D. Blok Pengeluaran dan Pelunasan Kredit 31 Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan
36. Periode Pelunasan Kredit Kebun Plasma
5.3. Analisis Dampak Faktor Eksternal dan Internal terhadap Kinerja Ekonomi Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit
5.3.2. Simulasi Model
Analisis simulasi menggunakan beberapa variabel instrument sebagai faktor
eksternal dan internal yang dianggap penting pengaruhnya terhadap perubahan
kinerja ekonomi rumahtangga petani plasma. Pada simulasi dilakukan beberapa
1. Harga produk kelapa sawit (harga TBS) naik 15 persen berdasarkan trend harga CPO/PKO domestik dan dunia selama 30 tahun.
2. Harga input pupuk (N, P dan K) dan pestisida naik secara bersama 20.00 % sebagai akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang memicu inflasi hampir 19.00 %.
3. Upah di kebun plasma dan kebun inti naik 15.00% berdasarkan kecenderungan (trend) upah minimum regional (UMR) Provinsi Sumatera Selatan selama 10 tahun dan trend upah di perkebunan selama 20 tahun
4. Ongkos angkut naik 100.00% akibat harga BBM rata-rata naik hampir 100.00% dan fee KUD naik 20.00% sebagai dampak kenaikan harga BBM yang memicu inflasi meningkat hampir 19.00%
5. Kombinasi skenario 2, 3 dan 4 yaitu upah di kebun kelapa sawit naik 15.00%, harga input pupuk dan pestisida naik 20.00%, ongkos angkut naik 100.00% dan fee KUD naik 20.00%
6. Kombinasi skenario 1 dan 5 yaitu harga TBS naik 15.00% dan kenaikan harga input pupuk dan pestisida naik 20.00%, upah di kebun plasma naik 15.00%, ongkos angkut naik 100.00% dan fee KUD naik 20.00%.
7. Peningkatan luas lahan kebun kelapa sawit dengan mengkonversi areal di luar kebun plasma yang sudah tersedia (rata-rata 0.95 ha) atau memperluas areal kebun plasma kira-kira 50.00% dari luas kebun plasma saat ini.
8. Peningkatan curahan kerja keluarga di kebun plasma sebesar 22.00% yang selama ini relatif kecil (hanya 16.47%) diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kebun kelapa sawit untuk menggantikan curahan tenaga kerja luar keluarga (tenaga kerja upahan)
9. Peningkatan curahan kerja di kebun plasma sebesar 50.00% dengan mengalihkan curahan kerja keluarga di luar kebun plasma sebesar 10.00%. Hal ini dilakukan mengingat nilai tenaga kerja persatuan HOK di kebun plasma relatif lebih tinggi dibandingkan nilai tenaga keluarga di luar kebun plasma.
Analisis simulasi model ekonomi rumahtangga petani plasma dibedakan
berdasarkan kelompok atau pola PIR yaitu pola PIR-Sus, PIR-Trans dan PIR-KUK.
Hal ini dilakukan mengingat ketiga kelompok rumahtangga petani plasma tersebut
mempunyai perbedaan dalam karakteristik (individu, rumahtangga dan usahatani)
dan perilaku (produksi, curahan kerja maupun pengeluaran dan kemampuan
5. 4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Provinsi Sumatera Selatan dengan pertimbangan
bahwa provinsi ini dapat mewakili provinsi lainnya di Indonesia ditinjau dari
penyebaran wilayah penanaman kelapa sawit, dimana perkebunan kelapa sawit
menyebar pada hampir semua kabupaten di Sumatera Selatan, kecuali kota
Palembang. Selain itu perkembangan luas areal dan produksi terus meningkat
sehingga pada tahun 2003 menduduki posisi nomor tiga di Indonesia. Berdasarkan
alasan tersebut maka pemilihan provinsi Sumatera Selatan diharapkan dapat
mewakili provinsi-provinsi lain di Indonesia untuk menjelaskan kinerja pola PIR
kelapa sawit.
