OPTIMALISASI PERAN KOMUNIKASI POLITIK DALAM PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK
4. Simpulan dan Saran 1. Simpulan
Pilkada serentak merupakan ikhtiar bangsa Indonesia untuk menguatkan konsolidasi demokrasi.
Dalam praktiknya, membutuhkan peran serta semua pihak untuk meminimalisir segala potensi yang bisa menyebabkan kegagalan penyelenggaraanya. Demokrasi senantiasa membutuhkan partisipasi masyarakat agar daya tahan demokrasi sendiri tidak artifi sial dan elitis. R.A Dahl (1982), telah mengingatkan
bahwa demokrasi memang senantiasa melibatkan dua variabel yakni kontestasi dan partisipasi. Keduanya bisa menjadi ukuran bagaimana kualitas demokrasi elektoral diselenggarakan. Jika masyarakat merasa menjadi bagian dalam laju perubahan maka sudah barang tentu bisa menjadi modal sosial dan modal politik yang signifi kan. Partai harus melibatkan konstituen dalam proses kandidasi, jangan biarkan pilkada selalu dikelola dengan cara elitis seperti politik dinasti dan pola politik patronase yang abai dengan proses pelibatan publik dalam setiap tahapannya.
Daya tahan membutuhkan kemampuan seluruh aktor elite untuk akrab dengan proses dialektika relasional. Leslie Baxter dan Barbara Montgomery (1996) menggambarkan dialektika relasional sebagai situasi yang dicirikan oleh ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara impuls-impuls yang kontradiktif.
Berbagai isu bergulir dan menjadi dinamika sekaligus indikator untuk mengukur performa pihak lawan.
Tetapi dialektika yang dilakukan para kandidat, tim sukses, relawan dan para pendukung harus menghormati etika, hukum dan keadaban publik.
Bukan sebaliknya destruktif dan memecahbelah kebhinekaan. Hoax dan propaganda di media sosial dan media massa menjadi contoh nyata, pertarungan opini dan informasi kerap menjurus pada kerusakan bukan menguatkan daya tahan demokrasi.
Oleh karenanya, para kandidat, tim sukses, relawan, para penyelenggara
Pilkada dan juga warga harus memiliki daya tahan memadai dalam menyikapi ragam komunikasi dan informasi yang beredar sepanjang penyelenggaraan pilkada.
4.2. Saran
Semua pihak baiknya tak sekedar memosisikan komunikasi hanya dalam peran instrumentalnya. Sekedar
“pemadam kebakaran” di saat caci maki, rumor, gosip, berita palsu dan ujaran kebencian berhamburan di kanal-kanal komunikasi warga. Hanya menjadi alat dalam loby, negosiasi, safari politik, unjuk rasa atau pun unjuk kekuatan. Komunikasi memiliki makna substansial yang sedari awal
harusnya dipahami dan diposisiskan sebagai prioritas dalam bekerjanya keseluruhan fungsi-fungsi politik.
Komunikasi mengembangkan niat baik, pemahaman bersama yang harus dikelola secara berkelanjutan.
Faktanya, realitas demokrasi selalu berisik dan menghadirkan perbedaan sebagai keniscayaan. Komunikasi membuka ruang untuk bersepakat (zone of possible agreement) yang memungkinkan setiap kepentingan dan perbedaan bisa bertemu, berdialog, berdialektika bahkan menjadi konsensus bersama.
Syaratnya, tatakelola komunikasi harus diperkuat dan menjadi agenda prioritas bersama.***
Daftar Pustaka
Adam Przeworski. 1995. Sustainable Democracy. Chicago: Univerity of Chicago Andreski, Stanislav . 1968. Kleptocracy or Corruption as a System of Government. In Stanislav Andreski. The African Predicament: A Study of Pathology of Modernism. New York: Artherton
Boyd Barret, Oliver and Chris New Bold. 1995. Approach to Media A Reader.
New York : Maryin’s press Inc.
Bavelas, Janet Beavin, Nicole Chovil and Jennifer Mullett. 1990. Equivocal Communications. Newbury Park, CA: Sage
Baxter, Leslie and Montgomery, Barbara. 1996. Relating Dialogues and Dialectics.
New York: Guilford Press
Cox, Gary W. 1997. Making votes count. Cambridge Cambridge University Press.
Crick, Bernard. 2000. Essays on Citizenship. London and New York: Continuum Greenawalt, Kent. 1996. Fighting Words: Individuals, Communities, and Liberties of Speech. Princeton Univeristy Press
Hartley, John. 1992. Politics of Picture : The Creation of the Public in the Age of Popular Media. New York: Routladge
Larson, Charles U. Persuasion : Reception and Responsibility, California : Wardsworth Publishing Company, 1992
McNair, Brian. 2011. An Introduction to Political Communication. New York:
Routledge
Petronio, Sandra. 2002. Boundaries of Privacy: Dialectics of Disclosure. USA: State Of University New York Press
Pfau, Michael & Roxanne Parrot, Persuasive Communication Campaign, Massachussets: Allyn and Bacon, 1993
Pfau, M. (1997). The inoculation model of resistance to infl uence. In G. A.
Barnett & F. J. Boster (Eds.), Progress in communication sciences: Advances in persuasion. Greenwich, CT: Ablex.
Pickard, Robert G. 1989. Media Economic Concept and Issues. California: Sage Publications, Inc
Roger, EM & Storey J.D, Communication Campaign. dalam C.R. Berger &
S.H Chaffee (eds.), Handbook of Communications Science, New Burry Park, CA : Sage, 1987
Nicholas, Richard A. 2005. The Eucharist as the Center of Theology. USA:
American University Studies
Shoemaker, Pamela J and Stephen D. Reese. 1996. Mediating The Messages Theories of Infl uences on Mass Media Content, New York, Longman
Stanyer. James. 2007. Modern Political Communication. Cambridge: Polity Press Slater, Dan. Indonesia’s Accountability Trap: Party Cartel and Presidential Power after Democratic Transition. In Shouteast Asia Program Publications at Cornell University. No.78 (Oct., 2004)
West, Richard and Turner, Lynn H.2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Ward, Ian and Cahill, James. 2009. Old and New Media: Blogs in The Third Age of Political Communication. AUS: The University of Quensland
Wood, Julia T. 2004. Communication Theories in Action. Australia: Thomson
Sumber online:
http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/hoax
Jhonson, Paul. 1997. “What is Wrong with the Media and How to Put it Right”.
Diakses dari www.aei.org
Sumber lainnya:
Barnett (Eds.). Progress in communication sciences. (Vol. 13, pp. 133–171).
Norwood, NJ:Ablex
Data Survei Litbang KOMPAS di DKI, 7-15 Desember 2016
Hart, Roderick and Don M. Burks.1972. “Rhetorical Sensitivity and Social Interaction,” Speech Monographs 39
Ismail Fahmi. Makalah Seminar. Memerangi Hoax Melalui Situs Kolaborasi Cross Check. Di Sekjen DPR-RI (9/2/2017)
Ifanta, Dominic, Teresa A. Chandler and Jill E.Rudd. 1989. “Test of an Argumentative Skill Defi ciency Model of Interpousal Violence,” Communication Monographs 26
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). 2011. Panduan Sosialisasi Literasi Media Televisi.
Keane, John. 1998. “The Humbling of the Intellectual, Public life in the Era of Communicative Abundance” dalam Times Literary Supplement.28 Agustus
KAJIAN KRITIS POLITIK DINASTI