Tentu saja hal tersebut tidak perlu terjadi apabila BINUS Center dapat mengalihkan kelemahannya dalam bidang pengadaan kelas tersebut ke produknya yang lain, dalam hal ini adalah layanan onlinelearning berbasis IPTV yang ingin dikembangkan oleh BINUS Center. Sehingga apabila kelas tidak dapat dibuka karena faktor kuota, pihak BINUS Center dapat mengalihkan konsumennya dengan menawarkan program/produknya yang terbaru. Pada akhirnya, BINUS Center dapat menghindari opportunity loss yang selama ini dialaminya.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil studi yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa kesimpulan mengenai penerapan online learning dengan menggunakan framework IPTV di BINUS Center, yaitu:
1. Framework IPTV bukanlah sebagai pengganti dari sistem yang belajar mengajar yang sedang berjalan di BINUS Center. Online learning menggunakan IPTV ini merupakan sebagai diversifikasi produk sekaligus solusi dari gap yang dimiliki oleh BINUS Center. BINUS Center tidak harus bergantung dengan sistem kuota kelas dan melakukan negosiasi dengan instruktur sehingga menghindari kejadian penjadwalan ulang atau kemungkinan paling fatal adalah pembatalan kelas yang bisa berakibat buruk pada reputasi dan finansial BINUS Center.
2. Dari langkah-langkah yang telah dilakukan terhadap usulan pembelajaran online IPTV ini, maka proses tersebut dapat menjadi lebih sederhana karena redundant process seperti melakukan pengecekan berulang-ulang untuk melihat status kuota kelas dan konfirmasi untuk setiap instruktur yang akan mengajar, tidak diperlukan lagi dengan adanya pembelajaran online ini (seperti ditunjukkan pada Gambar 13).
Gambar 14Rekomendasi Proses Pembelajaran Online Menggunakan Media IPTV BINUS Center
Berdasarkan proses tersebut, apabila kendala muncul, maka BINUS Center tidak perlu sampai harus membuang kesempatan bisnisnya dengan membatalkan kelas yang kuotanya tidak terpenuhi.
BINUS Center dapat memperkenalkan produk online learning-nya yang menawarkan fleksibilitas baik dari segi tempat dan waktu.
1. Layanan online learning berbasis IPTV memungkinkan subscriber untuk dapat melakukan sneak peek, yaitu subscriber dapat melihat preview dari modul-modul
pembelajaran yang ditawarkan oleh BINUS Center dalam bentuk video preview yang disertai dengan penjelasan-penjelasan lengkap mengenai apa yang ingin dicapai oleh learning module tersebut. Sehingga diharapkan customer dapat lebih tertarik dan lebih mengerti mengenai learning module yang ditawarkan oleh BINUS Center.
2. Dengan mengedepankan fitur call instructor layanan pembelajaran online berbasis IPTV mampu menjembatani para peserta didik yang terkendala jarak dan waktu, sehingga layanan ini memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif dua arah antara peserta dengan instruktur.
Dengan cara seperti ini materi pelatihan dapat tersampaikan dan benar-benar dipahami oleh peserta.
Saran-saran yang diajukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran online menggunakan IPTV, yaitu:
1. BINUS Center dapat mengembangkan bisnis Learning Center dalam industri Online Learning IPTV dengan bertindak sebagai content provider atau service provider.
a. Jika BINUS Center memilih untuk menjadi content provider maka BINUS Center harus melakukan kerja sama pada pihak ketiga sebagai penyedia infrastruktur untuk mendukung layanan IPTV. BINUS Center dapat bekerja sama dengan IPTV serviceprovider yang telah memiliki pangsa pasarnya sendiri. Sebagai contoh, telah banyak serviceprovider yang memiliki topologi yang kuat pada tempat-tempat yang strategis, misalnya apartemen, kost-kostan, dan lainnya. Kerja sama tersebut dapat berupa pembagian persen keuntungan atau tipe kerja sama lainnya yang disepakati oleh kedua belah pihak. Jika BINUS Center telah memiliki topologi yang kuat, maka yang perlu difokuskan hanya pada pengembangan layanan-layanan (content) yang dilakukan dengan metode ADDIE.
