• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Contoh:

“Dalam keseharian bisa dilihat dengan jelas problem

hubungan antarinsan oleh karena tipisnya komunikasi perasaan. Baik pada tataran relasi antarteman, relasi suami-istri, relasi pemimpin dan anak buahnya, bahkan pada tataran relasi masyarakat luas, bangsa, dan

negara.”40

37

Iis Wiati, Bahasa dan Sastra Indonesia: program Studi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Sosial untuk SMA Kelas XII (Depok: Arya Duta, 2005), Cet. ke-1, hlm. 27.

38

Iis Wiati, op. cit., hlm. 28. 39

Alek A. dan Achmad H. P., op. cit., hlm. 210—213. 40

Adapun berdasarkan letak topiknya, paragraf digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Paragraf deduktif

Paragraf deduktif memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di awal paragraf. Contoh:

Tugas yang diemban Pak Slamet ini tidak ringan. Pak Slamet harus siap 24 jam. Ia harus siap dihubungi kapan dan di mana saja. Sore itu ketika beberapa karyawan berbenah diri untuk pulang, Pak Slamet masih dengan tegar mondar-mandir di kantornya sambil mengontrol gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Karena tugasnya tersebut, Pak Slamet sering pulang pukul 22.00 WIB.”41

b. Paragraf induktif

Paragraf induktif memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di akhir paragraf. Contoh:

“Sebenarnya, masa penyesuaian dengan pekerjaan akan lebih

cepat pada perusahaan yang menyiapkan masa orientasi atau perkenalan bagi karyawan barunya. Namun, jika tidak ada orientasi, kumpulkanlah sebanyak mungkin informasi yang bersifat membantu masa penyesuaian dengan pekerjaan. Misalnya, melalui rekan-rekan, bisa saja mengumpulkan nama dan kontak karyawan yang memiliki keterampilan khusus. Jadi, ketika mulai bekerja menjumpai hambatan, bisa menghubungi lebih dari satu orang untuk menjawab semua masalah yang muncul.42

c. Paragraf campuran (deduktif-induktif)

Paragraf campuran memiliki kalimat utama/gagasan utama yang diletakkan di awal dan akhir paragraf. Kalimat utama di awal paragraf berfungsi sebagai pembuka ide yang akan diikuti uraian berupa contoh, kejadian, atau perincian khusus tentang pikiran utama. Kemudian pikiran utama itu ditegaskan

41

E. K. Djuharmie dan Asep Juanda, Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI (Bogor: Regina, 2005), Cet. ke-1, hlm. 22.

42

lagi pada akhir paragraf dengan menggunakan kalimat yang tidak sama dengan kalimat utama pertama. Contoh paragraf campuran:

Antara dan berpikir ada hubungan yang erat. Berbahasa ialah menyatakan yang dipikir, dirasa, atau dikehendaki. Bila orang belajar berbahasa, ia belajar berpikir lebih baik dan lebih halus. Sebaliknya orang berpikir bermakna ia menambah kosa kata serta menggunakannya secara teratur. Kemajuan bahasa adalah juga kemajuan dalam berpikir. Bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama. Oleh karena itu, bahasa dan berpikir tidak dapat dipisah-pisahkan.43

Jika dilihat dari isinya, paragraf dibagi menjadi lima, di antaranya:

1) Eksposisi (paparan)

Paragraf eksposisi merupakan suatu bentuk tulisan memaparkan suatu informasi agar dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca. Tulisan eksposisi ini bersifat tidak memaksa pembacanya. Jenis paragraf eksposisi dapat dibaca dalam tulisan opini, tips, maupun berita. Contoh:

“Khasiat Rebusan Angkak

Angkak adalah suatu jenis tumbuhan dari Cina yang memiliki menfaat untuk tubuh, di antaranya menurunkan tekanan darah dan menaikkan jumlah trombosit bagi penderita demam berdarah. Angkak tersebut dapat digunakan dengan cara: a). Siapkan butiran angkak yang banyak dijual di supermarket; b). Rebus dua gelas air ditambah setengah sendok teh angkak dan tunggu hingga mendidih; c). Setelah mendidih, matikan kompor dan saring air rebusan itu; d). Tunggu hingga hangat dan siap diminum.

