• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ini akan memaparkan simpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian pada Bab IV.

A. Simpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, dapat dirumuskan beberapa simpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Pertama, tawuran antar pelajar yang terjadi di Kabupaten Sukabumi bagian utara terjadi dikarenakan permusuhan, pertikaian atau konflik yang terdapat di antara kelompok-kelompok pelajar yang berbeda sekolah. Tawuran antar pelajar sudah menjadi kebiasaan bagi kelompok-kelompok pelajar yang memiliki sejarah permusuhan di Sukabumi. Tidak ada yang mengetahui bagimana penyebab awal permusuhan antar kelompok yang berlainan sekolah tersebut dapat terjadi. Namun, secara umum penyebab tawuran antar pelajar di Sukabumi berlangsung dikarenakan terdapatnya konflik atau dendam antar kelompok yang berlainan sekolah yang terus diwariskan. Penyebab lain, yaitu input pelajar yang masuk ke SMK, memiliki masalah perekonomian dan keharmonisan keluarga, solidaritas kelompok yang tidak pada tempatnya, masalah angkutan umum yang seringkali tidak mau menaikkan para pelajar yang bergerombol, sehingga para pelajar tersebut terkumpul dalam kelompok masa di suatu tempat atau titik tertentu, sekolah tidak melaksanakan proses belajar mengajar (KBM) secara penuh, kurangnya penerapan disiplin di sekolah, kurangnya penerapan akhlak mulia, perlengkapan sarana dan prasarana yang kurang yang memadai, letak geografis antara sekolah dengan rumah, terdapat campur tangan alumni, terdapat campur tangan preman, spontanitas atau kondisional, pemakaian atribut sekolah oleh pelajar dari sekolah lain atau orang di luar sekolah, pertahanan pelajar dari

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serangan kelompok lain, konsep diri yang rendah. Tawuran antar pelajar yang terjadi di Kabupaten Sukabumi bukan lagi kenakalan remaja biasa. Akan tetapi. terjadi pergeseran karena tawuran yang terjadi selalu sampai ke ranah hukum hal tersebut disebabkan kenakalan yang dilakukan sudah termasuk ke dalam tindak pidana murni.

Kedua, proses para pelajar menjadi anggota kelompok yang terjadi pada pelaku tawuran bersifat alamiah dan didasari karena kedekatan letak rumah atau tempat tinggal, minat yang sama, dan satu tempat tongkrongan. Selain itu, keikutsertaan pelajar menjadi anggota kelompok diawali dengan adanya ajakan yang bersifat memaksa dari anggota kelompok dan kakak kelas (senior) terhadap adik kelas (junior). Dengan demikian, para pelajar (junior) sulit menolak untuk bergabung ke dalam kelompok. Perekrutan yang dilakukan oleh senior berlangsung secara acak tergantung interaksi yang sudah berlangsung dengan juniornya. Setelah mereka saling mengenal, memudahkan para senior atau anggota lainnya untuk mengajak para pelajar bergabung. Pelajar bersedia bertahan di dalam kelompok dikarenakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan perkembangan remaja yang harus dilalui setiap pelajar. Khususnya kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh kelompok atau lingkungan sekitar, serta kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya.

Ketiga, proses pembentukan solidaritas dalam kelompok yang terjadi pada kelompok pelaku tawuran berlangsung seiring dengan proses pertumbuhan kelompok tersebut. Proses pembentukannya mulai dari interaksi yang berlangsung di antara sesama anggota kelompok, kegiatan yang dilakukan bersama-sama hingga akhirnya keterlibatan perasaan atau faktor emosional yang terjalin di antara sesama anggota kelompok tersebut. Dengan interaksi yang cukup intens dan kegiatan yang dilakukan bersama-sama memunculkan rasa solidaritas atau setiakawan yang merasa senasib sepenanggungan di dalam kelompok. Akibat dari kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan terus diulang setiap harinya, memunculkan pengalaman emosional di antara sesama anggota kelompok. Hal tersebut membuat semakin meningkatnya solidaritas yang terdapat di dalam kelompok. Dari solidaritas yang ada, menyebabkan munculnya rasa persamaan,

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa kesatuan, rasa persahabatan, rasa kepercayaan, adanya tanggung jawab bersama, rasa saling tolong-menolong, hingga saling ketergantungan satu sama lain antara sesama anggota kelompok.

