• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

2.2. Sistem RFID

RFID adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan frekuensi radio untuk identifikasi otomatis terhadap suatu obyek [1]. Kenyataan bahwa manusia amat terampil dalam mengidentifikasi obyek dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda menjadi motivasi dari teknologi ini. RFID adalah teknologi penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi, melacak, dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam

tag RFID.

Perhatian terhadap RFID dalam lingkungan media masa maupun akademis telah meningkat dalam beberapa tahun ini, dunia berada pada ambang ledakan penggunaan RFID. Para pengamat RFID menganggap RFID sebagai suksesor dari barcode yang memiliki 2 keunggulan pembeda, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi yang unik

Sebuah barcode mengindikasikan tipe obyek tempat ia dicetak, misalnya “Ini adalah sebatang cokleat bermerek ABC dengan kadar 70% dan berat 100 gram”. Sebuah tag

RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga dapat mengindikasikan “Ini adalah sebatang coklat bermerek ABC dengan kadar 70% dan berat 100 gram, nomor seri 897348738”.

2. Otomasi

Barcode dibaca secara optik, memerlukan kontak line-of-sight dengan reader, sehingga membutuhkan peletakan fisik yang tepat dari obyek yang dibaca. Kecuali pada lingkungan yang benar-benar terkontrol, scanning terhadap barcode memerlukan campur tangan manusia, sebaliknya tag-tag RFID dapat dibaca tanpa kontak line-of-sight dan tanpa penempatan yang presisi. Sebagai suksesor dari barcode, RFID menawarkan peningkatan efisiensi.

Secara garis besar sebuah sistem RFID dirunjukkan pada Gambar 2.2, yaitu terdiri atas 3 komponen utama, yaitu tag, reader, dan controller [3]. Secara ringkas, mekanisme kerja yang terjadi dalam sebuah sistem RFID adalah bahwa sebuah reader frekuensi radio melakukan

scanning terhadap data yang tersimpan dalam tag, kemudian mengirimkan informasi tersebut ke sebuah controller.

Gambar 2.2. Komponen Utama Sistem RFID [3]

Tag dan reader berkomunikasi satu sama lain melalui gelombang radio. Saat obyek

ber-tag berada pada wilayah baca reader, reader akan memberikan sinyal kepada tag untuk mengirimkan data yang tersimpan. Selanjutnya, saat reader telah menerima data tag, data tersebut akan disampaikan kepada controller. Sebuah sistem RFID bisa terdiri dari beberapa

reader. Namun, semua reader dapat diterapakan pada controller tunggal. Demikian juga,

2.2.1. Tag RFID

Fungsi dasar dari tag RFID adalah menyimpan data dan mengirimkan data tersebut pada reader [2]. Sebuah tag terdiri atas chip (microchip) dan sebuah antena (Gambar 2.3). Chip tersebut menyimpan nomor seri yang unik atau informasi lainnya.

Antena yang terpasang pada chip mengirimkan informasi dari chip ke reader. Biasanya rentang pembacaan diindikasikan dengan besarnya antena. Antena yang lebih besar mengindikasikan rentang pembacaan yang lebih jauh. Tag tersebut terpasang atau tertanam dalam obyek yang akan diidentifikasi. Tag dapat dibaca dengan reader bergerak maupun stasioner menggunakan gelombang radio.

Tag RFID sangat bervariasi dalam hal bentuk dan ukuran. Sebagian tag mudah ditandai, misalnya tag anti pencurian yang terbuat dari plastik keras yang dipasang pada barang-barang di toko. Tag untuk tracking hewan yang ditanam di bawah kulit berukuran tidak lebih besar dari bagian lancip dari ujung pensil. Bahkan ada tag yang lebih kecil lagi yang telah dikembangkan untuk ditanam di dalam serat kertas uang.

Gambar 2.3. Tag RFID [1]

2.2.1.1. Tipe-tipe Tag

Tag dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu tag pasif, tag aktif, dan tag semi aktif (disebut juga semi pasif) [2]. Pengelempokan ini berdasarkan pada ada tidaknya catu daya pada tag dan kemampuannya untuk menginisiasi komunikasi dengan reader.

