• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR KINERJA KERJASAMA PAWONSAR

2.5 Sintesa

• Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan. Tujuan pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai

kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan masyarakat sesuai tujuan dan sasaran pembangunan wilayah. Optimal dalam arti dapat mencapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam lingkungan yang berkelanjutan. (Ambardi et al ed, 2002) • Pengembangan wilayah terkait dengan kegiatan pemerintahan di daerah,

berkembang pula pemikiran untuk menghubungkan pendekatan pengambangan wilayah dengan sistem administrasi pembangunan. Hal ini menumbuhkan pendekatan pengembangan dari atas ke bawah (top down) dan pengembangan dari bawah ke atas (bottom up). Dalam perkembangannya dua pendekatan ini tidak dapat dilihat secara terpisah, bahkan merupakan suatu kesatuan sesuai dengan proses alamiah perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh keputusan pemerintah pusat dan kondisi lokal

• Dalam pencapaian tujuan fungsional pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat, yang dapat diciptakan melalui kesamaan pemahaman dan peran pengelolaan program pembangunan daerah berbasis wilayah yang perwujudannya melalui pendekatan regionalisasi. Bentuk-bentuk interaksi yang perlu dilakukan adalah kerjasama (joint efforts), koordinasi antar daerah dan temu konsultatif perencanaan (Sumarsono).

• Faktor-faktor yang menjadi penyebab perlunya kerjasama daerah antara lain : faktor kesamaan kepentingan, berkembangnya paradigma baru di masyarakat, jawaban terhadap kekhawatiran disintegrasi perlunya menggalang persatuan; dan kesatuan dengan mempererat kerjasama antar daerah, sinergi antar daerah, peluang perolehan kerjasama dan sumber dana dari program pembangunan baik

82 nasional maupun internasional, sebagai wadah komunikasi utama bagi

stakeholder dalam kegiatan pembangunan

• Regionalisasi secara umum dapat diartikan sebagai proses terbentuknya suatu region yang terdiri dari beberapa daerah administratif dan secara keruangan memiliki relevansi/keterkaitan geografis (Abdurahman, 2005:7).

• Komponen bangunan regionalisasi desentralistik adalah sebagai berikut (ibid, 22- 23): batasan wilayah administratif (landasan ruang), potensi unggulan dan kekuatan endogen (pondasi kegiatan), aktor regional (platform), aspek komunikasi, kerjasama dan koordinasi (pilar kegiatan), tujuan dan sasaran bersama untuk mewujudkan pembangunan (visi dan target).

• Istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya (Dunn, 1998:608). Kriteria untuk evaluasi diterapkan secara retrospektif (ex post) yaitu: efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan.

• Menurut Susanto, kriteria dasar untuk menilai ketepatan dan kegunaan sebuah indikator adalah: langsung, obyektif, memadai, kuantitatif, dipisahkan, praktis, tepercaya.

• Syarat-syarat indikator kinerja yang baik adalah SMART (ibid, Gaspersz, 2004:51): specific, measureable (“what gets measured gets managed”),

attributable atau aggressive but attainable, relevant atau result-oriented, timely

• Indikator kinerja menginformasikan tingkat pencapaian kinerja yang dinyatakan secara kuantitatif. Hatry dalam Nasir et al ed (2003:44) mengkategorisasikan informasi kinerja sebagai berikut: Input, output, outcome, Efisiensi atau

produktivitas, karakteristik demografis dan karakteristik beban kerja lainnya, dampak (impact).

• Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh LAN (lembaga Administrasi Negara) dan BPKP ( Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) yang dikenal dengan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) memberikan informasi tentang kesesuaian pelaksanaan program suatu organisasi dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengukuran capaian aktivitas dapat dilakukan pada tataran masukan (input), proses, keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact) dari aktivitas atau program instansi pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat (Nasir et al ed 2003:50). • Pendekatan dalam menemukan indikator kinerja ini dilakukan karena belum

adanya indikator yang pasti dalam penilaian kinerja, baik mengenai kinerja Pemerintah Daerah maupun kinerja kerjasama antar daerah. Pendekatan tersebut meliputi (Yudoyono, 1998:161-166): Visi, Misi dan Tujuan Organisasi, Public Management and Policy, Moral/Etika, Community Econimic Development (CED), Kepuasan Masyarakat, Kemampuan Organisasi.

