• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti jawaban dari permasalahan yang telah dikaji. Simpulan tersebut adalah sebagai berikut :

A. SIMPULAN

Di Ujung Genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan di mana sekitar tahun 1997 pemerintah mengalokasikan bantuan berupa kemudah memperoleh perahu yang terbuat dari fiber. Yang awal mulanya menggunakan perahu kayu kemudian bermesin yang sangat sederhana bahkan masih banyak yang tidak memakai mesin. Pada tahun 1997 pemerintah menggelakan, tujuannya untuk meningkarkan hasil penangkan ikan nelayan yang memang pada sekitar tahun 1990-an ik1990-an di Ujung Genteng s1990-angat melimpah, mak1990-anya pada tahun 1997 pemerintah mengalangkan penggunakan perahu fiber yang dimana perawatanya lebih mudah dan punya keunggulan kecepatan. Selain itu menggunakan mesin tempel supaya penangkapan ikan nelayan makin melimpah dikarenakan itu pada tahun itu merupakan awal dimana hasil tangkan ikan nelayan mulai di Ekspor keluar Negeri. Dengan adanya hal tersebut masyarakat sangat terbantu dimana hasil tangkapan nelayan yang melimpah tidak akan lagi kesulitan untuk menjual karena seberapa banyak hasil tangkapan nelayan akan siap menampung yang kemudian masyarakat nelayan Ujung Genteng bisa memajukan kehidupan. Nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng.

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bakul adalah orang yang mempunyai perahu sekaligus membeli dan menampung hasil tangkapan ikan nelayan Ujung Genteng. Secara umum di Ujung Genteng bakul di bagi menjadi tiga, bakul besar, bakul sedang, dan bakul kecil. Nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng. Antara bakul dengan nelayan buruh saling membutuhkan dimana para bakul memerlukan nelayan untuk mengoprasikan perahunya dan mendapatkan hasil, sebaliknya nelayan memerlukan perahu dan modal besar untuk melaut dan mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya untuk melaut sangat lah tinggi bagi masyarakat nelayan kecil yang tidak mempunyai modal yang besar sangat sulit untuk melaut dengan modal sendiri makanya dengan adanya bakul terbantu walaupun sebenarnya tidak seluruhnya membantu karena banyak hal yang tidak menguntungkan terutama bagi nelayan kecil seperti pembagian hasil.

Di tiap daerah mempunya sistem pembagian hasil anatara nelayan buruh dengan pemilik kapal pasti berbeda. Di Ujung Genteng sendiri sistem pembagiannya mempunya sistem sendiri dengan kesepakatan bersama. Dimana pembagian hasil tangkapan di Ujung Genteng seperti ini, apabila perahu dengan bermesin temple, tiap perahu terdiri dari 3 pekerja nelayan buruh, jaring, pancing, bahan bakar, makanan bagi nelayan dan kebutuhan lain untuk melaut semuanya di sediakan oleh bakul, pembagian nya setelah melaut hasil tangkapan ikan dijual ke bakul yang menyediakan kapal di Ujung Genteng ada kesepakatan dimana ikan hasil tangkapan tidak bisa di jual ke sembarang orang harus di jual ke ke bakul yang perahunya dipake nelayan tersebut dan harga pun di tentukan oleh bakul, setelah hasil tangkapan ikan di jual diketahui hasil rupiahnya. Maka mulailah pembagian pertama dipotong untuk membayar pelengkapan pada saat akan pergi melaut seperti bahan bakar, makanan bagi nelayan dan kebutuhan lain, sisanya kemudia di bagi rata menjadi empat bagian apabila dalam perahu itu terdapat tiga nelayan buruh pembagiannya itu disesuaikan dengan jumlah nelayan buruh di perahu tersebut, satuan bagian untuk pemilik perahu yakni bakul tiga bagian lagi di bagi rata satu bagian satu bagian ke

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tiga nelayan tersebut. Sistem penjualan lelang di Ujung Genteng tidak berjalan semestinya,

Potensi wisata di Ujung Genteng, tak disangkal, telah menjadi nadi perekonomian penduduk di selatan Ciracap itu. Pembiaran kawasan Ujung Genteng tumbuh menjadi lokasi wisata ”liar” menguntungkan segelintir orang. Penduduk lokal tidak mendapat tempat di nirwananya sendiri dan tergeser pendatang yang berkekuatan modal. Kepemilikan tanah dari Ujung Genteng ini kebanyakan adalah milik TNI AU. Namun, masyarakat disana dapat memiliki tempat tinggal setelah memperoleh izin dari pihak TNI AU dan kepala desa setempat. Mayoritas penduduk Ujung Genteng bukanlah penduduk asli setempat. Melainkan pendatang dari berbagai daerah di sekitar Pulau Jawa dan menetap, dan kebanyakan di antaranya memiliki tempat tinggal. Pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat Ujung Genteng adalah nelayan.