Khasiat rebusan angkak itu dapat dirasakan kira-kira setelah dua kali

meminumnya. Selamat mencoba!”44

43

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia (Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, t.t), hlm. 130.

44

Utami Setiawati Darmadi, “Khasiat Rebusan Angkak”, artikel ini diakses pada 26 Mei 2011, pukul 20.20 WIB dari http://utamiindonesia.blogspot.com

2) Persuasi (ajakan)

Paragraf persuasi berusaha meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang diingini oleh penulis. Persuasi dapat dijumpai dalam tulisan iklan penawaran, iklan layanan masyarakat, iklan pendidikan, maupun politik. Contoh:

“Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim

hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang

cukup, tidak merokok, dan rutin berolahraga.”45 3) Argumentasi

Paragraf argumentasi merupakan suatu bentuk tulisan yang berusaha memengaruhi pembaca dengan cara menggabungkan fakta-fakta yang didapat dengan pendapat penulis. Argumentasi bertujuan membuat pembaca menyetujui pendapat penulis tentang topik yang dituliskannya. Contoh:

“Jangan berani membandingkan antara perpustakaan yang

dimiliki oleh beberapa instansi, sekolah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan pusat dengan perpustakaan yang ada di perpustakaan [sic!] di Inggris. Mengapa? Hal ini akan membuat kita sedih. Bagaimana tidak, perpustakaan Inggris selalu dibanjiri oleh para pembaca karena koleksi bacaan yang dimilikinya. Sementara beberapa perpustakaan di negeri kita masih perlu pembenahan, baik dalam hal pengayaan koleksi maupun pelayanan yang ada. Yang lebih menyedihkan, di perpustakaan Inggris ini ditemukan berbagai naskah yang juga sangat pantas ada di perpustakaan Indonesia, salah satunya sebuah repsoduksi 510 gambar arkeologis. Adakah perpustakaan di Indonesia yang memiliki koleksi yang sama?46

4) Deskripsi (gambaran atau lukisan)

Paragraf deskripsi merupakan suatu tulisan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu, baik itu manusia, hewan, keadaan, maupun peristiwa

45

Elvi Susanti, “Argumentasi dan Persuasi”, (Handout Mata Kuliah Menulis Lanjut Pertemuan IV dan V, 2011), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 6.

46

serinci-rincinya hingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal yang dituliskan penulis. Contoh:

“Ruang kelas itu berukuran 8 x 6 m. Cahaya masuk dari arah kiri mahasiswa. Deretan kursi kuliah masing-masing 5 buah ke kiri dan 5 buah ke kanan. Sedangkan dari muka ke belakang dijejerkan masing-masing 8 buah kursi. Meja dan kursi dosen berada di sudut kanan ruang kuliah. Papan tulis yang berukuran 3 x 1,20 m tertempel kokoh pada

dinding tembok depan ruang itu.”47 5) Narasi

a) Pengertian Narasi

Pada umumnya, narasi sering dikaitkan dengan cerita atau kisah. Secara singkat, paragraf narasi berarti tulisan yang berisi cerita. Paragraf narasi

merupakan “salah satu jenis paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau

peristiwa berdasarkan urutan waktu.”48 Atar Semi menyatakan bahwa “narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan

perkembangan dari waktu ke waktu.”49

Sedangkan Mahsusi menyatakan bahwa

“narasi adalah bentuk karangan yang menceritakan, mengisahkan, atau menyejarahkan.”50

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa paragraf narasi adalah salah satu jenis tulisan yang menceritakan secara jelas kepada pembaca tentang suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu.

47

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia (Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, t.t), hlm. 135.

48

Muhammad Alfiyansyah, “Paragraf Narasi”, artikel ini diakses pada Minggu, 4 April 2010, pukul 14.32 dari http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/paragraf-narasi.html

49

Caray, “Karangan Narasi dengan Segala Macamnya”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.08 WIB dari http://bit.ly/lH5kuR

50

Paragraf narasi memiliki beberapa prinsip, yaitu alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Keempat prinsip tersebut harus ada dalam paragraf, sehingga itu dapat disebut sebagai paragraf narasi.

b) Jenis-jenis Narasi (a) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris merupakan salah satu jenis narasi yang menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi. Misalnya, cerita perjuangan pahlawan, riwayat atau laporan perjalanan, biografi, dan autobiografi. Narasi ekspositoris bersifat fakta yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utamanya bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional.

“Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan menggugah pikiran

pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.”51

Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris memersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca atau pendengar. Runtun kejadian tersebut untuk menyampaikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan pembaca atau pendengar, secara lisan maupun tertulis. Contoh narasi ekspositoris:

“Melalui tulisan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman

saya ketika berada si Korea Selatan pada bulan Oktober 2009. Saat itu, saya dan kelima anggota keluarga lainnya pergi ke Korea Selatan untuk menemani dan kakak lelaki saya yang akan menikahi seorang gadis Korsel tepatnya dari kota Daegu.

Sebelum menginjakkan kaki di Daegu, saya singgah sebentar di Seoul karena pesawat yang saya tumpangi mendarat di Inc Cheon International Airport. Saya dan keluarga berada di Daegu selama 8 hari 7 malam. Meski hanya sebentar di sana, namun banyak hal yang dapat

51

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), Cet. ke-13, hlm. 136.

saya pelajari dan teladani dari masyarakat di sana, seperti ketegasan para petugas imigrasi bandara, kebersihan lingkungannya dan kesejukan udara di sana, ketertiban dan kedisiplinan masyarakatnya, ketepatan waktu masyarakatnya, budaya menghormati dan mendahulukan orang yang lebih tua, dan kemandirian CostumerMc‟Donald Korsel (pembeli bukanlah raja).”52

(b) Narasi Sugestif

Narasi ini menceritakan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi

pengarang dan bersifat fiksi. “Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian

peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para

pembaca.”53

Melalui narasi sugestif, kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Berikut ini contoh narasi sugestif:

“Pada zaman dahulu di sebuah kampung di kaki sebuah

gunung tersebutlah sepasang suami istri yang sudah lama bertapa untuk memohon kepada Yang Kuasa agar diberi wiji widayat. Berkat kesungguhan serta kesabarannya, maka pada tengah malam, tatkala hujan rintik-rintik membasahi bumi, Yang Kuasa menurunkan mayat Dewi Sri di pangkuan dua makhluk yang teguh iman itu. Mereka disuruh memakamkan mayat Dewi Sri dengan sebaik-baiknya. Makan jangan dibiarkan kering. Dan ternyata pada pagi yang kedelapan kedua suami istri melihat beberapa batang widayat tumbuh di makam itu. Lalu dengan meminta izin kepada Yang Kuasa, kedua suami istri tani tadi mencabut dan menanamkan kembali widayat di sawah. Tiga bulan kemudian ibu dan bapak tani sudah memetik ratussan tangkai widayat. Akhirnya tersebarlah makanan pokok yang kini disebut padi. (dari

Cerita Rakyat)”54

52

Utami Setiawati Darmadi, “Pengalaman Berharga dari Negeri Ginseng”, artikel ini diakses pada 24 Mei 2011, pukul 19.08 WIB dari http://utamiindonesia.blogspot.com

53

Gorys Keraf, op. cit., hlm. 137. 54

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah,1986), hlm. 156—157.

c) Ciri-ciri Narasi

Agar dapat dibedakan dengan jenis paragraf lainnya, narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(a) “Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

(b) Dirangkai dalam urutan waktu.

(c) Berusaha menjawab pertanan “apa yang terjadi?”

(d) Ada konfliks.”55

d) Langkah-Langkah Menulis Narasi

Suatu paragraf narasi dapat lebih mudah dibuat jika mengikuti langkah-langkah berikut:

(a) “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. (b) Tetapkan sasaran pembaca.

(c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

(d) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

(e) Rincian-rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

(f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.”56

55

Gorys Keraf, op. cit., hlm. 136. 56

Wikipedia Indonesia, “Narasi”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.12 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Narasi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.”1

Tidak seperti penelitian kuantitatif, “penelitian kualitatif [sic!] perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris.”2

Proses penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tahap, di antaranya:

“1. Tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan

apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan.

2. Tahap reduksi atau fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama.

3. Tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah

ditetapkan menjadi lebih rinci.”3

1

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), Cet. ke-1, hlm. 1.

2

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-6, hlm. 35.

3

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA Annajah Petukangan Selatan. Sekolah ini berlokasi di sebelah selatan Jakarta, tepatnya di Jalan Ciledug Raya nomor 10 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pengumpulan Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2011, sedangkan studi dokumenter dilakukan mulai Juli 2011.