• Sebagai upaya mengukur performa kerjasama, disusun kriteria penilaian. Penilaian untuk mengkaji format kerjasama menurut Setiawan (Winarso et al ed, 2002:131) adalah sebagai berikut: kecukupan skala, kompetensi, keefektifan, akuntabilitas, transparansi, integrasi, ekuitas.

84 TABEL II.4

PERATURAN DAN PENDAPAT BEBERAPA PAKAR TENTANG KINERJA KERJASAMA ANTAR DAERAH

DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

No Peraturan/Pakar Variabel yang dipertimbangkan Variabel yang terbentuk

1 Undang-undang No. 32/2004,

Pasal 195

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan

• efisiensi dan efektivitas pelayanan publik

• sinergi dan saling menguntungkan

Kinerja Kerjasama Antar Daerah

• Efektivitas

• Efisiensi

• Sinergi dan saling menguntungkan

• kecukupan,

• perataan,

• responsivitas,

• ketepatan

• kecukupan skala (scale adequacy),

• kompetensi (competence) • akuntabilitas (accountability) • transparansi (transparancy) • integrasi (integration) • ekuitas (equity) • democracy 2 William N. Dunn Kriteria untuk evaluasi diterapkan secara retrospektif (ex post) yaitu:

• efektivitas, • efisiensi, • kecukupan, • perataan, • responsivitas, • ketepatan

3 Leo van den Berg Penilaian untuk kualitas administrasi dari urban regionadalah sebagai berikut:

• Kecukupan skala (scale adequacy)

• Kompetensi

• Efektivitas/efisiensi

• Intergrasi

• Demokrasi

4 Putu Rudi Setiawan Penilaian untuk mengkaji format kerjasama adalah sebagai berikut:

• kecukupan skala (scale adequacy),

• kompetensi, • keefektifan, • akuntabilitas, • transparansi, • integrasi, • ekuitas.

TABEL II.4 Lanjutan

5 Drs. Bambang Yudoyono, M.Si

Pendekatan dalam menemukan indikator kinerja:

• Visi, Misi dan Tujuan Organisasi (produktifitas)

Public Management and Policy

• Moral/Etika

Community Economic Development (CED)

• Kepuasan Masyarakat

• Kemampuan Organisasi

• Visi, Misi dan Tujuan Organisasi (effectivness)

Public Management and Policy

(responsiveness)

• Moral/Etika

Community Economic Development (CED)

• Kepuasan Masyarakat (quality of service)

• Kemampuan Organisasi(responsiveness) 5 LAN (lembaga Administrasi

Negara) dan BPKP ( Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) (Nasir et al ed 2003:50)

Pengukuran capaian aktivitas dapat dilakukan pada tataran:

• masukan (input),

• proses,

• keluaran (output),

• hasil (outcome),

• manfaat (benefit) dan

• dampak (impact)

• masukan (input),

• proses,

• keluaran (output),

• hasil (outcome),

• manfaat (benefit) dan

• dampak (impact) 6 Susanto kriteria dasar untuk menilai ketepatan dan kegunaan sebuah indikator adalah:

• langsung, • obyektif, • memadai, • kuantitatif, • dipisahkan, • praktis, • tepercaya, • specific,

measureable (“what gets measured gets managed”),

attributable atau aggressive but attainable,

relevant atau • result-oriented, timely • langsung, • obyektif, • memadai, • kuantitatif, • dipisahkan, • praktis, • tepercaya, • specific,

measureable (“what gets measured gets

managed”),

attributable atau aggressive but attainable,

relevant atau

result-oriented,

timely Sumber : Hasil rangkuman

86 TABEL II.5

PENDAPAT BEBERAPA PAKAR TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

No Peraturan/Pakar Variabel yang dipertimbangkan Variabel yang terbentuk

1 Benjamin Abdurahman Secara umum dapat diamati bahwa sejak penerapan otonomi daerah belum tampak adanya upaya yang signifikan baik dari pusat maupun inisiatif daerah dalam memanfaatkan strategi dan mendorong proses regionalisasi desentralistik. Hal ini antara lain disebabkan:

• minimnya kesiapan perangkat perundang-undangan yang mendukung proses tersebut, terutama yang melekat pada Undang-undang otonomi daerah.