Setelah content dikembangkan maka BINUS Center dapat memberikan content tersebut untuk dijual oleh service provider. Secara finansial, alokasi biaya untuk pengembangan modul pembelajaran online diasumsikan sebesar RP20.000.000,00 per tahun dan pembagian hasil sebesar 30% untuk BINUS Center.Dengan potensi rata-rata 200 customers yang menggunakan layanan ini, maka dapat diproyeksikan potensi revenue selama lima tahun adalah Rp. 46,000,000 pada tahun pertama, Rp. 50,290,000 pada tahun kedua, Rp. 54,858,850 pada tahun ketiga, Rp. 59,724,675 pada tahun keempat, dan Rp.
64,906,779 pada tahun kelima.
b. Sebagai service provider atau single investor berarti BINUS Center harus menyediakan semua services mulai dari perangkat keras sebagai pendukung layanan dan juga content sebagai isi layanan yang akan digunakan. Seiring dengan penyediaan perangkat, BINUS Center dapat melakukan instalasi jaringan (topologi) pada titik-titik yang sudah ditentukan untuk mendukung layanan. Dari sisi service, BINUS Center juga dapat fokus pada content sebagai selling point(dikembangkan menggunakan ADDIE).
BINUS Center juga harus menyediakan operator atau instruktur yang dapat dipanggil dengan menggunakan aplikasi IPTV pada jam-jam kerja. Sehingga dapat memungkinkannya tercipta komunikasi dua arah antara instruktur dansubscriber. Jika sisi infrastruktur, arsitektur dan layanan content telah terpenuhi maka BINUS Center hanya tinggal melakukan maintenance terhadap perangkat dan juga service yang diberikan.
Secara finansial, investasi awal untuk opsi ini jauh lebih besar (539 juta rupiah untuk pangsa pasar BINUS Square, dan 558,5 juta rupiah untuk pangsa pasar tempat kos di sekitar BINUS), akan tetapi masih berada dalam rentang waktu yang dikehendaki untuk pengembalian modal, yaitu di bawah tiga tahun.
2. Layanan dan konten online learning IPTV dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan bisnis BINUS Center, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan live streaming untuk modul-modul yang memang diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, dilengkapi pula oleh penyempurnaan fitur reporting system pada Learning Management System (LMS) yang dibangun.
3. Modul pembelajaran yang dibentuk dengan metode ADDIE perlu disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan memperhatikan struktur objek pembelajaran dan instruktur diharapkan dapat ikut terlibat di dalam proses penyusunannya sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut bisa dicapai dengan sempurna.
4. Pengembangan modul pembelajaran dengan metode ADDIE melalui media IPTV dapat digunakan untuk penyusunan materi pembelajaran lainnya, tidak terbatas pada materi English for Business, tapi materi pembelajaran lainnya yang memiliki nilai jual yang strategis yang dimiliki BINUS Center sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing dalam industri online learning dan revenue BINUS Center.
DAFTAR PUSTAKA
Advanced Distributed Learning/ADL. (2003). Retrieved on April 10, 2011, from http://www.adlnet.org.
Boyle, T. (2003). Design Principles for Authoring Dynamic, Reusable Learning Objects. Australian Journal of Education Technology (AJET), 19(1), pp. 46-58
Bruegge, B. & Dutoit, A. H. (2003). Object - Oriented Software Donoso, Y. (2009). Network Design for IP Convergence. Boca Raton, Florida: Auerbach Publications.
Engineering : Using UML Pattern and Java. 2nd Edition. Prentice Hall. ISBN-13: 978-0130471109.
Caladine, R. (2008). Enhancing E-Learning with Media-Rich Content and Interactions. Hershey, New York: IGI Global.
