• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Kondisi Waduk Saguling berdasarkan beberapa parameter seperti total P, ortofosfat, kecerahan, klorofil-a menujukkan status kesuburan Waduk Saguling adalah eutrofik hingga hipertrofik. Berdasarkan pendugaan status kesuburan dengan menggunakan metode TSI, status kesuburan Waduk Saguling adalah hipertrofik. Walaupun hasil TSI menunjukkan bahwa status kesuburan Waduk Saguling berada pada tingkat hipertrofik, namun berdasarkan kondisi di lapang status kesuburan Waduk Saguling lebih mendekati pada status eutrofik ringan sampai sedang dengan ciri-ciri menurut Carlson (1977) pada Lampiran 2. Status kesuburan Waduk Saguling akan mempengaruhi kondisi waduk. Tingginya masukkan unsur hara N dan P dapat menyebabkan pertumbuhan makrofita (eceng gondok) yang tidak terkontrol. Salah satu penyumbang unsur hara ke badan perairan adalah kegiatan KJA, sehingga perlu adanya penerapan KJA yang ramah lingkungan melalui penerapan KJA ganda/double net.

24

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai status kesuburan Waduk Saguling dengan waktu pengambilan sample air pada musim kemarau agar dapat dibandingkan dengan data hasil sampling saat musim hujan. Selain itu perlu adanya penelitian tingkat kesuburan di perairan lain untuk mendapatkan kriteria TSI yang sesuai untuk perairan tropis.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyadej C, Tansakul P, dan Tansakul R. 2008. Variation Of Phytoplankton Biomassa As Chlorophyli-a in Banglang Reservoir, Yala Province. Songklanakarin J. Sci. Technol. 30(2): 159-166.

Bellinger EG, Sigee DC. Fresh Water Algae (Identification and Use as Bioindicator). USA: Willey-Blackwell.

Boyd CE. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama: Auburn University.

Brown CD, Hoyer MV, Bachmann RW, dan Canfield ED. 2000. Nutrien-Chorophyll Relationship: An Evaluation Of Empirical Nutrient-Chlorophyll Models Using Florida And North Temperate Lake Data. Can. J. Fish Aquatic. Sci. 57: 1574-1583.

Carlson RE. 1977. A Trophic State Index for Lakes. Limnology and Oceanography. 22(2).

Chale FMM. 2004. Inorganic Nutrient Concentrations and Chlorophyll in the Euphotic Zone of Lake Tanganyika. Hydrobiologia. 523: 189-197.

Dillon, Rigler FH. 1974. The Phosphorus-Chlorophyll Relationship in Lakes. Limnology and Oceanography. 19(5).

Eaton AD, Lenore SC. Eugene WR, Arnold EG, Mary HF. 2005. Standart Methods for Examination of Water and Wastewater: Centennial Edition. 21 st Edition. APHA,AWWA,WPCF. Washington DC (USA).

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta.

Ekawati D, Astuty S, dan Dhahiyat Y. 2010. Studi Kebiasaan Makan Nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang dipelihara pada Karamba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat [skripsi]. Bandung ID: Universitas Padjajaran.

Garno YS. 2001. Status dan Karakteristik Pencemaran di Waduk Kaskade Citarum. Teknologi Lingkungan. 2(2).

Gautam B, Bhattarai B. 2008. Seasonal Changes in Water Quality Parameters and Sediment Nutrient in Jagadishpur. Nepal Journal of Science ang Technology. 9: 149-156.

Jones JR, Knowlton MF. 2005. Chlorophyll Response To Nutrients And Non-Algae Seston In Missouri Reservoirs And Oxbow Lake. Lake And Reservoir. 21(3): 361-371.

KKP. 2011. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Upwelling Bagi Pembudidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau/Waduk. [Internet]. [18 Juli 2013]. http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=518.

25 Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York: University of British

Columbia. p 301.

Krismono, Astuti LP. 2006. Pengelolaan Waduk Kaskade (Saguling, Cirata, Jatiluhur) untuk Budidaya Ikan dalam Karamba Jaring Apung. Balitbang KP. 4: 389.

Kurniawan M. 2011. Senja Kala Lumbung Ikan Citarum. Kompas [Internet]. [26 Juni 2013]. http://lipsus.kompas.com/ekspedisicitarum/read

/2011/05/02/15332861/Senja.Kala.Lumbung.Ikan.Citarum.

Machbub B. 2010. Model Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemar Air Danau dan Waduk. Sumber daya Air. 6(2).

Maulana R. 2012. Prediksi Curah Hujan Dan Debit Menggunakan Metode Adaptive Neurofuzzy Inference System (ANFIS) [skripsi]. Bandung ID: Institut Teknologi Bandung.

McCauley E, Downing JA, dan Watson S. 1989. Sigmoid Relationship Between Nutrients And Chlorophyll Among Lakes. Can. J. Aquatic. Sci. 46: 1171-1175.

Nasution Z. 2005. Analisis Kelembagaan dalam Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk.Buletin Ekonomi Perikanan. 6(1).

Notodarmojo S, Devina, A. 2004. Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-End (Studi Kasus: Waduk Saguling). ITB. 36A(1): 63-82.

Nugroho A. 2009. Pengaruh Pencampuran Berbagai Kolom Air Terhadap Kadar DO (Dissolved Oxygen) Di Karamba Jaring Apung Di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.

Nürnberg GK. 2007. Low-Nitrate-Days (LND), a Potential Indicator of Cyanobacteria Blooms in a Eutrophic Hardwater Reservoir. Water Qual. Res. J.42(4): 269-283.

