• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Sistem Informasi Pelabuhan

Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan merupakan suatu sistem yang ditujukan untuk mendapatkan, mengelola, mengolah, dan menyajikan data informasi yang ada di Pelabuhan Perikanan. Sistem Informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk :

(1) Prasarana fisik :

™ Untuk perencanaan dan pengembangan pelabuhan perikanan; ™ Untuk pengelolaan fungsional;

(2) Sosial ekonomi perikanan :

™ Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; ™ Untuk perencanaan dan pengembangan pemasaran dan

distribusi ikan.

(3) Layanan informasi perikanan :

™ Untuk memberikan informasi harian dan periodik tentang jenis, harga, produksi ikan, dan jumlah kapal.

Lingkup dari Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Anonimous, 2000) dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.

Gambar 3 Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002)

Diagram tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang terkait dengan pemasukan data adalah pendaratan ikan, pelaksana pelabuhan, dan perusahaan. Sedangkan sistem akan memberikan informasi pada lingkungan yang meliputi Direktorat Jenderal Perikanan, perusahaan, investor, peneliti, dan sebagainya. Adapun rincian dari pada sistem tersebut terdiri dari beberapa proses seperti terlihat pada Gambar 4.

Sering dikatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pengembangan komoditas perikanan belum optimal dilakukan. Optimal dalam arti menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Selain itu perlu diketahui bahwa keberhasilan pembangunan dan pengembangan perikanan tidak saja bergantung pada potensi sumberdaya yang ada, tetapi juga bergantung pada pelaku dan cara pengelolaan yang diterapkan dalam usaha

tersebut dalam memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan data dan informasi perikanan yang akurat dan dapat dipercaya. (Anonimous 2000).

Gambar 4 Proses pada sistem informasi pelabuhan.

Masalah yang sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan perihal data perikanan Indonesia adalah soal akurasi. Jika dicermati lebih dalam lagi maka situasi dan persoalan yang dihadapi yang berkaitan dengan data perikanan Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat permasalahan.

Pertama, format dan sistem pengumpulan data perikanan saat ini tampak

sangat kompleks dan tidak fokus. Situasi ini memerlukan biaya tinggi untuk mengoperasikan sistem tersebut. Akibatnya, dengan adanya keterbatasan dan realitas lainnya, timbul masalah dalam mempertahankan dukungan terhadap kelangsungan (sustainablity) pengumpulan data tersebut.

Kedua, variasi keragaman kedalaman data. Dari satu lokasi ke lokasi

lainnya terlihat adanya variasi keragaman kedalaman data. Hal ini akan menyulitkan proses akumulasi data yang akurat.

Ketiga, periode pembauran (up date) data. Sebagaimana diungkapkan

sebelumnya, format dan sistem pengumpulan data yang berjalan saat ini memerlukan biaya tinggi untuk mempertahankan ketersediaan dan akurasi data tersebut. Dengan demikian, pembauran (up date) data secara obyektif sulit dilakukan.

Keempat, basis atau platform teknologi yang digunakan tidak efisien dan

data yang diterima tidak transparan atau sulit diakses (close access). (Anonimous 2000).

Berdasarkan berbagai situasi dan pesoalan di atas, maka diperlukan sistem yang lebih sederhana, mudah diakses, relatif terbuka, ada mekanisme pertukaran data yang bisa memfasilitasi keragaman yang ada menjadi suatu sinergi, dan didukung oleh platform yang sesuai dengan tuntutan permasalahan saat ini dan akan datang (Anonimous 2000).

Penyempurnaan terhadap data dan informasi perikanan diperlukan dalam rangka mendorong kearah pengelolaan yang optimal, yakni dengan menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Masalah utamanya adalah bagaimana mengetahui atau memutuskan dengan tepat bahwa tingkat eksploitasi telah seimbang dengan upaya-upaya konservasi (Anonimous, 2000).

Sistem informasi perikanan tangkap, pada dasarnya adalah menghubungkan kegiatan perikanan tangkap dan kebutuhan pengumpulan dan penyajian data dari kegiatan tersebut (Anonimous 2000). Secara sederhana sistem perikanan tangkap dapat digambarkan pada diagram alur seperti tampak pada Gambar 5.

