Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara) bila berada di bawah air. Beberapa spesies memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik. Ada beberapa tipe perakaran udara, yaitu: akar tunjang, akar napas, akar lutut dan akar papan (banir). Akar udara membantu fungsi pertukaran gas dan menyimpan udara untuk pernapasan selama penggenangan. Sistem perakaran mangrove berbagai jenis (Kusmana 2003) dapat dilihat pada Gambar 4.
Keterangan : Plank root (akar papan) pada Heritiera spp.
Chicken claw root (akar pasak/akar napas) pada Avicennia spp., Sonneratia spp., Xylocarpus spp.
Cane root (akar tunjang) pada Rhizophora spp. Knee root (akar lutut) pada Bruguiera spp.
Gambar 4 Sistem perakaran mangrove. 2. Buah/bibit
Semua spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti bentuk silinder, bulat dan berbentuk kacang.
Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Mangrove dan Dampaknya
Kusmana (1994) menyatakan ada tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu:
Pencemaran
Pencemaran yang terjadi baik di laut maupun di daratan dapat mencapai kawasan mangrove, karena habitat ini merupakan ekoton antara laut dan daratan. Pencemaran yang dimaksud adalah pencemaran minyak dan pencemaran logam berat. Pencemaran minyak di laut merupakan salah satu penyebab utama kerusakan pada ekosistem mangrove. Menurut Chanlet (1979), pencemaran minyak di laut berasal dari 8 sumber (diurutkan dari yang besar) yaitu kecelakaan tanker, fasilitas coastal, fall out atmosfir, aliran permukaan sungai dan pemukiman, operasi tanker, aktivitas transportasi, semburan alami dan produksi minyak lepas pantai.
Tumpahnya minyak ke laut merupakan kasus yang bagus untuk dipelajari dalam kaitannya dengan rusaknya ekosistem hutan mangrove. Minyak mentah
merupakan suatu campuran hidrokarbon (<90%) yang kompleks dengan 4-26 atau lebih atom karbon (Clark 1986) dan sisanya merupakan senyawa non hidrokarbon yang terdiri atas belerang, hidrogen dan oksigen. Walaupun minyak mentah sudah tumpah berkali-kali ke lautan dari kapal tanker atau dari sumur bor yang berada di lepas pantai, namun belum banyak ahli yang melakukan tindakan pengamanan. Proses penguraian minyak yang tumpah ke perairan (Kusmana 2003) dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Proses pencemaran minyak dalam lingkungan laut.
Minyak yang tumpah mula-mula mengambang kemudian menyebar di permukaan laut, selanjutnya akan terjadi emulsi antara minyak dan air laut. Reaksi fotooksidasi akan menyebabkan minyak mengalami penguapan dan penguraian yang puncaknya terjadi setelah 10-15 jam. Pada proses penguapan, gas beracun akan menguap ke atmosfir. Setelah 10 jam dalam laut, proses selanjutnya adalah emulsifikasi yang puncaknya setelah 500-600 jam. Penguraian microbial seluruh komponen minyak berlangsung secara simultan dengan kecepatan tertentu. Penguraian komponen minyak dengan berat jenis yang besar akan berlangsung lebih lambat karena kandungan oksigennya yang rendah. Pengendapan komponen minyak tersebut akan menutupi permukaan sistem perakaran mangrove (sedimen, kulit kayu, akar penyangga dan pnemautofor) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran CO2 dan O2 yang menyebabkan oksigen menurun dalam ruang akar dalam waktu dua hari (Clark 1986).
Konversi lahan mangrove
Kerusakan mangrove juga disebabkan oleh adanya konversi lahan mangrove yang disebabkan oleh peningkatan penduduk. Konversi lahan tersebut diantaranya untuk budidaya perikanan, pertanian, jalan raya, industri, serta jalur dan pembangkit listrik, produksi garam, perkotaan, pertambangan, dan penggalian pasir.