Nuryanto S. 2001. Model Eutrofikasi Akibat Kegiatan Perikanan Sistem Karamba Jaring Apung (KJA) Di Waduk Saguling, Jawa Barat [thesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.

Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. London : W.B. Saunders.

Presiden Republik Indonesia. 2001. Peraturan pemerintah No.82 tahun 2001. Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan. Ruttner F. 1960. Fundamental Of Limnology. Canada: University Of Taronto

Press, Toronto and Buffalo (ISBN 0-8020-2028-3).

Ryding SO dan Rast W. 1989. The Control of Eutrophication 0f Lake And Reservoir. Paris : UNESCO.

Septiadi D, Hadi S. 2011. Karakteristik Petir Terkait Curah Hujan Lebat Di Wilayah Bandung, Jawa Barat. ITB. 12(2).

Setyobudiandi I, Sulistiono, Yulianda F, Kusmana C, Hariyadi S, Damar A, Sembiring A, dan Bahtiar. 2009. Sampling Dan Analisis Data Perikanan Dan Kelautan (Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir dan Laut). FPIK IPB: Makaira.

Smith Val H. 1979. Nutrient Dependence of Primary Productivity in Lake. Limnology Oceanografi. 24: 1051-1064.

Sudrajat A, Supriyadi H, dan Saputra A. 2010. Laporan Evaluasi Perairan Waduk Cirata Sebagai Kawasan Budidaya Ikan dalam Mendukung Peningkatan

26

Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan : Pusat penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya.

Suryono T, Nomosatryo S, dan Mulyana E. 2006. Tingkat Kesuburan Perairan Danau Singkarak, Padang, Sumatera Barat. LIPI : Pusat Penelitian Limnologi. 15.

Suryono T, Sunanisari S, dan Mulyana E. 2010. Tingkat Kesuburan dan Pencemaran Danau Limboto, Gorontalo. LIPI : Pusat Penelitian Limnologi. 36(1): 46-61.

Susana T. 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator Kualitas Perairan Muara Sungai Cisadane. Teknologi Lingkungan. 5(2). Tarigan T , Harsono, E. 2004. Kapasitas Waduk Saguling Dalam Mereduksi

Beban Nutrien (N,P) Dan Karbon Organik Dari Sungai Citarum. Limnotek. 11(2): 20-26.

UNEP. 1999. Planning and Management of Lake And Reservoirs, an Integrated Approach to Eutrophication. Osaka: IETC.

Urabe J, Sekino T, Nozaki K, Tsuji A, Yoshimizu C, Kagami M, Koitabashi T, Miyazaki T, dan Nakanishi M. 1999. Light, Nutrients and Primary Productivity in Lake Biwa: An evaluation of the Current Ecosystem Situation. Ecological Research. 14: 233-242.

Utami S.E. 2006. Analisis Kandungan Unsur Hara N dan P Serta Tingkat Eutrofikasi Di Lokasi Karamba Jaring Apung Perairan Waduk Saguling, Jawa Barat [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.

Wetzel RG. 2001. Limnology 3 th ed. USA: Academis Press.

Weiner RE. 2008. Application of Environmental Aquatic Chemistry. USA: CRC Press.

Widjaja W.K. 2009. Penentuan Konsentrasi Khlorofil-a Sebagai Indikator Kualitas Perairan Waduk Saguling. BPPT: Peneliti Ekotoksikologi Perairan Pusat Teknologi Lingkungan.

Yenilmez F dan Aksoy Y. 2013. Comparison of Phosphorus Reduction Alternatives in Control of Nutrient Concentration in Lake Uluabat (Bursa, Turkey): Partial Versus Full Sediment Dredgin. Limnologica. 43: 1-9.

LAMPIRAN 1

Data Sekunder Kualitas Air di Waduk Saguling (Pengamatan kwartal IV Bulan Oktober) dari PT. Indonesia Power

2008 2009 2010 2011 2012 Satuan Nitrat Maroko 6,211 2,990 1,150 1,800 2,400 mg/l Cicadas 6,440 4,371 0,920 1,400 1,733 mg/l DAM 3,910 1,840 1,150 1,667 1,222 mg/l Nitrit Maroko 0,041 0,451 0,008 0,039 0,062 mg/l Cicadas 0,500 0,162 0,038 0,160 0,109 mg/l DAM 0,412 0,011 0,004 0,014 0,011 mg/l Amonia Maroko 0,109 0,104 0,007 0,034 0,016 mg/l Cicadas 0,139 0,031 0,072 0,021 0,041 mg/l DAM 2,600 0,332 0,205 0,035 0,065 mg/l Ortofosfat Maroko 0,349 0,056 0,313 0,373 0,101 mg/l Cicadas 0,105 0,198 0,300 0,279 0,055 mg/l DAM 0,104 0,222 0,312 0,387 0,119 mg/l Oksigen Terlarut Maroko 5,70 2,50 2,80 4,10 4,90 mg/l Cicadas 1,10 7,60 5,70 3,00 4,50 mg/l DAM 2,60 4,80 6,30 6,20 6,10 mg/l Suhu Maroko 26,7 27,7 26,7 27,5 28,2 °C Cicadas 26,9 29,6 28,7 27,5 28,6 °C DAM 26,7 28,4 28,7 28,6 30,8 °C pH Maroko 7,5 7,7 7,2 7,2 7,0 - Cicadas 7,7 8,4 8,3 7,1 7,7 - DAM 7,5 8,9 8,7 8,0 8,2 - 2 7

LAMPIRAN 2

Dokumen terkait