1. Tag Pasif

Tag versi paling sederhana adalah tag pasif, yaitu tag yang tidak memiliki catu daya sendiri serta tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader [1]. Sebagai gantinya,

tag merespon emisi frekuensi radio dan menurunkan dayanya dari gelombang energi yang dipancarkan oleh reader. Sebuah tag pasif minimal mengandung sebuah

indentifier unik dari sebuah item yang dipasangi tag tersebut. Data tambahan dimungkinkan untuk ditambahkan pada tag, tergantung kepada kapasitas penyimpanannya. Kapasitas memori dari tag pasif antara 1 bit sampai dengan beberapa

kilobytes [4]. Tag pasif dapat beroperasi pada frekuensi rendah (low frequency), frekuensi tinggi (high frequency), dan frekuensi ultra tinggi (ultrahigh frequency). Tergantung pada frekuensi yang digunakan, tag pasif memiliki rentang baca antara 1 mm sampai sekitar 5 m. Contoh aplikasi tag pasif adalah pada pass transit, pass masuk gedung, dan barang-barang konsumsi [1]. Harga tag pasif lebih murah dibandingkan harga versi lainnya. Perkembangan tag murah ini telah menciptakan revolusi dalam adopsi RFID dan memungkinkan penggunaannya dalam skala yang luas. Komponen

tag pasif ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Komponen Tag Pasif [2]

2. Tag Semi Pasif

Tag semi pasif adalah versi tag yang memiliki catu daya sendiri (baterai) tetapi tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader [1]. Dalam hal ini, baterai digunakan oleh tag sebagai catu daya untuk melakukan fungsi yang lain seperti pemantauan keadaan lingkungan dan mencatu bagian elektronik internal tag, serta untuk memfasilitasi penyimpanan informasi. Tag versi ini tidak secara aktif memancarkan sinyal ke reader. Tag semi pasif tag disebut juga battery-assisted tag [2]. Pada komunikasi antara tag dan reader dengan tag ini, reader selalu mengkomunikasikan terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh tag. Tag semi pasif dapat dibaca pada jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan tag pasif. Pada kondisi ideal, jarak bacanya

mencapai 100 kaki (sekitar 30,5 m). Tag ini dapat dihubungkan dengan sensor untuk menyimpan informasi untuk peralatan keamanan. Gambar 2.5 menunjukkan komponen

tag semi pasif.

Gambar 2.5. Komponen Tag Semi Pasif [2]

3. Tag Aktif

Tag aktif adalah tag yang selain memiliki antena dan chip, juga memiliku catu daya dan pemancar serta mengirimkan sinyal kontinyu [1]. Tag versi ini biasanya memiliki kemampuan baca tulis, dalam hal ini data tag dapat ditulis ulang dan dimodifikasi. Tag

aktif dapat menginisiasi komunikasi dan dapat berkomunikasi pada jarak yang lebih jauh, hingga 750 kaki, tergantung pada daya baterainya. Pada komunikasi antara tag

dan reader dengan tag ini, tag selalu memulai terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh reader. Harga tag ini merupakan yang paling mahal dibandingkan dengan versi lainnya. Gambar 2.6 menunjukkan komponen tag aktif.

2.2.1.2. Tipe Memori Tag

Seperti yang telah disebutkan di atas, sebuah chip pada sebuah tag berfungsi untuk menyimpan nomor seri yang unik atau informasi lainnya. Ketentuan penyimpanan dan pengisiannya tergantung pada tipe memorinya. Klasifikasi tipe memori tag adalah Read-Only

(RO), Write Once-Read Many (WORM), dan Read-Write (RW). 1. Read Only (RO)

Sebuah tag RO hanya dapat diprogram atau diisi sekali dalam penggunaanya [2]. Data diisikan oleh pabrikan pada saat proses produksi. Setelah itu, data sama sekali tidak dapat dituliskan kembali pada tag. Tag tipe ini memiliki kapasitas memori minimum (biasanya kurang dari 64 bit) dan mengandung data yang terprogram permanen sehingga tidak dapat diubah [1]. Tag pasif biasanya memiliki tipe memori seperti ini.

Tag tipe ini scocok untuk aplikasi kecil dan sederhana. Data yang terkandung di dalam

tag seperti ini terutama adalah data identifikasi obyek. Tag dengan tipe memori seperti ini telah banyak digunakan di perpustakaan dan persewaan video. Tag pasif biasanya memiliki tipe memori seperti ini.

