• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Simpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan, maka pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan pada penelitian ini yang meliputi bentuk lingual dalam wacana mideur yang berupa struktur teks dan bentuk lingual leksikon wacana mideur, klasifikasi satuan lingual, klasifikasi kultural leksikon, deksripsi leksikon dalam wacana mideur, serta cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam wacana mideur di Kampung Nusa, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian ini, ditemukan satu jenis tembang mideur yaitu tembang yang dinyanyikan pada saat membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Dalam struktur teks tembang tersebut terdapat beberapa aspek yang meliputi bunyi segmental dan suprasegmental, aspek leksikal, dan pengulangan (repetisi) yang di dalamnya terdapat repetisi anafora (pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaktis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yg berturutan untuk memperoleh efek tertentu), repetisi anaforamesodiplosis (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan tengah baris), repetisi anaforaepistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada awal dan akhir baris), repetisi epistrofa (pengulangan kata/frasa yang terdapat pada akhir baris). Selanjutnya pada bentuk lingual leksikon, ditemukan 5 leksikon berupa kata yang berkategori nomina dan merupakan kata dwipurwa (pengulangan suku kata awal).

Selain itu juga ditemukan 67 leksikon yang diantaranya 10 leksikon tembang mideur yang berupa kata dan berkategori nomina, 5 leksikon tembang mideur mideur yang berupa frasa dan berkategori verba, 18 leksikon perkakas tradisional bersawah yang berupa kata, 1 leksikon perkakas pertanian tradisional bersawah yang berupa frasa berkategori nominal, 6 leksikon padamel berupa frasa

110

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berkategori verbal, 8 leksikon hewan berupa frasa yang berkategori adjektival, dan 7 leksikon lahan berupa frasa yang berkategori adjektival.

Sementara itu, dalam cerminan kearifan lokal hubungan vertikal yaitu, hubungan antara pergaulan antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat harus harus dilandasi sikap tri tangtu pandangan orang Sunda silih asih, silih asah, silih asuh, yaitu saling mengasihi, saling meningkatkan kepandaian dalam berlomba mengejar kebaikan, dan saling memperingatkan antara sesamanya, serta pembagian istilah dalam masyarakat bahwa manusia merupakan makhluk eling yaitu manusia sebagai khalifah yang mempunyai peran, tugas, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Kemudian hewan dan binatang dengan istilah makhluk nyaring serta tumbuhan dan benda lainnya sebagai makhluk cicing.

Pandangan tersebut tercermin dalam kedisiplinan waktu yaitu dalam waktu pelaksanaan mideur yang dilakukan pada pukul 06.00 hingga pukul 10.00 atau sering disebut wanci pegat sawed, yaitu selesainya kegiatan mideur yang ditandai dengan dilepasnya sawed (tali yang diikatkan di leher kerbau). Waktu ketika kerbau beristirahat setelah bekerja dan waktu beristirahat bagi pekerja setelah membajak. Hubungan tersebut merupakan kearifan lokal yang tercermin bahwa sesama makhluk hidup harus saling mengasihi, yaitu ditandai dengan waktu jam kerja jika menggunakan kerbau hanya berdurasi lebih kurang selama 3 jam. Adanya rasa saling menyayangi dan menghargai sesama makhluk hidup serta keseimbangan hubungan antara kebutuhan rohani juga dengan menjaga kelestarian alam sekitarnya, karena hal tersebut merupakan hubungan berkesinambungan yang tak dapat dipisahkan.

Selain itu, cerminan yang terdapat dalam leksikon-leksikon perkakas bersawah, hanpir semua leksikon perkakas tersebut memiliki konsep ramah lingkungan serta mencerminkan kearifan lokalnya melalui bahan-bahan yang digunakan dan masih sederhana serta cara pembuatan yang masih menggunakan pengetahuan tradisional

111

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Selama melaksanakan penelitian ini, banyak ditemukan beberapa kendala teoretis dan teknis. Kendala teoretis tersebut berkaitan dengan keterbatasan data yang ditemukan di lapangan sehingga peneliti kurang maksimal dalam merumuskan teori dalam penelitian ini. Sementara itu, kendala teknis dalam penelitian ini adalah terbatasnya informan sehingga data yang ditemukanpun terbatas. Oleh sebab itu, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. 1) Penelitian ini cukup menarik jika fokus serta kompleksnya data dan informan,

sehingga data akan lebih kaya.

2) Para ahli waris dan masyarakat diharapkan dapat melestarikan leksikon-leksikon yang masih dapat ditemukan dalam wacana mideur, sehingga keberadaannya tidak punah seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi.

3) Secara lebih luas, pemerintah seyogyanya dapat melihat peristiwa budaya warisan nenek moyang yang memiliki banyak nilai kearifan lokal dan dapat melihat dalam perspektif keilmuan dan komprehensif.

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Afidah, Nuri Novianti. 2012. Mantra Dangdan Banjarsari: Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari. Bandung: tidak diterbitkan.

Agustina, Nurshopia. 2013. Cermin Budaya Dalam Leksikon Perkakas Pertanian Dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban. Bandung: tidak diterbitkan. Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Darpan, dkk. 2013. Kompendium Istilah: Sistem Pertanian Masyarakat Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Ekadjati, Edi S. 1993. Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). Bandung: Pustaka Jaya.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad.

Hidayat, Rachmat Taufiq, dkk. Peperenian Urang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara Yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur: Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia.

Idris, Nuny Sulistiany. 2012. Handout Perkuliahan Metode Penelitian Linguistik. Bandung: tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. 1970. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

113

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Komunikasi: Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Melisa, Indah. 2013. Konsep Regenerasi Bertani dalam Leksikon Upacara Adat

Ngarot Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Bandung: tidak

diterbitkan.

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Pamelasari, Novi. 2013. Kandungan Nilai Kearifan Lokal dalam Leksikon Batik Trusmi. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahayu, Widya Triagustina. 2005. Tradisi Lisan Lagu-Lagu Ngahurip pada seni

Terbang Masyarakat Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Bandung: tidak

diterbitkan.

Ramlan, M.1996. Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: C.V. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shapira, Nurul. 2013. “Leksikon Makanan dan Peralatan dalan Upacara Adat Wuku Taun di kampung adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung”. Prosiding. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. PODA: Medan.

Soeganda, R. Akip Prawira. 1982. Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung.

Sumardjo, Jakob. 2009. Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Bandung: Kelir. Sunarti. 2006. Sintren Brebes Kecamatan Banjarharjo: Struktur Lagu, Konteks

Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Transisi. 2009. Ancaman Kedaulatan Pangan: Politik Pangan Menuju

Kedaulatan Pangan yang Berbasis Kearifan Lokal. Malang: In-Trans Institute.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

113

Noorlita Yulianti, 2014

Cermin kearifan lokal dalam wacana mideur:Studi antropolinguistik di kampung nusa, Kecamatan cimanggung, kabupaten sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda. Bandung: Depdikbud.

Yulianti, Noorlita. 2012. Nyanyian Mideur Kajian Sastra Lisan: Struktur, Konteks Penuturan, Dan Fungsi. Bandung: tidak diterbitkan.

Dokumen terkait