Perkebunan kelapa sawit dengan sistim kemitraan atau pola PIR di Sumatera
Selatan terdapat pada 28 lokasi kebun yang menyebar pada enam kabupaten,
dikelompokkan kedalam tiga pola PIR yang dominan yaitu: pola PIR-Khusus, PIR-
Transmigrasi dan PIR-KKPA/KUK. Di provinsi ini di temukan perkebunanan kelapa
sawit dengan umur tanaman yang sangat beragam yaitu mulai umur tanaman belum
menghasilkan (TBM) atau di bawah empat tahun hingga tanaman berumur tua yaitu
lebih dari 20 tahun dan perlu diremajakan.
5. 5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder baik berupa data cross
section maupun data time series. Data cross section diperoleh dari hasil survei oleh tim peneliti Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada tahun 2002. Penentuan tiga kabupaten
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada ketiga kabupaten
Musi Banyuasin, Muara Enim dan Ogan Komering Ilir. Dari tiga kabupaten tersebut
dipilih secara sengaja lima kebun yang melaksanakan tiga pola PIR kelapa sawit,
selanjutnya dari tiap kebun dipilih dua desa contoh sehingga keseluruhannya
berjumlah 10 desa. Dari tiap desa diambil minimal 30 rumahtangga petani contoh
sehingga jumlah keseluruhan adalah 350 rumah tangga petani plasma atau 5.66%
dari jumlah populasi (Tabel 12).
Tabel 12. Metode Pengambilan Contoh Rumahtangga Petani Plasma Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera SelatanTahun 2002
No Lokasi Kebun
(Kecamatan, Kabupaten) Nama Desa Contoh
Populasi (RTPPKS) Contoh (RTPPKS) A 1 2 PIR-Sus
PTPN VII Betung Barat/ PIR-Bun Betung
(S. Lilin, Musi Banyuasin) PTPN VII/NES IIB/ PIR-Bun Sungai Lengi (Gunung Megang, Muara Enim) 1. Tjng Agung Baru 2. Gajah mati 3. Semaja Makmur 4. Sidomulyo 570 570 500 500 36 36 35 36 2140 150 (7.01 %) B 1 2 PIR-Trans PT Aek Tarum (Mesuji, OKI) PT Hindoli (Sungai Lilin, Musi Banyuasin) 5. Kemang Indah 6. Rotan Mulya 7. Sumber Rezeki 8. Sukadamai Baru 400 490 473 427 31 32 36 33 1790 132 (7.37 %) C 1 PIR-KKPA/KUK PT Selapan Jaya (Mesuji, OKI) 9. Sumbu Sari 10. Kerta Mukti 604 654 1258 33 35 68 Jumlah Rumahtangga Petani Plasma 5 188 (100.00%) 350 (6.75 %)
Selain itu dilakukan juga survei ulang secara singkat pada beberapa lokasi
kebun yaitu pengecekan kondisi kebun plasma dan lembaga ekonomi petani serta
mengumpulkan informasi dari orang-orang penting (key persons) yang dapat
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Survei singkat ini dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa
staf Dinas Perkebunan tingkat kabupaten pada bulan April 2005.
Data sekunder jenis time series berupa dokumen-dokumen penting tentang
perkembangan industri kelapa sawit, latar belakang pembentukan dan
perkembangan pola PIR, kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pola PIR
kelapa sawit. Data ini diperoleh dari beberapa laporan tahunan dan buku statistik
dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Departemen Kehutanan dan
Perkebunan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian dan
Badan Pusat Statistik Jakarta dengan periode tahun yang berbeda yaitu berkisar
tahun 1972 hingga tahun 2003.
5. 6. Definisi Operasional
Konsep pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pola PIR kelapa sawit adalah pengembangan perkebunan rakyat dengan sistim
kemitraan inti-plasma. Usaha pokok petani adalah mengelola kebun plasma
kelapa sawit dengan luas rata-rata dua hektar atau satu kapling dengan jumlah
tanaman kelapa sawit sekitar 137 batang/ha atau 274 batang/kapling.