Cisco Systems. (1999). Reusable Information Object Strategy: Definition, Creation Process and Guidelines for Building. Retrieved October 21, 2011, from Cisco:
http://www.cisco.com/warp/public/779/ibs/solutions/learning/whitepapers/el_cisco_rio.pdf Cotton, D., Falvey, D., & Kent, S. (2006). Market Leader: Elementary Business English Course Book.
Edinburgh: Pearson Education Limited.
Djenga, J. K. (2005). Instructional Design Process in a Web-Based Learning Management System:
Design, Implement and Evaluation Issues.
Ghani, N., Toor, H., & Hussain, Z. (2012). Improvements in the Current Setup of Distance Learning in Pakistan through IPTV. International Journal of Computer Applications (0975 – 8887), 12-19.
Grafinger, D. J. (1988). Basic of Instructional System Development. Alexandria, VA: American Society for Training and Development.
Harriman, G. (2004). ADDIE Instructional Design at Gray Harriman.com. Retrieved May 1, 2011,
from ELearning Resources at Gray Harriman.com:
http://www.grayharriman.com/ADDIE.htm
Hawker, J. (2005). The Use of IPTV Solutions to Provide Education On Demand. Proceedings of The Second International Conference on e-Learning for Knowledge-Based Society. August 4-7, 2005. Bangkok, Thailand.
Held, G. (2007). Understanding IPTV. Boca Raton, New York: Auerbach Publications.
Holsapple, C. (2003). Knowledge and its attributes. In C. Holsapple, Handbook on Knowledge Management. Berlin: Springer.
Holsapple, C. W. (2005). The inseparability of modern knowledge management and computer-based technology. The Journal Of Knowledge Management, 42-52.
Holsapple, C., & Winston, A. (1996). Decision Support Systems – A Knowledge-based Approach.
IEEE LTSC. (2000). LOM Working Draft v4.1. Retrieved October 20, 2011, from IEEE:
http://ltsc.ieee.org/doc/wg12/LOMv4.1.htm
Lujara, S. K. (2010). Development of e-Learning Content and Delivery for Self Learning Environment Case of Selected Rural Secondary Schools in Tanzania. Karlskrona, Sweden:
Blekinge Institute of Technology.Indonesia, M. P. (2009).
Kearns, K. P. (1992). From Comparative Advantage to Damage Control : Clarifying Strategic Issues Using SWOT Analysis. Nonprofit Management & Leadership. 3(1). pp 3-21.
Kirkpatrick, D. L. (1967). Evaluation of Training. In R. L. Craig & L.R. Bittel (eds) : Training and Development Handbook. McGraw-Hill. New York.
Liang, Z. X., L. Quan, Y. Jie, & S. X. Juan. (2008). Education IPTV for e-Learning in Rural Area.
International Symposium of Information Science and Engineering. Wuhan, China.
Learning Objects From Theory To Practice. The Internet and Higher Education, Volume: 5, Pages:
21-34.
Ma, M., Ma, Y., & Wang, J. (2008). The Implementation and Application of IPTV Supported on Pull Mode of P2P. IEEE Computer Society.
Matiassen, L., Munk-Madsen, A., Nielsen, P. A., & Stage, J. (2000). Object Oriented Analysis &
Design. Aalborg: Marko Publishing.
McGreal, R., & Roberts, T. (2001). A primer on metadata for learning objects: Fostering an interoperable environment. E-Learning, 2(10), 26 - 29. Retrieved October 20, 2011, from http://auspace.athabascau.ca/bitstream/2149/231/1/Primer metadata.doc
Nahapiet, J., & Ghoshal, S. (1998). Social capital, intellectual capital, and the organizational advantage. In J. Nahapiet, & S. Ghoshal, Academy of Management Review (pp. 23(2), 242-266).
Omnitele (2006). Internet Protocol Television (IPTV) : Current Status and Development in The Near Future. Technical Report of Omnitele Ltd.
Parker, M. M., Benson, R. J., & Trainor, H. E. (1988). Information Economics: Linking Business Performance To Information Technology. Englewood Cliffs (NJ): Prentice Hall.