Penebangan (pemanenan hasil hutan) yang berlebihan
Pemanenan hasil hutan secara berlebihan juga menyebabkan terjadinya kerusakan mangrove yang menurunkan fungsi serta potensi produksi hutan mangrove. Kondisi lingkungan hutan mangrove di Indonesia sebagian besar
tidak lepas dari masalah sampah dan limbah. Setiap hari kita membuang segala macam bentuk sampah mulai dari bungkus permen karet, bungkus rokok, plastik, sabun, sampai rongsokan mobil bahkan kapal. Disamping itu, berton-ton sampah keluar dari kegiatan yang lebih luas, baik itu pertanian, industri, maupun pertambangan. Tanpa kita sadari bahwa setumpukan sampah tersebut dapat merusak bahkan mengancam kehidupan ekosistem hutan mangrove Indonesia.
Mangrove dan Minyak Bumi
Mangrove dapat berkembang pada tempat yang terdapat gelombang atau minimal terdapat gerakan air. Hal tersebut menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap dan berkumpul di dasar. Menurut Hardjosuwarno (1988), Rhizophora spp. lebih rentan terhadap minyak dibanding jenis Avicennia spp. dan Sonneratia spp. Karena kedua jenis itu mengandung pneumatophora yang berfungsi sebagai akar nafas.
Menurut hasil penelitian Siahaan (1988), dosis pencemaran minyak mentah sangat mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun, nisbah akar pucuk dan berat kering total anakan jenis R. mucronata dan A. marina. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pencemaran minyak mentah akan menurunkan pertumbuhan jumlah daun pada dosis 5.0 mg/l sebesar 29.9% dan 10.0 mg/l sebesar 37.7%. Pada nisbah akar pucuk terjadi penurunan pada dosis 5.0 mg/l sebesar 9.4 % dan 10.0 mg/l sebesar 26.0% dibandingkan dengan anakan kontrol.
METODE
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan mangrove jenis R. apiculata dan A. marina dengan umur 5 bulan yang diperoleh dari persemaian Muara Angke Jakarta, polybag ukuran 20 x 25 cm sebanyak 80 anakan dan minyak mentah diperoleh dari Pusat Penelitian Minyak Bumi dan Gas (Lemigas Jakarta).
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah caliper untuk mengukur diameter, penggaris/mistar untuk mengukur tinggi, handsprayer, oven, neraca analitik ohaus, selang, gelas ukur, pipet ukuran 5 ml, alat tulis dan peralatan dokumentasi.
Prosedur kerja Penyiapan media sapih
Media sapih yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran (20 cm x 25 cm) yang berisi media tanam berupa campuran tanh, kompos dan pasir dengan perbandingan 1:1:1.
Penyediaan anakan dan minyak mentah
Anakan diperoleh dari persemaian Muara Angke Jakarta dan minyak mentah yang digunakan berasal dari Pusat Penelitian Minyak Gas dan Bumi, Jakarta.
Pemindahan anakan
Anakan yang akan disapih ke dalam polybag terlebih dahulu dibersihkan dengan cara menyemprot dengan air menggunakan handsprayer. Setelah itu anakan disapih dan disusun di rumah kaca.
Pemberian minyak mentah
Minyak mentah diberikan pada saat anakan 2 minggu setelah penyapihan. Hal ini dimaksudkan agar anakan harus melakukan adaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan rumah kaca yang berbeda dengan lingkungan persemaian.
