• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

2.4 Sistem Kekerabatan

2.2.5.1 Seni Musik

Seni musik dalam masyarakat batak toba dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu musik vokal (ende) dan musik instrumentalia (gondang).

Musik vokal (ende) tradisional pembagiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat dilihat dari liriknya. Ben Pasaribu (1986:27-28) membuat pembagian terhadap musik vokal tradisional batak toba dalam delapan bagian yaitu:

1. Ende mandideng adalah musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak

2. Ende sipaingot adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang akan menikah dinyanyikan pada saat senggang pada hari menjelang pernikahan tersebut. 3. Ende pargaulan adalah musik vokal yang secara umum merupakan “solo-chorus” dan

dinyanyikan oleh kaum muda mudi dalam waktu senggang biasanya malam hari. 4. Ende tumba adalah musik vokal yang khususnya dinyanyikan saat pengiring tarian

hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar. Biasanya ende tumba ini dilakukan oleh remaja di alaman (halaman kampung) pada malam terang bulan.

5. Ende sibaran adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut, yang menyanyi ditempat yang sepi.

6. Ende pasu-pasuan adalah musik vokal yang berkenan dengan pemberkatan berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari yang maha kuasa. Biasanya dinyanyikan oleh orang-orang tua kepada keturunannya.

7. Ende hata adalah musik vokal yang berupa lirik yang diimbuhi ritem yang disajikan secara monoton seperti metric speech. Liriknya berupa rangkain pantun dengan bentuk aabb yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dimainkan oleh kumpulan kanak-kanak yang dipinpin oleh seorang yang lebih dewasa atau orangtua. 8. Ende andung adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup seseorang yang

telah meninggal dunia yang disajikan pada saat atau setelah disemayamkan. Dalam ende andung melodinya datang secara spontan sehingga penyanyinya haruslah

penyanyi yang cepat tanggap dan trampil dalam sastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk jenis nyanyian ini.

Demikian juga yang musik vokal dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Ende namarhadohoan yaitu musik vocal yang dinyanyikan untuk acara-acara

namarhadohoan (resmi).

2. Ende siriakon yaitu musik vocal yang dinyanyikan oleh masyarakat batak toba dalam kegiatan sehari-hari

3. Ende sibaran yaitu musik vocal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita

Dari beberapa jenis musik vocal tersebut yang sering terdapat pada masyarakat toba adalah jenis ende andung dan ende sibaran, dimana saat terjadi peristiwa dukacita, maka akan ada beberapa pihak dari keluarga yang meninggal dunia tersebut yang mangandungi jenazah orang yang meninggal dunia tersebut sebelum dimakamkan.

Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk kata gondang yaitu satu jenis musik tradisi Batak toba, komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tersebut (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo) dan alat musik kendang. Ada 2 ansambel musik gondang yaitu gondang sabangunan yang biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah dan gondang hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah. Gondang sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup/obo), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune tersebut), gordang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.

Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jaw, India, Cina. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya peran melodis sama dengan sarune. Tangga nada gondang sabangunan disusun dalam cara yang sangat unik. Tangga nadanya dikunci dalam cara yang hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik, dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan ditempat lain di dunia ini. Seperti musik gamelan yang ditemukan di jawa dan bali. Sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi diantara kelompok dan daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.

Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama gondang disebut doal dan dalam konsepsinya mirip siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari jawa dan bali tetapi irama siklus doal lebih singkat. Sebahagian besar repertoar gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melody ambil peran taganing dalam ansambel gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).

Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen. Musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam ensambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan. Musik yang biasa dimainkan cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Musik batak sudah ada sejak zaman toba kuno dijaman dinasti tuan sorimangaraja berawal dari musik raja-raja. Bukan musik untuk raja tetapi musik yang dimankan oleh raja. Maknya mainnya boleh berdiri lain halnya dengan musik tradisi suku lain seperti afrika, india, jawa dan lain-lain. Yang merupakan musik rakyat sehingga kebanyakan bermusiknya sambil duduk. Musik batak awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta panen yang sukses kepada mula jadi nabolon kemudian berkembang menjadi musik ritual di pesta adat. Pemainnya dinamakan pargonsi (dibaca pargocci). Pargonsi mempunyai kedudukan yang sangat penting. Karena yang memainkannya raja. Musik batak untuk ritual ini adalah disebut gondang sabangunan yang terdiri dari lima ogung dan lima gondang serta sarune bolon lubang lima. Namun para rakyat juga ingin bermain musik maka berkembanglah musik batak ini dikalangan rakyat dengan format tanganing, garantung, hasapi, seruling dan sarune etek. Dengan alat-alat musik ini lah tercipta banya sekali lagu rakyat yang bernuansa pentatois (do re mi fa sol, kadang-kadang ada juga la) dan susunan nada liksnya sangat kas tidak didapati dimusik suku lain. Pada masyarakat batak toba terdapat dua ensambel musik tradisional, yaitu ensambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Selain itu ada juga instrumen musik tradisional yang digunakn secara tunggal.

Dokumen terkait