Keempat, solidaritas yang terbentuk di dalam kelompok menyebabkan tawuran antar pelajar terjadi, terutama ketika terdapat ancaman dari kelompok lain terhadap kelompoknya, dan ketika terjadinya konflik yang berlangsung di antara kelompok-kelompok pelajar tersebut yang berlainan sekolah. Konflik yang terjadi di antara kelompok yang berbeda sekolah tersebut akan selalu ada, karena konflik tersebut terus dipelihara oleh kelompoknya dan dipertahankan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Solidaritas yang tinggi di dalam kelompok ditambah dengan kecintaan terhadap almamater atau sekolah akan menjadi kekuatan bagi para pelajar tersebut melakukan apapun bahkan tindakan-tindakan yang melanggar norma. Saat pelajar berada di dalam kelompok, kepribadian individu melebur menjadi kepribadian kolektif atau kepribadian kelompok.

Selain itu, tawuran antar pelajar dapat terjadi selama tidak tepenuhinya kebutuhan-kebutuhan perkembangan yang dimiliki para pelajar. Dengan demikian, solidaritas yang terdapat di dalam kelompok dijadikan sebagai pembenaran oleh pelajar dalam melakukan tawuran. Sehingga solidaritas yang ada di dalam kelompok tidak menghasilkan integrasi apapun di antara kelompok melainkan menghilangkan kontrol sosial yang dimiliki setiap pelajar dalam kelompok.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan solidaritas pada kelompok pelajar dalam mempengaruhi perilaku tawuran antar pelajar, antara lain sebagai berikut:

Pertama, dibutuhkan kesadaran mengenai pentingnya menyelesaikan konflik dengan cara damai dan bersifat konstruktif dari semua pihak yang terkait dari mulai keluarga, sekolah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepolisian, dan Pemerintah daerah untuk bekerjasama dalam meminimalisasi bahkan

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghilangkan tawuran. Langkah untuk meminimalisasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan oleh semua pihak dari mulai lingkungan terkecil atau terdekat sampai dengan lingkungan terbesar atau terluar. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

Orang tua (keluarga) harus mampu memberikan semua kebutuhan-kebutuhan perkembangan yang dimiliki remaja khususnya kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang atau kebutuhan dasar yang dimiliki para pelajar serta memberikan pendidikan yang tepat khususnya pendidikan agama dan moral yang baik dengan memberikan contoh yang patut bagi anak-anaknya. Selain itu orang tua harus mengontrol atau mengawasi perkembangan serta setiap aktivitas anak-anaknya dengan tidak melepaskan tanggung jawab tersebut kepada pihak sekolah.

Sekolah harus menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara penuh, mengadakan workshop mengenai Pendidikan Resolusi Konflik dan Pendidikan Karakter khusus bagi pelajar yang terlibat tawuran. Menciptakan iklim budaya sekolah yang kondusif dengan pembiasakan 10 ahlak mulia, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Keudayaan serta pemerintah daerah untuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah, menggunakan tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya, meningkatkan kedisiplinan sekolah dan menindak tegas para pelajar yang melanggar aturan sekolah.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan moratorium bagi pendirian sekolah swasta (yayasan). Melakukan penyuluhan, pelatihan dan workshop yang berkesinambungan terhadap tenaga pendidik dan kependidikan mengenai pelaksanaan Pendidikan Resolusi Konflik dan Pendidikan Karakter di persekolahan. Melakukan regulasi pengawasan yang jelas secara terus menerus terhadap setiap sekolah yang pelajarnya sering terlibat tawuran. Bahkan berani menutup sekolah-sekolah yang tidak mematuhi peraturan yang diberlakukan. Mengoptimalkan tugas satgas PTKP yang telah dibentuk, serta membantu pengadaan sarana terhadap sekolah-sekolah yang sarananya tidak memadai bahkan tidak layak, berkaitan dengan pengembangan potensi peserta didik. Seperti sarana olahraga, sarana kegiatan ekstrakurikuler, sarana pengembangan

