5.1Simpulan
Emotional intelligence memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-regulated learning pada siswa kelas Akselerasi di SMA “X”, Bandung. Dengan kata lain, semakin tinggi emotional intelligence maka semakin tinggi pula self-regulated learning yang dimiliki oleh siswa kelas Akselerasi di SMA “X”, Bandung, begitu pula sebaliknya.
Faktor sosial yang berpengaruh terhadap self-regulated learning pada siswa kelas Akselerasi di SMA “X” Bandung adalah guru, dalam hal penghargaan yang diberikan guru terhadap prestasi siswa dan teguran yang diberikan guru jika siswa mendapatkan nilai dibawah KKM; orang tua, dalam hal pemberian standar nilai; dan teman, dalam hal keaktifan untuk bertanya kepada guru dan pengaruh ajakan untuk bermain. Saat guru memberikan penghargaan kepada murid atas prestasi yang didapatkan siswa, misalnya melalui pujian, siswa merasa bahwa hasil belajarnya tidak sia-sia dan semakin termotivasi untuk membentuk SRL yang lebih tinggi. Selain itu, saat siswa mendapatkan teguran yang sesuai karena nilai dibawah KKM, siswa merasa termotivasi dan mendapatkan perhatian dari guru sehingga membantu siswa membentuk SRL yang tinggi. Saat siswa mendapatkan standar nilai yang jelas dari orangtua, hal ini membuat siswa juga memiliki target nilai yang jelas sehingga membantu siswa untuk membentuk SRL yang tinggi. Selain itu, saat siswa
89
Universitas Kristen Maranatha menghayati bahwa teman sekelasnya aktif bertanya kepada guru, siswa juga akan termotivasi dan tidak malu-malu untuk aktif bertanya kepada guru sehingga membantu membentuk SRL yang tinggi. Akan tetapi, faktor pentingnya pertemanan bagi remaja, dapat menghambat terbentuknya SRL yang tinggi karena siswa menjadi sulit untuk menolak ajakan teman dalam bermain.
Faktor lingkungan kelas, yaitu kenyamanan kelas yang dihayati oleh siswa dalam kegiatan belajar, memiliki pengaruh terhadap self-regulated learning pada siswa kelas Akselerasi di SMA “X”, Bandung. Saat siswa menghayati bahwa kelasnya tidak nyaman untuk mereka belajar, menyebabkan mereka cepat bosan dan tidak berkonsentrasi dalam proses belajar sehingga dapat menyebabkan terbentuk SRL yang rendah.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis:
Lakukan penelitian dengan responden siswa kelas Akselerasi yang lebih banyak sehingga nilai korelasi secara statistik dapat lebih mewakili populasi di lapangan.
5.2.2 Saran Praktis:
Guru BK diharapkan membantu siswa kelas Akselerasi dalam meningkatkan
emotional intelligence, khususnya dalam hal mengelola emosi negatif
(kecewa, marah, khawatir, dan bad mood) dan memotivasi dirinya sendiri (mengendalikan keinginan diri sendiri yang dapat menghambat belajar) agar
90
Universitas Kristen Maranatha siswa mampu untuk mengatasi masalah emosi, memotivasi diri, berkonsentrasi dalam belajar meski emosinya sedang buruk, dan memprioritaskan kegiatan belajar untuk mencapai targetnya. Guru BK dapat memberikan materi dan pelatihan untuk membantu siswa dalam mengenali emosi, dampak emosi tersebut bagi kegiatan belajar, membantu siswa untuk menemukan cara-cara yang efektif untuk mengendalikan emosi dan memotivasi diri, serta memberikan materi tentang membina hubungan dan memperbanyak kegiatan kelompok untuk meningkatkan kemampuan sosial siswa.
Guru BK diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan
self-regulated learning siswa dengan cara memberikan pengertian bahwa dalam
mencapai target, dibutuhkan perencanaan target dan cara belajar, kontrol terhadap usaha, waktu, dan konsentrasi selama belajar, dan diperlukan motivasi intrinsik untuk belajar serta melakukan evaluasi terhadap proses belajar dan target agar siswa akselerasi mampu merencanakan target dan usaha untuk pelajaran selanjutnya.
Siswa kelas Akselerasi diharapkan mendapatkan informasi bahwa emotional
intelligence berkaitan dengan self-regulated learning sehingga siswa dapat
mengerti saat dirinya kurang mampu dalam mengelola emosi negatif dan memotivasi dirinya sendiri, maka hal ini dapat memengaruhi siswa dalam dirinya membuat target dan strategi belajar, melakukan kontrol dan berkonsentrasi dalam belajar, dan melakukan evaluasi terhadap hasil belajar yang telah dicapai serta menetapkan perencanaan belajar yang berikutnya.
91
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Boekaerts, Monique. Pintrich, Paul R. & Zeidner, Moshe. 2000. Handbook of
Self-Regulation. California, USA: Academic Press.
Goleman, Daniel. 1997. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting
Daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunarsa, Singgih D. dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa. (Ed). 2008. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
(Online). (http://books.google.co.id, di akses 15 November 2014)
Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi. A-Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi. Montalvo, F.T., dan Torres, M.C.G. 2004. Self-regulated Learning: Current and
Future Direction. Electronic Journal Research in Educational Psychology. 2. 1. 145-156.
Pekrun. R, Goetz. T, Titz. W, & Perry. R.P. 2002. Academic Emotions in
Student’s Self-Regulated Learning and Achivement: A Program of
Qualitative and Quantitative Research. Educational psychologist 37. (Online). 2. 91-106. (Online). (http://kops.ub.uni-konstanz.de, diakses tanggal 13 Februari 2014)
Santrock, John. W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius. (Online). (http://books.google.co.id, di akses 15 November 2014)
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Peneltian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
92
Universitas Kristen Maranatha Zimmerman, B. 1989. A Social Cognitive View of Self Regulated Academic
Learning. Journal of Educational Psychology, 3, 329-339.
Zimmerman and Schunk. 2011. Handbook of Self-regulation of Learning and
93
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Andhiny, Dyan Getmy. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Kecerdasan Emosional
pada Siswa SMP kelas VIII (Penelitian terhadap Siswa SMA “X” Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas
Psikologi Maranatha.
Andriyanti, Franciska Trinoviana. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Self
Regulation pada Mahasiswa yang mengontrak Usulan Penelitian Lanjutan sambil Bekerja Fakultas “X” Universitas “Y” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Maranatha.
Asosiasi CI+BI Nasional. (Online). (http://asosiasicibinasional.wordpress.com, diakses 4 September 2013,10 November 2014)
Gandwinatan, Rita. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Fase
Performance dalam Bidang Akademik pada Siswa Kelas X SMAK “Y” di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education, 3rd ed. New York: McGraw-Hill
Intania, Maria Christofanny. 2011. Penelitian Deskriptif Mengenai
Self-Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa Semester III Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Ningsih, Siti Habsyah. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Kecerdasan Emosional
pada Siswa Akselerasi di SMA Negeri “X” Bandung. Metodologi Penelitian
Lanjutan. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Pratiwi, A.P. 2009. Hubungan antara Kecemasan Akademis dengan
Self-Regulated Learning pada Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 3 Surakarta. Skripsi. Semarang: Fakultasi Psikologi
Universitas Diponegoro. (Online). (http://eprints.undip.ac.id/10519/ 1/PDFM2A005001.pdf, diakses 25 Februari 2013)