Pemeliharaan anakan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah meliputi kegiatan penyiraman dan pengendalian dari hama dan penyakit.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diukur dan diamati dalam penelitian ini adalah diameter, tinggi, jumlah daun, berat kering total, dan nisbah pucuk akar anakan R. apiculata dan anakan A. marina.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 2 faktor, yaitu faktor 1 anakan mangrove yang terdiri dari 2 taraf dan faktor 2 minyak mentah yang terdiri dari 4 taraf. Pada setiap tingkat perlakuan dipergunakan 10 kali ulangan. Faktor A: jenis anakan yang terdiri dari
2 taraf, yaitu :
Faktor B kandungan minyak mentah yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
A0: R. apiculata B0 : 0 mg/ l
A1: A. marina B1: 5 mg/l
B2:10 mg/l B3:15 mg/l
Dengan demikian, dalam penelitian ini terdapat 8 perlakuan yaitu : A0B0 : R. apiculata dan minyak mentah dosis 0 mg/l A0B1 : R. apiculata dan minyak mentah dosis 5 mg/l A0B2 : R. apiculata dan minyak mentah dosis 10 mg/l A0B3 : R. apiculata dan minyak mentah dosis 15 mg/l A1B0 : A.marina dan minyak mentah dosis 0 mg/l
A1B1 : A.marina marina dan minyak mentah dosis 5 mg/l A1B2 : A.marina marina dan minyak mentah dosis 10 mg/l A1B3 : A.marina marina dan minyak mentah dosis 15 mg/l Model umum rancangan percobaan ini adalah :
Yijk = µ+Ai+ Bj + (AB)ij+ Ƹijk
i: 1,2,3,4 j: 1,2
k: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 Keterangan :
Yijk : variabel respon karena pengaruh taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B, pada ulangan ke-k
µ : nilai rata-rata umum
Ai : pengaruh dari taraf ke-i faktor A Bj : pengaruh dari taraf ke-j faktor B
(AB)ij : pengaruh dari interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B Ƹijk : galat percobaan
Teknik Pengambilan Data
Data pertama adalah data yang diambil sebelum perlakuan atau tepat dimana anakan disapih ke dalam polybag yang terdiri dari pengukuran tinggi, diameter dan jumlah daun. Sebelum pengukuran, terlebih dahulu diberikan tanda untuk batas pengukuran diameter dan tinggi anakan, dalam penelitian ini batang anakan diberi tanda 5 cm di atas permukaan media. Kemudian pengambilan data selanjutnya akan dilakukan seminggu setelah penyapihan. Tehnik pengambilan datanya sebagai berikut:
Tinggi anakan
Pengukuran tinggi anakan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris dari pangkal yang telah ditandai hingga ke ujung bagian. Pada pengolahan data, data tinggi yang dipergunakan adalah tinggi akhir dikurangi tinggi awal.
Diameter
Pengukuran diameter dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi yaitu seminggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada
bagian batang yang telah ditandai. Pada pengolahan data, data diameter yang dipergunakan adalah diameter akhir dikurangi diameter awal.
Jumlah daun
Jumlah daun dihitung bersamaan dengan pengukuran diameter dan tinggi. Pada pengolahan data, jumlah daun yang digunakan adalah jumlah daun akhir dikurangi jumlah daun awal.
Berat kering total (BKT)
Minggu ke-12 merupakan periode pengukuran terakhir pada anakan. Setelah diukur, anakan dicabut, dibersihkan dan dilakukan pemisahan antara daun, batang dan akar. Setelah itu dilakukan pengovenan selama 24 jam pada suhu 105oC, lalu ditimbang menggunakan neraca analitik Ohaus.
Nisbah pucuk akar (NPA)
Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan berat kering bagian akar, yang diukur pada akhir pengamatan bersamaan dengan pengukuran berat kering total.
Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan software program Statistical Analysis System (SAS) dan analisis ragam ANOVA seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis ragam data pengamatan
Sumber keragaman
Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah
A (a-1) JKA JKA/(a-1)
B (b-1) JKB JKB/(b-1)
A*B (a-1) (b-1) JKAB JKAB/(a-1) (b-1)
Sisaan Ab(r-1) JKE JKE/ab(r-1)
Total Abr-1 JKT Faktor koreksi (C) :(�...)2 ��� JKt = Ʃ ƩƩ�ijk2–C KTp = JKp/JKb Fhit a = KTa/KTe Fhit b = KTb/KTe Fhit ab = KTab/KTe JKp = ƩƩ�2 ij/r –C JKb = Ʃ�2 j/ar –C JKe = JKp JKa = Ʃ��2 ../br-C JKab =
JKp-JKa-HASIL
Pengaruh minyak mentah terhadap pertumbuhan diameter anakan mangrove jenis R. apiculata dan A. marina
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan dosis minyak mentah terhadap pertumbuhan diameter batang anakan jenis R. apiculata dan A. marina disajikan pada Tabel 3 .
