH4003 dan B. subtilis AB89) dan 2 mL (S. epidermidis BC4). Formulasi yang terbentuk kemudian diinkubasikan pada inkubator bergoyang selama 24 jam pada suhu ruang dengan kecepatan 100 rpm. Formulasi disimpan pada suhu 14 ºC.

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 29 Juni 1992 dari ayah Adha Firmansyah dan ibu Sukaesih. Penulis adalah putri pertama dari 4 bersaudara. Penulis lulus dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School pada tahun 2010 kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Kementrian Agama RI di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Penulis menjabat sebagai ketua Bina Baca Al Quran Asrama Putri TPB IPB pada tahun 2010-2011, staf Departemen Pengajaran Al Quran LDK Al Hurriyyah pada tahun 2010-2011, sekretaris umum Lembaga Pengejaran Al Quran Al Hurriyyah pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2012-2014 penulis menjadi sekretaris umum Islamic Student Center Al Hurriyyah. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan. Beberapa kepanitiaan yang pernah penulis ikuti diantaranya adalah panitia kegiatan Idul Qurban Asrama Putri TPB pada tahun 2010 sebagai ketua divisi logistik, Penanggung Jawab Kelompok Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB pada tahun 2011, Bendahara umum kegiatan penyambutan mahasiswa baru dari DKM Al Hurriyyah Salam ISC pada tahun 2012.

Dokumen terkait