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan akademik, peralatan dan perlengkapan bengkel otomotif, mesin dan laboratorium komputer dan lain-lain.

Kepolisian dan Pemerintah Daerah melakukan regulasi pengawasan yang jelas dan terus menerus terhadap semua pihak. Menindak tegas bagi pihak ataupun sekolah yang melanggar aturan. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kesadaran atau kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan berusaha untuk menghilangkan konflik antar sekolah. Bekerjasama dengan lembaga perkawinan untuk mengadakan sosialisasi mengenai pernikahan. Kepolisian harus bertindak tegas kepada semua pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tanpa pandang bulu selain itu para polisi tersebut harus melakukan kewajibannya sebagai penjaga ketertiban umum.

Kedua, keluarga dan sekolah harus sering melakukan komunikasi sehingga mampu mengarahkan dan mengawasi para pelajar tersebut berkaitan dengan lingkungan pertemanan yang dimilikinya. Memberi contoh mana yang baik dan buruk, benar dan salah, serta memberikan penekanan mengenai konsep diri yang baik. Melakukan pendekatan secara personal agar para pelajar tersebut tidak terlibat dengan lingkungan pertemanan yang kurang baik. Lingkungan sekitar atau masyarakat harus memberikan kesempatan yang sama seperti perlakukan terhadap pelajar lainnya tanpa membeda-bedakan, agar para pelajar tersebut memilki banyak referensi kelompok dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri.

Ketiga, sekolah dan keluarga harus memberikan pemahaman yang benar mengenai solidaritas dan rasa kecintaan terhadap sekolah agar para pelajar tidak salah dalam memaknai kedua hal tersebut. Dengan seringnya mengadakan kegiatan persahabatan dengan sekolah lain. Dengan catatan, sekolah harus mengirimkan para pelajar yang sering melakukan tawuran bukan pelajar yang baik atau perwakilan OSIS. Para guru dan masyarakat harus memberikan kepercayaan yang lebih terhadap para pelajar yang sering melakukan tawuran tanpa terlebih dahulu memberikan stereotip buruk. Memberikan kesempatan kepada para pelajar tersebut untuk mampu membuktikan dan mengembangkan

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi yang dimilkinya seperti keterampilan dalam bidang otomotif, IT, mesin, dan lain-lain sesuai dengan jurusan masing-masing.

Keempat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan beserta sekolah, harus memberikan para pelajar mengenai cara mengelola konflik dengan baik yaitu dengan mengajarkan pendidikan resolusi konflik atau cara menyelesaikan konflik secara konstruktif baik diintegrasikan dengan mata pelajaran maupun satu pelajaran yang terpisah. Sehingga konflik dapat dikelola dengan baik dan tidak menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar. Dengan demikian para pelajar tersebut mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara damai. Dinas dan sekolah pun harus merangkul para alumni agar semua pihak bersinergi. Dengan sering melakukan kelompok diskusi (FGD) untuk membicarakan konflik yang terdapat di antara sekolah-sekolah dan mencari jalan tengah serta kesepakatan bersama dengan melibatkan pelajar dan para alumni tersebut.