C. Objek dan Sampel Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “social situasion” atau situasi sosial.”4

Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui

“apa yang terjadi” di dalamnya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para

siswa MA Annajah tahun pelajaran 2011/2012.

Sampel ialah “sebagai[sic!] bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.”5

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester Ganjil di MA Annajah tahun pelajaran 2011/2012.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purporsive sampling merupakan “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”6

Dalam purposive sampling,

“pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui

4

Sugiyono, op. cit., hlm. 49.

5

S. Margono, op. cit., hlm. 121. 6

sebelumnya.”7

Di MA Annajah terdapat dua (2) kelas X, yaitu XA dan XB. Peneliti akan mengambil 50% dari jumlah siswa tiap kelasnya berdasarkan nilai pelajaran Bahasa Indonesia dalam rapor SMP/MTs mereka. Jadi, peneliti memilih siswa yang memiliki nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia 70-90 dari tiap kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang akan diteliti. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang melancarkan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dan pengolahan data dengan beberapa teknik, di antaranya:

1. Teknik dokumenter atau studi dokumenter, yaitu “cara pengumpulan

data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.”8

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan tugas menulis narasi yang telah dikerjakan siswa sampel.

2. Wawancara, yakni “proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan oleh dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

7

S. Margono, op. cit., hlm. 128. 8

keterangan.”9 Dalam pengertian lain, “wawancara sering disebut sebagai proses komunikasi dan interaksi.”10

Jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur, yaitu pewawancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.

Peneliti mewawancarai 1). Kepala Sekolah atau Kepala/staf TU tentang profil sekolah mencakup keadaan sekolah, visi misi, kurikulum sekolah, struktur di sekolah; 2). Guru Bahasa Indonesia tentang perkembangan siswa kelas X dalam belajar bahasa Indonesia, kecenderungan kesalahan siswa dalam kata depan dan awalan; dan 3). Ketua OSIS tentang kegiatan ekstrakulikuler di sekolah; 4). beberapa siswa tentang pemahamannya mengenai kata depan dan awalan. Dalam menentukan siswa yang akan diwawancarai, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan fotokopi nilai rapor terakhir masing-masing. Dengan cara itu, dapat ditentukan siswa yang akan diwawancara. Jumlah siswa yang akan diwawancarai, yakni sebesar 30% dari jumlah sampel siswa yang diteliti.

3. Observasi, yaitu “cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan

yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa melalui

9

Cholid Narbuko dan Abu Achadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 83.

10

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. ke-5, hlm. 69.

alat bantu yang terstandar.”11

Peneliti mengobservasi profil sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana, nama-nama guru serta tugasnya, kegiatan ekstrakulikuler siswa, dan struktur organisasi di sekolah.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Saat masuk ke tempat penelitian, peneliti memasuki tahap deskripsi, yakni peneliti mendeskripsikan bagaimana asal mula sekolah tersebut, keadaan sekolah, dan juga bertanya-tanya kepada guru bahasa Indonesia tentang kemampuan siswa dalam materi narasi yang memperhatikan kata depan dan awalan secara tepat.

Tahap selanjutnya adalah reduksi atau fokus, yaitu “proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan.” 12

Reduksi ini seperti memberikan kode-kode tertentu pada data penelitian yang dikumpulkan. Tujuannya, agar memudahkan peneliti dalam mengolah data tersebut.

Selanjutnya, peneliti melakukan selection. Peneliti menguraikan secara rinci dan mendalam mengenai temuan-temuan penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dalam paragraf narasi masing-masing siswa.

11

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. ke-1, hlm. 143.

12

Departemen Pendidikan Nasional “Pengolahan dan Analisis Data Penelitian”, tulisan diakses pada Kamis, 25 Agustus 2011, pukul 20.00 dalam http://bit.ly/pNY2ew

Dalam mengolah atau menganalisis data yang diperoleh, peneliti membatasi kriteria analisis pada cara penulisannya, yaitu:

1. Dipisah untuk kata depan di. 2. Dipisah untuk kata depan ke.

3. Diserangkaikan atau disambung untuk awalan di-. 4. Diserangkaikan atau disambung untuk awalan ke-. 5. Jumlah 5 paragraf dalam tiap karangan siswa.