2. Perusahaan inti adalah perkebunan besar milik negara (PBN) maupun swasta
(PBS) yang bertindak sebagai mitra kerja petani plasma dalam proyek PIR
kelapa sawit. Perusahaan inti ini ditentukan oleh pemerintah pusat berdasarkan
3. Petani plasma adalah petani yang memenuhi syarat menjadi peserta PIR kelapa
sawit, dimana mereka mendapat lahan kebun kelapa sawit dan pembinaan serta
berbagai fasilitas lainnya. Penetapan petani plasma sebagai peserta PIR
berdasarkan Surat Keputusan Bupati setempat.
4. Karakteristik rumahtangga petani plasma adalah faktor-faktor yang membentuk
identitas sebagai peserta PIR kelapa sawit, antara lain umur, pendidikan,
pengalaman usahatani, asal daerah, jumlah anggota keluarga, jumlaah anak
sekolah dan jumlah anak balita. Karakteristik ini akan mempengaruhi perilaku
ekonomi rumahtangga petani di kebun plasma dan di luar kebun plasma.
5. Struktur pasar adalah bentuk pasar yang terjadi dalam transaksi TBS di lokasi
kebun kelapa sawit yang ditentukan oleh kekuatan tawar menawar penjual
(plasma) dan pembeli (inti).
6. Perilaku pelaku dalam pola PIR adalah aktivitas pelaku-pelaku utama
(rumahtangga petani plasma, inti dan koperasi) yang terlibat dalam kemitraan
PIR kelapa sawit mulai dari kegiatan pembukaan kebun plasma, penanaman,
produksi, panen dan penjualan hasil panen.
7. Perilaku ekonomi rumahtangga petani plasma adalah aktivitas anggota
rumahtangga petani dalam kebun dan di luar kebun plasma yang ditunjukkan
oleh persamaan perilaku produksi, curahan kerja, dan konsumsi serta perilaku
melunasi kredit.
8. Kinerja pola PIR adalah hasil kerjasama pelaku kemitraan PIR kelapa sawit,
dicerminkan oleh kelayakan teknis seperti: umur tanaman waktu konversi,
produktivitas kebun plasma, dan kemampuan melunasi kredit. Selain itu dilihat
penerimaan terhadap biaya (R/C), dan rasio pendapatan terhadap biaya (B/C)
untuk masing-masing pola PIR yang berbeda.
9. Kinerja rumahtangga petani plasma kelapa sawit dicerminkan oleh variabel-
variabel endogen dalam model ekonomi rumahtangga petani plasma yaitu
kinerja produksi, curahan kerja, pengunaan input, biaya produksi, pendapatan
kelapa sawit, konsumsi dan investasi serta periode pelunasan kredit.
10. Konversi adalah proses alih kelola dan tanggung jawab kebun plasma dari inti
kepada petani plasma berdasarkan penilaian katagori kelayakan kebun plasma
menurut Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, seperti jumlah pohon per kapling,
umur tanaman, dan kondisi jalan kebun. Konversi dilakukan setelah tanaman
kelapa sawit menghasilkan (setelah umur 48 bulan) melalui akad kredit.
11. Pasca konversi adalah tahapan pengelolaan kebun plasma kelapa sawit yang
ditandai dengan dikelolanya kebun plasma secara penuh oleh rumahtangga
petani plasma, peranan inti hanya sebagai pembina dan pembeli produk.
12. Faktor eksternal rumahtangga petani plasma adalah faktor yang berasal dari luar
sistem baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja
rumahtangga petani plasma, dapat berupa kebijakan pemerintah atau
goncangan siklus bisnis perekonomian suatu negara seperti perubahan harga
input, harga output, tingkat upah, harga bahan bakar minyak (BBM).
13. Faktor internal rumahtangga petani plasma adalah faktor yang berasal dari
dalam sistem baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
kinerja rumahtangga petani plasma, misal perubahan luas areal kelapa sawit dan
VI. DESKRIPSI KEBUN INTI, KEBUN PLASMA DAN