Tabel 3 Sidik ragam pertumbuhan diameter batang anakan R. apiculata dan A. marina
Source DF Type III SS
Mean Square
F
Value Pr > F Keterangan R-square
A 1 0.0015 0.0015 0.2300 0.6298 Tidak Signifikan 0.1909 B 3 0.0478 0.0159 2.5900 0.0597 Tidak Signifikan A*B 3 0.0555 0.0185 3.0000 0.0361 Signifikan Error 72 0.4440 0.0062 Total 79 0.5488
Keterangan: A= faktor jenis; B= faktor perlakuan dosis minyak mentah
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa interaksi faktor memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan pengaruh utama A maupun B tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh-pengaruh sederhana faktor dosis terhadap pertumbuhan diameter batang anakan pada kedua jenis dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:
1 Pengaruh sederhana faktor dosis (B) pada R. apiculata (A0)
perlakuan: A0B2 A0B0 A0B3 A0B1
Rata-rata: 0.096 0.13 0.13 0.15
Berdasarkan hasil analisis Duncan, dosis minyak mentah 10 mg/l secara signifikan menyebabkan menurunnya rata-rata laju pertumbuhan diameter batang anakan jenis R. apiculata.
2 Pengaruh sederhana faktor dosis (B) pada A. marina (A1)
perlakuan: A1B3 A1B0 A1B2 A1B1
Berdasarkan analisis Duncan, rata-rata laju pertumbuhan diameter batang anakan jenis A. marina pada dosis minyak mentah 5 mg/l dan 10 mg/l lebih tinggi daripada anakan yang diberi dosis minyak mentah 15 mg/l dan 0 mg/l (kontrol), sementara itu dosis minyak mentah 15 mg/l menyebabkan penurunan laju pertumbuhan rata-rata diameter sebesar 50% jika dibandingkan dengan kontrol.
Pengaruh minyak mentah terhadap pertumbuhan tinggi anakan mangrove jenis
R. apiculata dan A. marina
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan dosis minyak mentah terhadap pertumbuhan tinggi anakan jenis R. apiculata dan A. marina disajikan pada Tabel 4 . Tabel 4 Sidik ragam pertumbuhan tinggi anakan R. apiculata dan A. marina
Source DF Type III SS
Mean
Square F Value Pr > F Keterangan R-square A 1 25.8213 25.8213 62.3900 <.0001 Signifikan 0.6053 B 3 9.0413 3.0138 7.2800 0.0002 Signifikan A*B 3 10.8368 3.6123 8.7300 <.0001 Signifikan Error 72 29.8007 0.4139 Total 79 75.5001
Keterangan: A= faktor jenis; B= faktor perlakuan dosis minyak mentah
Dari Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh utama A maupun B dan juga interaksi kedua faktor adalah menunjukkan pengaruh yang nyata. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji lanjut untuk menguji pengaruh sederhana faktor dosis terhadap pertumbuhan tinggi pada kedua jenis anakan dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan’s yang diuraikan sebagai berikut:
1 Pengaruh sederhana faktor dosis (B) pada R. apiculata (A0) perlakuan: A0B0 A0B1 A0B2 A0B3
Rata-rata: 0.66 0.66 2.09 2.24
Berdasarkan hasil analisis Duncan, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan tinggi anakan R. apiculata yang diberi minyak mentah dengan dosis 10 mg/l dan 15 mg/l lebih tinggi dibandingkan dengan anakan yang diberi minyak mentah dengan dosis 5 mg/l dan 0 mg/l (kontrol).