Selain itu, harus ada fasilitas atau wadah yang mampu mengakomodasi semua potensi yang dimiliki para pelajar tersebut sehingga para pelajar mampu mengaktualisasikan diri dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilki masing-masing sehingga pelampiasannya terhadap tawuran dapat dialihkan ke hal-hal yang lebih positif. Seperti klub olahraga dan klub beladiri baik yang dibentuk oleh sekolah, dinas maupun pemerintah sehingga solidaritas yang terdapat di dalam kelompok dapat diaktualisasikan dan dioptimalkan dengan baik ke dalam tindakan yang lebih positif dan menghasilkan integrasi baik antarkelompok maupun antaranggota di dalam kelompok.

Kelima, untuk peneliti selanjutnya, harus diadakan penelitian-penelitian sejenis yang nantinya akan menambah keakuratan data dan fakta mengenai fenomena tawuran yang disebabkan dari solidaritas kelompok yang dimiliki para pelajar sehingga ditemukan formulasi yang tepat dalam penanganan tawuran antar pelajar.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (1987). Sosiologi Kriminalitas. Bandung: Remadja Karya

Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja: Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia.

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, R. A & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Beilharz, P. (2005). Teori-Teori Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bungin, B. (2008). Analisis DataPenelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Grafindo Persada.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cahyaningsih, T. S. & Adjie, W. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: Aneka Ilmu.

Creswell, W. J (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publication.

Creswell, W. J. (2008). Research Design: Pendekatan Kualitaif, Kuantitatif dan Mixed (edisi ketiga). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Darajat, Z. (1985). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Darajat, Z. (1983). Memahami Persoalan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.

Denzin, NK & Lincoln, S. Y. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, O. U. (1992). Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Effendi, O. U. (1992). Ilmu Komunikasi, teori, dan praktek. Bandung: Remadja Karya.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Emzir. (2011). Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence, adolescent. London: Foresman and Company.

Gunarso, D. S. (1988). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia.

Hakam, K. A. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Horton, B. P & Hunt, L. C. (1984). Sosilogi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Jamil, M. M. (2007). Mediasi dan Resolusi Konflik. Semarang : Walisongo Mediation Centre.

Jeong, HO-W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: Sage.

Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern 1. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembangunan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kartono, K. (2009). Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: Rajawali Pers.

Kusmiyati, dkk. (2007). Sosiologi dan Geografi 2. Jakarta: Yudhistira.

Lewin, K. (1971). Field Theory in Social Science. New York: Harper & Brother Inc.

Lickona, T. (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility”. New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Lincol. S. Y & Denzin. K. N. (2009). Handbook Of Qualitative Research.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lincoln, Y. S & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publication.

Macler, R. M. & Horton, C.. (1961). Society, An Introductory Analysis. London: Macmillan & Co.Ltd.

Maftuh, B. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik : Membangun Generasi Muda yang Mampu Menyelesaikan Konflik Secara Damai. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.

Miles, M & Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, J. L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya.

Monks. F. J. dkk. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Narwoko, D. J. & Suyanto, B. (2007). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nasution. (1996). Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta: Sinar Grafika.

_______. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, Z. (2009). Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi. Malang : UMM Press.

Partini, S. dkk. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY.

Patton, Q. M. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Polak, M. (1982). Sosiologi: Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: P.T Ichtiar Baru.

Poloma, M. M. (2004). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rais, F. M. L. (1997). Tindak Pidana Perkelahian Pelajar. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saad, M. H. (2003). Perkelahian Pelajar. Potret Siswa SMU di DKI Jakarta. Yogyakarta: Galang Pres.

Saleh, A. I. (2004). Tawuran Pelajar Fakta Sosial yang Tak Berkesudahan di Jakarta. Yogyakarta: IRCISOD.

Santosa, S. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembagan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, W. S. & Meinarno, A. E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sarwono, W. S. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Satori, D & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sears, O. dkk. (1991). Psikologi Ssosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Setiadi, M. E. & Usman K. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Smelser, N. J. (1971). Theory of Collective Behavior. New York: Adivision Of Macmillan Publishing Co.Inc.

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafinda Persada.