2. Write Once, Read Many (WORM)

Sebuah tag dengan tipe memori WORM dapat diprogram atau satu sekali. Berbeda dengan tipe RO, pengisian tidak dilakukan oleh pabrikan tetapi dilakukan sendiri oleh pengguna [2]. Tag dengan tipe ini memungkinkan informasi disimpan sekali, tetapi tidak membolehkan perubahan berikutnya terhadap data [1]. Tag tipe ini memiliki fitur keamanan ROdengan menambahkan fungsionalitas tambahan dari tag RW.

3. Read Write (RW)

Pada tag dengan tipe memori RW, data dapat dimutakhirkan jika diperlukan [1]. Sebagai konsekuensinya kapasitas memorinya lebih besar dan harganya lebih mahal dibandingkan tag RO. Tag seperti ini biasanya digunakan ketika data yang tersimpan di dalamnya perlu pemutakhiran seiring dengan daur hidup produk, misalnya di pabrik.

Tag dengan tipe memori RW menawarkan keuntungan yang luar biasa karena data yang telah terisi dapat ditulis ulang dan diubah oleh pengguna [2].

2.2.2. Reader RFID

Untuk berfungsinya sistem RFID, diperlukan sebuah reader atau alat scanning yang dapat membaca tag dengan benar dan mengkomunikasikan hasilnya ke suatu controller [1].

Reader disebut juga interrogator, yaitu perangkat yang dapat membaca data pada tag dan mengisi data pada tag. Jadi reader juga berfungsi sebagai writer [2]. Dalam kasus tag pasif,

reader berfungsi juga sebagai catu daya untuk mengaktifkan tag. Reader merupakan jembatan antara tag dengan controller [3].

2.2.2.1. Komponen Reader

Reader memiliki beberapa komponen utama, yaitu transmitter, receiver, microprocessor, memory, input/output channels, communication interface, dan power [2]. Gambar 2.7 berikut menunjukkan komponen-komponen utama pada contoh sebuah reader.

Gambar 2.7. Komponen-komponen Utama pada Contoh Sebuah Reader [2]

1. Transmitter

Transmitter pada reader digunakan untuk mentransmisi daya AC dan clock cycle

melalui antenanya ke tag yang berada pada jarak bacanya. Transmitter merupakan bagian dari unit tranceiver yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal reader

ke lingkungan di sekitarnya dan menerima sinyal balasan dari tag melalui antena

2. Receiver

Komponen ini juga merupakan bagian dari tranceiver. Receiver menerima sinyal analog dari tag melalui antena reader. Kemudian, receiver mengirimkan sinyal tersebut kepada mikroprosesor reader. Sinyal diubah ke dalam bentuk digital. Jadi sinyal digital tersebut merupakan representasi dari data yang telah dikirimkan oleh tag

kepada antena reader. 3. Microprocessor

Mikroprosesor bertanggung jawab untuk mengimplementasikan komunikasi antara

reader dengan tag. Komponen ini melakukan decoding dan koreksi error terhadap sinyal analog dari receiver.

4. Memory

Memori digunakan untuk menyimpan data. Berapa banyak hasil pembacaan tag dapat disimpan, tergantung pada kapasitas memorinya.

5. Input/output channels

Reader tidak harus selalu aktif untuk membaca tag setiap waktu. Tag akan muncul hanya pada saat-saat tertentu. Komponen ini menyediakan mekanisme untuk mematikan atau mengaktifkan reader tergantung pada kondisi yang terjadi di luar

reader. Sebagai contoh, misalnya dipasang sebuah sensor untuk input. Sensor akan mendeteksi keberadaan sebuah obyek ber-tag di daerah baca reader. Sensor kemudian akan mengaktifkan reader untuk membaca tag. Demikian juga untuk output,

komponen ini memungkinkan reader menghasilkan output lokal melalui annunciator

(misalnya alarm) atau actuator (misalnya membuka atau menutup portal keamanan dan pintu otomatis).

6. Coomunication Interface

Komponen ini menghasilkan instruksi-instruksi komunikasi untuk reader yang memungkinkan reader berinteraksi dengan perangkat eksternal.