• masih adanya kebiasaan penggunaan pola sentralistik yang kontradiktif dengan pendekatan desentralistik sehingga mengakibatkan gesekan dan berbagai kebuntuan di lapangan.

• keterbatasan know how dan kemampuan untuk menggunakan strategi regionalisasi desentralistik yang sesuai dengan situasi serta kondisi di lapangan oleh para pelaku pembangunan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Kerjasama Antar Daerah

2 Mudrajad Kuncoro Beberapa isu sentral yang muncul ke permukaan dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu:

• bergesernya egoisme sektoral menjadi fanatisme daerah yang ditandai dengan adanya istilah putra daerah dan aset daerah,

• ada tendensi masing-masing daerah mementingkan daerahnya sendiri dan bahkan bersaing satu sama lain dalam berbagai hal terutama mengumpulkan PAD (pendapatan asli daerah) yang kemudian diidentikkan dengan automoney,

• terkait dengan timing dan political will, yang dikarenakan otonomi daerah dicanangkan pada saat pemerintah pusat mulai goyah basis kredibilitas dan legitimasinya,

• masih adanya grey area kewengangan antara pusat, provinsi, kabupaten/kota karena belum tuntasnya penyerahan sarana/prasarana maupun pengalihan pegawai pusat ke daerah,

• tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik sehingga diharapkan pelayanan publik lebih efektif dan efisien,

• lemahnya koordinasi antar sektor dan antar daerah.

• beberapa tugas dengan eksternalitas dan skala ekonomi yang besar seperti pengelolaan kawasan lintas kabupaten/kota belum atau tidak dilakukan

3 Putu Rudi Setiawan • Permasalahan yang dapat diindentifikasi secara umum dari kerjasama antar pemerintah lokal selama ini adalah belum tumbuhnya kesadaran akan pentingnya melakukan kerjasama oleh sebagian besar pemerintah lokal.

• Permasalahan berikutnya adalah apabila kesadaran untuk melakukan kerjasama antar pemerintah lokal sudah mulai muncul, maka perlu ada mekanisme dan prosedur yang jelas, aplikatif dan tepat (proper) sebagai stimulannya.

TABEL II.5 Lanjutan

4 Direktorat Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah

Secara umum gambaran tentang faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan kerjasama pembangunan sektoral dan daerah adalah:

• perbedaan kepentingan dan prioritas,

• besarnya harapan terhadap pemerintah pusat khususnya dalam hal pendanaan,

• kuatnya peran pemerintah pusat,

• masalah dana

• serta tidak ada dokumen legalitas sebagai payung kerjasama 5 Yuwono (Tangkilisan,

2005:180)

faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi

• upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi,

• budaya organisasi,

• kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi dan

• kepemimpinan yang efektif 6 Ruky (Tangkilisan,

2005:180)

faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi yaitu:

• teknologi,

• kualitas input atau material,

• kualitas lingkungan fisik,

• budaya organisasi,

• kepemimpinan dan

• pengelolaan sumberdaya manusia. 7 Soesilo (Tangkilisan,

2005:181)

kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor:

• struktur organisasi,

• kebijakan pengelolaan,

• sumberdaya manusia,

• sistem informasi manajemen dan

• sarana dan prasarana yang dimiliki 8 Atmosoeprapto

(Tangkilisan, 2005:181- 182)

kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal.

• Faktor ekternal meliputi faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial sedangkan

• faktor internal terdiri dari tujuan organisasi, struktur organisasi, sumberdaya manusia dan budaya organisasi

Dokumen terkait