Soekanto, S. (1985). Emile Durkheim. Aturan-Aturan Metode Sosiologis. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, S. & Yudho, W. (1986). Georg Simmel Beberapa Teori Sosiologis. Jakarta: Rajawali.

Soekanto, S. (2011). Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Raja Grafinda Persada.

Sudarsono. (1990). Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sunarto & Hartono, A. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Upe, A. (2010). Tradisi Dalam Sosiologi ; Dari Filosofi Positivistik ke Post Positivistik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Veeger, K. J. (1985). Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

West, R. & Turner, H. L. (2008). Pengantar Teori Komunikasi 2: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Willis, S. S. (2010). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Skripsi, Tesis, Disertas, Jurnal

Dahliyana, A. (2011). Pengembangan Habituasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah (Studi Kasus Pendidikan Karakter Di SMA Negeri 3 Bandung). (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Julianti. (2013). Internalisasi Nilai Toleransi melalui Model Telling Story pada pembelajaran PKN untuk mengatasi Masalah Tawuran. Jurnal Penelitian Pendidikan, 14 (1), hlm. 1-12.

Kurniawan, S. & Rois, M. M. A. Tawuran, Prasangka, terhadap Kelompok Siswa Sekolah Lain serta Konformitas pada Kelompok Teman Sebaya. Proyeksi, 4 (2), hlm. 85-94.

Maftuh, B. (2005). Implementasi Model Pengajaran Resolusi Konflik melalui Pendekatan Workshop yang Diintegrasikan ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan di SMA. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mariah, U. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga Dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. (Tesis). Fakultas Psikologi, Universiata Gajah Mada, Yogyakarta.

Oesman, T. A. (2010). Fenomena Tawuran sebagai Bentuk Agresivitas Remaja. (Skripsi). Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pratiwi, O. dkk. (2013). Pengaruh Solidaritas Kelompok Sosial terhadap Perilaku Agresi Siswa Kelas XI SMA Negeri 85 Jakarta. Jurnal PPKN UNJ Online, 1 (2), hlm. 1-14.

Rizky Amalia Rahmawati, 2014

Solidaritas Pada Kelompok Pelajar Dalam Mempengaruhi Perilaku Tawuran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ridwan, H. K. (2006). Agresi pada Siswa-Siswa SLTA yang Melakukan dan Tidak Melakukan Tawuran Pelajar. (Tesis) yang tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sheila, M. (2001). Hubungan antar Prasangka terhadap Kelompok dan Intensi untuk bertingkah laku Agresi pada Pelajar Sebuah SMK di Jakarta yang Terlibat Tawuran. Jurnal Psikologi, 8 (2), hlm. 1-2.

Solikhah, Z. (1999). Identitas Sosial serta Alasan Keterlibatan dan Ketidakterlibatan Pelajar dalam Tawuran. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok.

Widiastuti, W. (2002). Dampak Adegan Kekerasan di Televisi Terhadap Perilaku Agresif Remaja Perkotaan. (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Undang-Undang dan Dokumen

Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor Sukabumi Sektor Cibadak (2013) Anatomy of Crime. Sukabumi: Sektor Cibadak.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: depdikbud.

Internet

Anonim. (2011). Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organis Emile Durkheim. [online].Tersedia: http://fisip.uns.ac.id/blog/purwitososiologi/2011/06/13/ solidaritas-mekanis-dan-solidaritas-organis-emile-durkheim/htm. Diakses 5 September 2013.

Imron. (2008). Dinamika Kelompok. [Online]. Tersedia: http://imron46.wordpress.com/2008/09/25/dinamika-kelompok/htm. diakses 11 Oktober 2013.

Myazinda. (2008). Kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://indososiology.blogspot.com/2008/03/kelompok-sosial-dan-kehidupan.html. Diakses 12 Oktober 2013.

Myazinda. 2008. Kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat. [Online]. Tersedia: http://indososiology.blogspot.com/2008/03/tipe-tipe-kelompok-sosial.html. Diakses 12 Oktober 2013.

Dokumen terkait