7. Power

Komponen ini menyediakan daya atau sumber tegangan untuk beroperasinya sebuah

2.2.2.2. Klasifikasi Reader

Seperti halnya tag, reader juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang berbeda. Berdasar pada model interface yang disediakan untuk komunkasi, reader dibedakan menjadi 2 macam, yaitu serial dan network [2]. Reader serial menggunakan penghubung kominikasi

serial untuk berkomunikasi dengan sebuah aplikasi. Reader terhubung dengan sebuah port

komputer dengan RS-232 atau RS-485. Reader network dapat dihubungkan ke komputer dengan kabel maupun tanpa kabel (wireless).

Berdasarkan mobilitasnya, reader dibedakan menjadi 2 macam, yaitu reader stasioner

(stationary reader) dan reader genggam (handheld reader). Stasionery reader disebut juga

fixed reader. Reader ini biasanya dipasang pada suatu tempat tertentu, misalnya tembok, portal, atau tempat lainnya sesuai dengan fungsi aplikasinya. Aktifitas pembacaannya tergantung pada ada tidaknya tag yang mendekatinya atau berada pada rentang bacanya.

Handheld reader merupakan reader bergerak yang dapat digunakan sebagai perangkat genggam. Komponen dasar dari reader ini, termasuk antena dan software aplikasinya, berada dalam satu perangkat. Data yang diperoleh dari tag bisa disimpan pada reader. Reader jenis ini menawarkan fleksibilitas, pengguna dapat membawa reader mendekati obyek yang akan dibaca.

Klasifikasi reader selanjutnya adalah berdasarkan pada kemampuan bekomunikasinya dengan tag. Reader dibedakan menjadi 2 macam, yaitu read only reader dan read and write reader. Reader tipe read only dirancang dengan fungsi utamanya saja, yaitu untuk membaca data yang tersimpan pada sebuah tag. Semua reader memiliki fungsi ini. Reader tipe read and write, selain memiliki fungsi untuk membaca data yang tersimpan pada sebuah tag, reader ini juga dapat mengisikan data pada sebuah tag.

2.2.3. Controller

Controller merupakan otak dari suatu sistem RFID yang merupakan pusat proses informasi [2]. Controller biasanya berupa sebuah mikrokontroler, komputer, atau workstation

dengan database atau software aplikasi. Controller dapat menggunakan data yang terkumpul dari hasil pembacaan data pada tag untuk beberapa keperluan sesuai dengan aplikasi yang digunakan. Perangkat ini memungkinkan reader untuk berkomunikasi dengan perangkat

eksternal, seperti annunciator dan actuator. Sebagai analogi, controller untuk sebuah reader

adalah seperti halnya driver untuk sebuah printer. Untuk mencetak sebuah dokumen, sebuah komputer harus memiliki instalasi driver untuk printer. Begitu pula, untuk mendapatkan data yang tersimpan pada tag, sebuah reader harus menggunakan controller.

2.2.4. Frekuensi Radio sebagai Karakteristik Operasi Sistem RFID

Pemilihan frekuensi radio merupakan kunci kerakteristik operasi sistem RFID [1]. Frekuensi sebagian besar ditentukan oleh kecepatan komunikasi dan jarak baca terhadap tag. Secara umum, tingginya frekuensi mengindikasikan jauhnya jarak baca. Frekuensi yang lebih tinggi mengindikasikan jarak baca yang lebih jauh. Pemilihan tipe frekuensi juga dapat ditentukan oleh tipe aplikasinya. Aplikasi tertentu lebih cocok untuk salah satu tipe frekuensi dibandingkan dengan tipe lainnya karena gelombang radio memiliki perilaku yang berbeda-beda menurut frekuensinya. Sebagai contoh, gelombang LF memiliki kemampuan penetrasi terhadap dinding tembok yang lebih baik dibandingkan dengan gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi, tetapi frekuensi yang lebih tinggi memiliki laju data (data rate) yang lebih cepat.

Sistem RFID dibedakan menjadi empat macam berdasarkan frekuensi yang digunakan, yaitu Low Frequency (LF), High Freguency (HF), Ultra High Frequency (UHF), dan gelombang mikro. Berikut ini adalah 4 frekuensi utama yang digunakan oleh sistem RFID beserta penjelasannya.

1. Band LF berkisar dari 125 KHz hingga 134 KHz. Band ini paling sesuai untuk penggunaan jarak pendek (short-range) seperti sistem anti pencurian, identifikasi hewan, dan sistem kunci mobil.

