• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN VERBA MAWARU DAN MEGURU DAN STUDI SEMANTIK

2.5 Studi Kajian Semantik

2.5.2 Sinonim Dan Permasalahannya

Semantik ( imiron/意味論) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku/言語学) yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antara satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase ( ku no imi) dan makna kalimat ( bun no imi). ( Sutedi, 2004: 111). Go no imi kankei ada berbagai jenis, salah satunya adalah ruigigo (sinonim). Menurut Sudjiianto (2004: 114)

Ruigigo adalah bebrapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda

namum memiliki makna yang sangat mirip.

Sebagai sebuah sistem, bahasa mempunyai komponen pokok yaitu sistem bunyi, sistem tata bahasa dan kosakata. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai sebuah bahasa dengan baik, seorang pembelajar harus mampu memiliki keterampilan yang mencakup ketiga komponen kebahasaan

tersebut. Asano (1981:3) menyebutkan bahwa tujuan akhir pengajaraan bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat menyampaikan ide atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan tulisan maupun lisan.

Dalam setiap kosakata mengandung sebuah makna. Komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama misalnya bahasa Jepang akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya.

Salah satu jenis kosakata yaitu sinonim yang menurut Zgusta (1971:89) merupakan kata-kata yang memiiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama. Verhaar (1983:132) mengatakan bahwa ‘sinonim adalah ungkapan (biasanya sebuah kata akan tetapi bisa juga frasa atau kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain.

Pateda (2001:222-223) menyatakan bahwa ada tiga batasan yang dapat dikemukakan yaitu:

a. Kata–kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus;

b. Kata-kata yang mengandung makna yang sama , misalnya kata memberitahukan dengan kata menyampaikan;

c. Kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya.

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna antara satu ujaran dengan satu ujaran lainnya. Meskipun demikian dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis dan tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau di distribusikan Chaer (2003: 297-299).

Senada dengan itu Alwasilah (1993: 164) mengungkapkan bahwa beberapa kata (leksim) yang berbeda mempunyai arti yang sama. Dengan kata lain beberapa leksim mengacu pada satu unit semantik yang sama. Relasi ini disebut sinonim, sedangkan sinonim sendiri diajukan pada kata-kata yang bersamaan arti. Kamus yang lengkap biasanya memuat sinonim-sinonim tetapi tidak berarti sinonim-sinonim itu bisa dipakai bergantian dengan makna yang sama persis. ( Alwasilah 1993: 164).

Kemudian menurut Tarigan ( 1995: 17) kata sinonim terdiri dari sin ( “sama”atau “serupa”) dan akar kata onim “nama” yang bermakna “ sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum”. Dengan kata lain sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa.

Dalam buku yoku wakaru goi (Akimoto 2004: 43) membagi jenis-jeniis sinonim berdasarkan hubungan kesinoniman seperti berikut ini :

a. Dougigo (同義語)

Dougigo merupakan jenis sinonim yang memiliki kesamaan ruang lingkup atau memiliki arti sepadan seperti pada kata ふたご (futago) dan

そうせじ (souseji) serta pada kata たきゅう (takyuu) danピンポン ( pinpon).

Sinonim ini biasanya digunakan pada kata serapan dan kata terjemahan bahasa asing seperti pada kata エアコン ( eakon) dan kata 駆虫( kuchuu) yang berarti AC atu pendingin ruangan.

Hubungan kesinoniman pada douigigo dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Pada gambar diatas, hubungan kesinoniman antara A dan B dijelaskan seperti pada kata (futago/ふたご) dan (souseji/そうせじ) yang masih berada dalam ruang lingkup yang sama yang berarti kembar atau mirip.

b. Housetsu kankei (包摂関係 )

Housetsu Kankei merupakan jenis sinonim dimana suatu makna kata masih termasuk kedalam makna kata yang lain secara sempit, seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

A B

Pada gambar di atas, A memiliki makna lebih luas dan B memiliki makna lebih sempit dari A. Misalnya pada kata (chichi/ 父) dan (oya/ 親) dimana selain itu terdapat pada kata sensei (A) dan kyoushi (B). Maka kata kyoushi dan sensei merupakan sinonim.Maka kata sensei merupakan makna luas dan kyoushi sebagai makna sempit (khusus).

c. Jisateki Tokuchoo (示唆的特徴)

Jisateki Tokuchoo merupakan jenis sinonim dimana kedua kata A dan B memiliki persamaan makna namun memiliki sedikit perbedaan dan merupakan jenis sinonim yang memiliki hubungan kesinoniman paling tinggi. Misalnya pada kata 美しい (utsukushii ) dan きれいだ(kirei da) yang sama – sama memiliki makna cantik, indah. Serta pada kata のぼる(noboru) dan あがる ( agaru ) yang sama-sama memiliki makna naik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

A

Pada gambar diatas , hubungan kesinoniman antara A dan B dijelaskan seperti pada kata mori (森) dan hayashi (林) dan keduanya memiliki kesamaan arti yaitu hutan.