Paulsen, M. F. (2003). Experiences with Learning Management Systems in 113 European Institutions.
Educational Technology & Society, 6 (4), 134-148.
Pearce II, J. A. & R. B. Robinson Jr. (1998). Strategic Management. Third Edition. Richard D. Irwin.
Illionis.
Polsani, P. R. (2003). Use and Abuse of Reusable Learning Objects. Journal of Digital Information, Vol 3, No 4 .
Porter, M. E. (2008, January). HBR - The Five Competitive Forces That Shapes Strategy. Retrieved 20 October 2011, from Harvard Business Review: http://www.ascendcfo.com/pdfFiles/HBR-The Five Competitive Forces That Shape Strategy.pdf
Ramirez, D. (2008). IPTV Security Protecting High-Value Digital Contents. Southern Gate, Chichester: John Wiley & Sons Ltd.
Ras, E., Memmel, M., & Weibelzahl, S. (2005). Integration of e-Learning and Knowledge Management – Barriers, Solutions and Future Issues. Professional Knowledge Management, Lecture Notes in Artificial Intelligence (Vol. 3782) (pp. 155-164). Berlin: Springer .
Reigeluth, C. M. (1999). What is Instructional Design Theory and How is it Changing? In Instructional-Design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional Theory.
Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates .
Santos, T. D., D. T. D. Vale, & L. G. P. Meloni. (2006). Digital TV and Distance Learning : Potentials and Limitations. 36th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. October 28-31, 2006. San Diego, CA.
Schiffman, L. G. & L. L. Kanuk. (2007). Consumer Behavior. 9th Edition. Prentice Hall. New Jersey Sortrakul, T. & N. Denphaisarn. (2009). The Evolution of Instructional System Design Model. The
Sixth International Conference on eLearning for Knowledge-Based Society. 17-18 December 2009. Thailand.
Smith, R. S. (2004). Guidelines for Authors of Learning Objects, The New Media Consortium NMC.
Retrieved October 20, 2011, from http://www.colombiaaprende.edu.co/html/mediateca/1607/articles-172780_archivo.pdf
Tavangarian, D., M. Leypold, Nolting, K., R¨oser, M., Voigt, D., (2004). Is e-Learning the Solution for Individual Learning. Electronic Journal of e-Learning 2 (2), 273–280.
Thompson, A. A., A. J. Strickland III, J. E. Gamble. (2005). Crafting & Executing Strategy : The Quest for Competitive Advantage, 16th ed. McGraw-Hill. New York.
Ward, J. & J. Peppard. (2002). Strategic Planning for Information System. 3rd ed. John Wiley and Sons Ltd. Southern Gate, Chichester.
West, R., G. Waddoups, & C. Graham. (2006). Understanding The Experience of Instructors as They Adopt a Course Management System. Educational Technology Research and Development.
55(1), pp 1-26.
Wieseler, W. (1999). RIO: A Standards-based Approach for Reusable Information Objects. San Jose:
CIsco System.
Wiley, D. A. (2000). Connecting Learning Objects to Instructional Design Theory: A Definition, a Metaphor, and a Taxonomy. The Instructional Use of Learning Objects. Retrieved October 20, 2011, from http://reusability.org/read/chapters/wiley.doc
Yuzer, T. V., & Kurubacak, G. (2011). Integrating Internet Protocol Television (IPTV) in Distance Education: A Constructivist Framework for Social Network
RIWAYAT PENULIS
Jeffri Irwansyah lahir di Langsa pada 20 September 1985. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknologi Informasi pada tahun 2008. Saat ini penulis bekerja sebagai Procurement Service Analyst di Mobil Cepu Ltd.
Ardian Setiadi lahir di kota pada9 Juni 1981. Penulis menamatkanpendidikan S1 di Universitas Tarumanagara dalam bidang Teknik Elektro pada 2004. Saat ini bekerjasebagai IT Officer di Bank Dunia Jakarta.