2. Band HF beroperasi pada 13.56 MHz. Frekuensi ini memungkinkan akurasi yang lebih baik dalam jarak tiga kaki dan karena itu dapat mereduksi resiko kesalahan pembacaan

tag. Sebagai konsekuensinya, band ini lebih cocok untuk pembacaan pada tingkat item

(item-level reading). Tag RFID HF banyak digunakan untuk pelacakan barang-barang di perpustakaan, toko buku, kontrol akses gedung, pelacakan bagasi pesawat terbang, dan pelacakan item pakaian.

3. Band UHF beroperasi di sekitar 900 MHz dan dapat dibaca dari jarak yang lebih jauh dari tag HF, berkisar dari 3 hingga 15 kaki. Tag ini lebih sensitif terhadap faktor-faktor lingkungan daripada tag-tag yang beroperasi pada frekuensi lainnya. Band 900 MHz muncul sebagai band yang lebih disukai untuk aplikasi rantai suplai karena laju dan rentang bacanya. Tag UHF pasif dapat dibaca dengan laju sekitar 100 hingga 1.000 tag

perdetik. Tag ini umumnya digunakan pada pelacakan kontainer, truk, trailer, dan terminal peti kemas.

4. Tag yang beroperasi pada frekuensi gelombang mikro, biasanya 2.45 dan 5.8 GHz, mengalami lebih banyak pantulan gelombang radio dari obyek-obyek di dekatnya yang dapat mengganggu kemampuan reader untuk berkomunikasi dengan tag. Tag RFID gelombang mikro biasanya digunakan untuk manajemen rantai suplai.

Gambar 2.8. Spektrum Frekuensi Radio [3]

2.2.4.1.

Elemen Komunikasi dengan Frekuensi Radio

Terdapat 4 elemen penting yang membuat komunikasi dengan ferkuensi radio terjadi, yaitu sinyal data, sinyal carrier, modulasi, dan antena [4]. Sinyal data adalah gelombang yang berisi informasi dan dibutuhkan untuk dikirim ke receiver, disebut juga sinyal pemodulasi. Sinyal carrier adalah gelombang yang membawa sinyal data. Sinyal carrier disebut juga sinyal pembawa. Modulasi adalah proses yang menyandikan sinyal data ke sinyal carrier dan menciptakan gelombang radio. Antena adalah perangkat yang digunakan untuk mengirim dan menerima sinyal.

Keempat elemen di atas bekerja sama sehingga komunikasi terjadi. Sinyal carrier adalah sinyal konstan, baik dalam frekuensi maupun amplitudo, misalnya gelombang sinus. Sinyal ini tidak berisi informasi. Dalam komunikasi dengan frekuensi radio, informasi dikodekan ke dalam sinyal carrier menggunakan teknik modulasi. Sinyal data yang berisi informasi

memodulasi sinyal carrier. Sinyal termodulasi dikirim melalui antena dan diterima oleh antena penerima. Sinyal tersebut mengalami proses demodulasi untuk mendapatkan sinyal data kembali. Proses komunikasi ini ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut :

Gambar 2.9. Proses Komunikasi Menggunakan Modulasi [4]

2.2.4.2. Proses Modulasi

Ada 3 tipe modulasi, yaitu Amplitude Modulation (AM), Frequency Modulation (FM), dan Phase Modulation (PM) [4]. Ketiga tipe tersebut adalah bentuk dasar untuk modulasi analog. Versi digital dari modulasi tersebut adalah Amplitude Shift Keying (ASK), Frequency Shift Keying (FSK), dan Phase Shift Keying (PSK). Data yang dikirim oleh mikrokontroler adalah tipe digital, jadi modulasi versi digital lebih tepat untuk aplikasi dengan mikrokontroler.

1. Amplitude Shift Keying (ASK)

ASK mengubah amplitudo sinyal carrier ke dalam data biner. Gambar 2.10 di bawah merupakan contoh ASK pada sinyal pemodulasi. Sinyal pemodulasi berkorespondensi dengan sinyal digital yang mewakili biner 0011010. Dalam sinyal tersebut, periodenya sama, hanya amplitudonya yang berbeda.