Dari data yang nanti diperoleh, peneliti menghitung persentase kemahiran siswa dalam penulisan kata depan di, ke dan awalan di-, ke- dengan rumus sebagai berikut:

P =

× 100% P = Persentase pemahaman siswa

F = Frekuensi kesalahan/kekeliruan N = Jumlah kriteria analisis

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Berdiri Madrasah Aliyah Annajah Jakarta

Gambar 1. Madrasah Aliyah Annajah

Sejarah Yayasan Annajah dimulai sejak tanggal 10 Syawal tahun 1948. Pada masa itu didirikan suatu lembaga pendidikan bernama Lembaga

Pendidikan Raudhatul Athfal yang diprakarsai dan didirikan oleh KH. Abdillah Amin.

Pada tahun 1985, atau tepatnya 12 April 1985, Yayasan Annajah yang memfokuskan pada unit usaha di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial ini dikukuhkan secara hukum oleh KH. Abdillah Amin dan H. Diedy Faried Wadjdy dengan akte notaris No.21 yang dibuat di hadapan R. Soerojo Wongsowidjojo, S.H. di Jakarta. Lembaga Pendidikan ini kemudian diberi nama Balai Pendidikan Darun Najah Petukangan Jakarta yang berarti tempat keberhasilan/tempat kesuksesan.

Perkembangan selanjutnya, tahun 2006 tepat tanggal 1 Muharam 1427 H, semua lembaga pendidikan Darun Najah Petukangan dari tingkat TK, SD, MTs, dan MA menyesuaikan diri dengan nama yayasan pengelolanya, yakni Annajah yang berarti “keberhasilan/kesuksesan”.

Yayasan Annajah yang terdiri TK, Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Islam, Madrasah Tsanawiah/SMP, dan Madrasah Aliah/SMA berkembang pesat dan telah memiliki ribuan alumnus yang tersebar di pelosok tanah air.

B. Visi dan Misi MA Annajah

Sebagai suatu lembaga pendidikan yang baik dan berkompeten, Madrasah Aliah Annajah juga memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman dan target pencapaian prestasi. Visi misi tersebut di antaranya:

1. Visi

Cerdas, inovatif, mandiri, kreatif, berwawasan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.

2. Misi

a. Meningkatkan IMTAQ

b. Meningkatkan kualitas akademik.

c. Mengembangkan penelitian untuk mendapatkan gagasan baru yang berorientasi ke masa depan.

d. Menumbuhkan life skill dan jiwa wirausaha yang kompetitif.

e. Mengembangkan kreativitas siswa dalam kegiatan intra dan ekstrakulikuler. f. Menumbuhkan semangat belajar untuk mengembangkan IPTEK

berlandaskan IMTAQ.

C. Kurikulum MA Annajah

MA Annajah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang sederajat dengan Kurikulum Departemen Agama, Diknas dan juga disesuaikan dengan kurikulum nasional di Indonesia. Dalam kurikulum tersebut dimasukkan juga muatan lokal, dan pengembangan diri. Berikut adalah struktur kurikulum MA Annajah kelas X, XI IPA/IPS, dan XII IPA/IPS:

Tabel 1

STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH ANNAJAH KELAS X1

Komponen

Alokasi Waktu Kelas X Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Al-Qur‟an Hadits 2 2

2. Fiqih 2 2 3. Aqidah Akhlak 1 1 4. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 5. Bahasa Indonesia 4 4 6. Bahasa Arab 2 2 7. Bahasa Inggris 4 4 8. Matematika 4 4 9. Fisika 2 2 10. Biologi 2 2 11. Kimia 2 2 12. Sejarah 2 2 13. Geografi 2 2 14. Ekonomi 2 2 15. Sosiologi 2 2 16. Seni Budaya 1 1

17. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2

18. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2

19. Keterampilan/Bahasa Asing - - B. Muatan Lokal 20. Bahasa Jepang 2 2 C. Pengembangan Diri 2*) 2*) Jumlah 48 48 Catatan:

Tanda *): diberikan sore hari waktu-waktu tertentu

1

Tabel 2

Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPA2

2 Ibid.

Tabel 3

Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS3

3 Ibid.

D. Sarana dan Prasarana di MA Annajah

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dan memberikan kenyamanan warga sekolah saat berada di sekolah, MA Annajah menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:

1. Sumber belajar

Dokumen terkait