Gambar 5. Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous 2000)

Keterangan :

: Aliran material : Komponen penyusun OPI : Op. Penangkapan Ikan PSR : Pemasaran

FAS : Fasilitas Pelabuhan AP : Alat Penangkap Ikan

DIS : Distributor

JSA : Jasa Pelabuhan

SDI : Sumber Daya Ikan

DPI : Daerah Penangkapan Ikan KPI : Kapal Penangkap Ikan PRO : Produsen

PLB : Pelabuhan

IKN : Ikan

KON : Konsumen

LBG : Kelembagaan Perikanan

Pada diagram tersebut pelabuhan menempati posisi sentral dan merupakan basis industri perikanan tangkap. Selanjutnya, dalam konteks pengembangan sistem informasi perikanan, identifikasi kebutuhan data, baik jenis maupun frekuensi pengadaannya (sampling frequency) dapat dilakukan dengan melihat keseluruhan mata rantai kegiatan produksi perikanan laut yang bermula pada sarana produksi hingga pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian minimal ada 5 (lima) komponen yang menjadi informasi yang perlu diperhatikan, yakni :

(1) Daerah penangkapan ikan dan sumberdaya ikan.

Informasi ini berisi informasi mengenai lokasi dan waktu/musim penangkapan ikan, jenis dan jumlah dugaan ikan, jarak dari pelabuhan (fishing base) ke lokasi ini, dan sebagainya. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui informasi tentang kecenderungan (trend) sumberdaya ikan (SDI) yang dinamis dari waktu ke waktu.

(2) Unit penangkapan ikan.

Unit penangkapan ikan meliputi jenis kapal penangkap ikan, jenis alat tangkap, dan keperluan operasi seperti BBM, es, air tawar dan kebutuhan awak kapal.

(3) Pelabuhan perikanan,

Pelabuhan perikanan memberikan informasi tentang kapasitas dalam melayani keperluan operasi (produksi) dan menangani hasil produksi. Data yang dibutuhkan antara lain bagaimana letak pelabuhan ini terhadap sentra produksi dan konsumsi serta dengan jalur alternatif perdagangan seperti jalan dan bandara untuk distribusi ke lokasi-lokasi lain. Selain itu perlu diketahui jasa-jasa yang ditawarkan atau tersedia di pelabuhan tersebut.

(4) Pemasaran ikan,

yang penting diketahui dalam aspek pemasaran antara lain adalah siapa pembeli, berapa harganya, bagaimana cara pembayarannya, serta dimana dipasarkan. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui, minimal, kecenderungan (trend) harga dari waktu ke waktu.

(5) Kelembagaan,

menyangkut administrasi, aturan-aturan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi, baik itu pemerintah, swasta, perguruan tinggi atau pihak yang berwenang dalam menjamin kelancaran sistem yang ada. (Anonimous 2000).

Sasaran dibentuknya sistem informasi perikanan tangkap antara lain adalah tersedianya informasi bagi pengambilan kebijakan dan strategi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. (Anonimous 2000). Adanya kompleksitas serta banyaknya variabel-variabel atau parameter yang perlu diamati pada penelitian analisis kebijakan, maka data-data yang terkumpul akan sangat bervariasi dengan berbagai bentuk. Bidang ilmu yang terkaitpun juga mencakup berbagai aspek secara terintegrasi, seperti fisik, kimia, biologi, ekosistem/sumberdaya kelautan dan perikanan, iklim, sosial-ekonomi, sosial- budaya (Suratmo 2001). Bidang sosio-politik dan sosio-kultural lokal, merupakan ciri utama penelitian kebijakan. Dalam penelitian kebijakan akan terlintas dalam pemikiran bahwa penelitian ini merupakan aplikasi kerja penelitian untuk keperluan pembuatan kebijakan (Danim 2000). Hasil penelitian diharapkan nanti dapat diterapkan modelnya atau konsepnya atau rekomendasinya pada permasalahan lain yang sejenis (Suratmo 2001).

Bidang hukum, politik, juga menjadi kajian dari penelitian kebijakan ini. Demikian juga dalam evaluasi program untuk sinkronisasi, penelitian program/kegiatan yang sudah dijalankan adalah sangat penting. Sehingga sangat diperlukan peninjauan lapangan, untuk melihat kualitas pelaksanaan program. Oleh sebab itu aspek-aspek pengamatan untuk ilmu eksakta, seperti fisika, kimia, biologi juga sangat berperan. Bobot ilmiah proses dan hasil sebuah penelitian kebijakan akan sangat bergantung kepada kredibilitas ilmiah penelitiannya. Nilai penelitian kebijakan diukur bukan semata-mata dari bobot ilmiahnya, melainkan dinilai dari kemanfaatannya bagi khalayak yang makin dibelenggu masalah (Danim 2000).

Dokumen terkait