2. Frequency Shift Keying (FSK)

FSK memodulasi frekuensi sinyal carrier. Data digital dinyatakan melalui penggeseran frekuensi carrier. Informasi biner dikirimkan menggunakan frekuensi yang berbeda untuk mewakili pola bit. Satu frekuensi mewakili satu bit biner dan sebuah frekuensi yang berbeda mewakili bit biner yang lain. Gambar 2.11 berikut menunjukkan sebuah sinyal pemodulasi dengan FSK. Sinyal tersebut mewakili biner 0011010.

Gambar 2.11. Bentuk Sinyal FSK [4]

3. Phase Shift Keying (PSK)

PSK adalah teknik modulasi yang mewakili data digital dengan penggeseran periode sinyal carrier. Pada transmisi biner, fase sinyal carrier digerser 180° untuk mewakili ‘1’ atau ‘0’. Gambar 2.12 berikut menunjukkan contoh dari PSK.

2.2.5. Teknik Penyandian Sinyal Digital

Kode biner ‘1’ dan ‘0’ dalam sinyal digital dapat dinyatakan dalam bermacam-macam kode. Ada beberapa teknik penyandian sinyal digital, diantaranya adalah Non Return to Zero

(NRZ), Nonreturn to Zero Inverted (NRZI), Multilevel binary, Biphase, Bipolar with 8 Zeros Substitution (B8ZS), dan High density bipolar 3 Zeros (HDB3).

2.2.5.1. Non Return to Zero (NRZ)

Ada 2 teknik dalam teknik penyandian ini NRZ, yaitu Non Return to Zero Level (NRZ-L) dan Non Return to Zero Inverted(NRZ-I), ditunjukkan pada Gambar 2.13.

1. Non Return to Zero Level(NRZ-L)

NRZ adalah teknik penyandian yang merepresentasikan biner ‘0’ dengan sinyal high, sedangkan biner ‘1’ dinyatakan dengan sinyal low [5].

2. Non Return to Zero Inverted(NRZ-I)

Suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal suatu bit time akan mewakili biner ‘1’. Jika tidak ada transisi, berarti mewakili biner ‘0’.

Gambar 2.13. Format PenyandianNRZ [5]

2.2.5.2. Multilevel Binary

Teknik ini menggunakan lebih dari 2 level sinyal [5]. Ada dua penyandian dalam teknik ini, yaitu Bipolar-AMI dan Pseudoternary, ditunjukkan pada Gambar 2.14.

1. Bipolar-AMI

Biner ‘0’ diwakili dengan tidak adanya line sinyal, sedangkan biner '1' diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.

2. Pseudoternary

Biner '1' diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan binary '0' oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif.

Gambar 2.14. Format Penyandian Multilevel Binary[5]

2.2.5.3. Biphase

Ada 2 teknik dalam teknik penyandian ini biphase, yaitu Manchester dan

DifferentialManchester [5]. Gambar 2.15 menunjukkan format penyandian Biphase. 1. Manchester

Biner ‘1’ dinyatakan dengan transisi positif (low ke high) pada setengah dari periode tiap bit. Transisi low (high ke low) merepresentasikan biner '0'.

2. Differential Manchester

Biner '0' diwakili oleh adanya transisi di awal periode suatu bit, sedangkan biner '1' diwakili oleh ketiadaan transisi di awal periode suatu bit.

Gambar 2.15. Format Penyandian Biphase [5]

2.2.5.4. Bipolar with 8-Zeros Substitution (B8ZS)

Pada teknik penyandian ini, jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah positif, maka 8 nol dari oktaf tersebut disandikan

+ − − + 0

000 [5]. Jika terjadi oktaf dari semua nol dan pulsa tegangan terakhir yang mendahului oktaf ini adalah negatif, maka 8 nol dari oktaf tersebut disandikan sebagai

− + + − 0

000 . Format PenyandianB8ZS ditunjukkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Format PenyandianB8ZS [5]

2.2.5.5. High Density Bipolar 3 Zeros (HDB3)

HDB3 adalah suatu kode yang menggantikan string-string dari 4 nol dengan rangkaian yang mengandung satu atau dua pulsa yang disebut kode violation [5]. Jika violation yang terakhir positif, violation ini pasti negatif dan sebaliknya. Format penyandian HDB3 ditunjukkan Gambar 2.17.

Gambar 2.17. Format PenyandianHDB3 [5]

Dokumen terkait