B. SARAN

Ujung Genteng di jadikan sebagai pangkala pendaratan ikan bagi nelayan peribumi maupun nelayan dari luar, Ujung Genteng terjadi modernisasi dalam hal alat penangkapan ikan, nelayan Ujung Genteng tidak akan lepas dari bakul karena bakul sangat berperan penting dalam kehidupan nelayan Ujung Genteng. Penulis memiliki beberapa masukan dan saran diantaranya :

a. Diperlukan kebijakan pemerintah yang nyata dalam mengatasi masa pacaklik, salah satunya jaminan sosial. Jaminan yang dibutuhkan masyarakat nelayan tidak meminta lebih, mereka hanya memerlukan tersedianya dana kesehatan dan dana paceklik.

b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di sektor kelautan dan perikanan yang saat ini digalakkan oleh pemerintah, diharapkan bisa menurunkan angka kemiskinan nelayan di Indonesia. Melalui pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis pada sumber daya lokal, baik masyarakat maupun sumber daya alamnya, para

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nelayan dapat mengembangkan usaha sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Dengan demikian, diharapkan dapat memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya di kalangan masyarakat nelayan.

c. Pemerintah perlu mendorong sektor perbankan untuk membuka kantor kasnya di setiap Tempat Pemasaran Ikan (TPI) yang bisa mengatasi kesulitan para bakul untuk menutup tagihannya. Termasuk fungsi perbankan disini adalah menyediakan dana yang diperlukan nelayan untuk berlayar.

d. Pemerintah perlu menata dan mengelola dengan baik bangai mana tempat wisata Ujung Genteng bisa menjadi tenpat wisata yang menarik, disenangi dan di minati oleh oleh wisatawan namun masyarakatnya tetapi mempunyai kehidupan sosial yang baik.

e. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan pendalaman kesejarahan khususnya tema sejarah lokal yang berkaitan dengan tema kehidupan sosial-budaya, ekonomi, pariwisata juga struktur masyarakat. Tema mana diharapkan bisa di jadikan sebagai bahan pembelajarn sejarah lokal di tingkat Pendidikan Dasar dan pendidikan Menengah. Dikhususkan diterapkan di lembaga pendidikan formal di masyarakat Kecamatan Ciracap, umumnya Kabupaten Sukabumi.

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alma, B. (2001). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

______ . (2006). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Bakker SJ, J.W.M (1984). Filsafat Kebudayaan, Suatu Pengantar. Yogyakarta. Penerbit :Yayasan Kanisius

Geertz, Hildred. (1981). Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia (terj.), Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FS UI.

Geertz Hildred. (1981). Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu dan FFIS-UI Sosial

Ginkel, Rob van. 2007. Coastal Cultures: An Anthropology of Fishing and Whaling Traditions. Apeldoorn: Het Spinhuis Publishers.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Kuntowijoyo. (2006). Budaya Dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kusnadi. (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga.

Kluckhon, Clyde 1984. “Cermin bagi Manusia”, dalam Parsudi Suparlan (Ed.).

Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Koentjaraningrat. (1990). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi, jilid 1, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

O’dea, F. Tomas. (1992). Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press.

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mubyarto, ddk. (1984). Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: CV. Rajawali.

Rogers, Everett M.-Schumaker, Floyd F. (1987). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (terj.); Surabaya: Usaha Nasional

Satria, Arif. (2002). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo.

Shadily, Hasan. (1993). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES. Soedjito S. (1991). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri; Yogyakarta:

PT Tiara Wacana Yogya

Susanto, Astrid S. (1995). Sosiologi Pembangunan; Bandung: Penerbit PT Bina Cipta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Weiner Myron. Ed. (1994). Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, (terj.). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wertheim. W.F. (1999). Masyarakat Indonesia Dalam Transisi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

B. Dokumen

Kecamatan Ciracap. (2011). Data Profil Perencanaan Pembangunan Kecamatan Ciracap. Sukabumi.

C. Skripsi

Prihatiningrum, C. I (2011). “Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Kecamatan Bojonegara Serang Banten Tahun 1996-2007”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fitriani, R (2010). “Perekembangan Pariwisata di Pantai Pangandaran dan Dampak Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005”. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Andi Ruswandi, 2014

PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Internet

(http://ujunggenteng.webs.com) [ 27 mei 2013].

(http://sanibo.wordpress.com/2012/07/07/kemiskinan-pada-masyarakat-nelayan-di-indonesia/) [diakses tanggal 07 November 2012].

( http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-SYARIF_MOEIS/MAKALAH__8.pdf ) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012]

(http://www. indonesia.travokel /id /destination/612/pantai-ujung-genteng-sukabumi) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://sukabumikab.go.id/selayang-pandang/letak-geografis/12-selayang-pandang) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.ujung-genteng.info/) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://bappeda.sukabumikab.go.id/gu.php) [diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.bpnb-jogja.info/main/index.php?page=artikel&id=241)[diakses tanggal 30 Oktober 2012].

(http://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-tempat-pelelangan-ikan.html) [diakses tanggal 20 Desember 2012].

(http://anindyaditakhoirina.wordpress.com/2011/10/10/koperasi-unit-desa/) [diakses tanggal 20 Desember 2012].

Dokumen terkait