Dari berbagai pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama, tetapi makna kata terrsebut tiidak akkann sama persis. Didalam bahasa Jepang banyak sekali terdapat kata-kata yang bersinonim, kemudian kamus atau buku berbahasa Indonesia yang secara terperinci menjelaskan tentang persamaan dan perbedaan kata-kata yang bersinonim sangat minim sekali. Maka dari pada itu penelitian mengenai sinonim sangat diperlukan. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembelajar bahasa Jepang agar tidak terjadi kesalahan pengertian dan ketidaklancaran dalam berkomunikasi karena adanya perbedaan maksud yang hendak disampaikan.

Setiap kata yang bersinonim pasti ada perbedaannya, karena tidak mungkin dua kata atau lebih yang sama sekalitidak memiliki perbedaan. Momiyama (1998) dalam Sutedi (2004:129) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, seperti berikut:

A B

a. Chokkanteki ( secara intuitif langsung) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka akan langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

b. Beberapa kata jika diterjemahkan dalam bahasa asing akan menjadi satu kata, misalnya kata oriru,kudaru,sagaru,dan furu dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata turun.

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya pada kalimat 階段を上がる kaidan o agaru dengan 階段を上るkaidan o noboru sama-sama berarti menaiki tangga.

d. Sutedi ( 2003: 120) Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan bersamaan (sekaligus). Misalnya kata ‘hikaru’ (光‘) dan ‘kagayaku’ (輝く) yang keduanya berarti bersinar., bisa digunakan secara bersamaan seperti pada ‘hoshi ga hikari-kagayaite iru’ (星が光り輝いている) berarti bintang bersinar cemerlang.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam meneliti sinonim menurut Sutedi (2003: 121-123) yaitu :

a. Menentukan objek yang akan diteliti

Hal ini bergantung pada minat peneliti sendiri untuk meneliti apa yang akan ditelitinya dan apa latar belakangnya serta untuk apa manfaatnya.

Literatur yang dimaksud bisa berupa teori-teori kebahasaan, atau berupa hasil penelitian terdahulu.

c. Mengumpulkan data (jitsurei dan sakurei)

Mengumpulkan data (jitsurei) yang dapat diperoleh dari tulisan ilmiah,buku cerita, novel-novel dan surat kabar. Sedangkan sakurei data yang dibuat sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat diterima oleh penutur aslinya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan meminta native speaker yang berkompeten untuk memeriksa setiap sakurei yang dibuat.

d. Mengklasifikasikan data

Dalam proses ini, jitsurei dan sakurei dikelompokan kedalam beberapa kategori atau golongan. Misalnya, dilihat dari subjeknya, predikat, partikel atau situasinya.

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

Apabila kata yang dianalissi lebih dari dua maka akan lebih mudah menganalisisnya dengan membuat analisis pasangan, dua kata dibanding dengan beberapa kata secara sekaligus.

f. Melakukan analisis

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menganalisis makna kata antara lain sebagai berikut:

1. Dengan membandingkan ruigigo (kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda tapi memiliki kemiripan dalam makna) sebaiknya dengan kalimat yang sama, agar analisis terpusat pada objek tersebut.

2. Harus menyajikan kalimat yang benar (yang berpedoman pada jitsutei),jika ragu terhadap kalimat yang dibuat (sakurei), maka prlu meminta pendapat penutur asli. Lalu, melalui tehnik permutasi dan tehnik subtitusi akan dapat diketahui mengapa suatu kata bisa digunakan dalam kalimat, sedangkan kata yang lain tidak bisa. Dengan menelaah berbagai unsur yang terkait, maka perbedaan dan persamaan suatu sinonim akan bisa ditemukan.

g. Membuat kesimpulan/generalisasi

Kesimpulan atau generalisasi dapat dibuat secara induktif yang berdasarkan pada hasil analisis. Oleh karena itu, kelengkapan dan keakuratan data sangat diperlukan agar mampu membuat kesimpulan yang benar.

Dokumen terkait