2 Pengaruh sederhana faktor dosis (B) pada A. marina (A1) perlakuan: A1B3 A1B0 A1B2 A1B1
Hasil analisis Duncan memperlihatkan bahwa, tinggi anakan A. marina yang diberi minyak mentah dengan dosis 15 mg/l mengalami penurunan rata-rata laju pertumbuhan tinggi jika dibandingkan dengan anakan kontrol dan dosis lainnya yang diujikan.
Pengaruh minyak mentah terhadap pertumbuhan jumlah daun anakan mangrove jenis R. apiculata dan A. marina
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan dosis minyak mentah terhadap pertumbuhan jumlah daun anakan R. apiculata dan A. marina disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sidik ragam pertumbuhan jumlah daun anakan R. apiculata dan A. marina
Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F R-square F1 1 2247.2000 2247.2000 124.5900 <.0001 Signifikan 0.6742 F2 3 326.9500 108.9833 6.0400 0.0010 Signifikan F1*F2 3 113.2000 37.7333 2.0900 0.1088 Tidak Signifikan Error 72 1298.6000 18.0361 Total 79 3985.9500
Keterangan: A= faktor jenis; B= faktor perlakuan dosis minyak mentah
Berdasarkan Tabel 5, besarnya respon pertumbuhan jumlah daun berbeda baik untuk faktor jenis (R. apiculata dan A. marina) maupun dosis (B0, B1, B2 dan B3). Oleh karena itu, uji lanjut diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh utama faktor jenis (A) dan pengaruh utama faktor dosis minyak mentah (B) pada seperti pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata pertumbuhan jumlah daun anakan jenis R. apiculata dan A. marina pada setiap dosis perlakuan minyak mentah
B0 B1 B2 B3 rata-rata
A0 3.10 0.20 -2.00 -0.40 0.22
A1 12.9 13.8 9.80 6.80 10.82
Rata-rata 8.00 7.00 3.90 3.20 5.53
Keterangan: A0= jenis R. apiculata; A1= A. marina
B0= dosis 0 mg/l; B1= dosis 5 mg/l; B2= dosis 10 mg/l; B3= dosis 15 mg/l
Hasil uji lanjut pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa jenis anakan R.apiculata mengalami penurunan rata-rata jumlah daun mulai dari dosis B1 dan semakin menurun seiring dengan ditingkatkannya dosis minyak mentah yang diberikan, sedangkan jenis A. marina mengalami penurunan rata-rata jumlah daun mulai dari dosis B2.
Pengaruh minyak mentah terhadap nisbah pucuk akar anakan mangrove jenis
R. apiculata dan A. marina
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan dosis minyak mentah terhadap nilai nisbah pucuk akar anakan R. apiculata dan A.marina disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sidik ragam pertumbuhan NPA anakan R. apiculata dan A. marina
Source DF Type III SS
Mean
Square F Value Pr > F Keterangan R-square A 1 0.9396 0.9396 79.9800 <.0001 Signifikan 0.5923 B 3 0.2635 0.0878 7.4800 0.0002 Signifikan A*B 3 0.0258 0.0086 0.7300 0.5356 Tidak Signifikan Error 72 0.8459 0.0117 Total 79 2.0748
Keterangan: A= faktor jenis; B= faktor perlakuan dosis minyak mentah
Tabel 7 menunjukkan bahwa besarnya respon nisbah pucuk akar berbeda, baik untuk faktor jenis (R. apiculata dan A. marina) maupun dosis minyak mentah (B0, B1, B2 dan B3). Oleh karena itu, uji lanjut diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh utama faktor jenis (A) dan pengaruh utama faktor dosis minyak mentah (B) seperti pada Tabel 8.
Tabel 8 Rata-rata nilai nisbah pucuk akar anakan jenis R. apiculata dan A. marina pada setiap dosis perlakuan minyak mentah
B0 B1 B2 B3 rata-rata
A0 0.29 0.20 0.19 0.19 0.21
A1 0.56 0.42 0.38 0.37 0.43
Rata-rata 0.42 0.31 0.29 0.28 0.33
Keterangan: A0= jenis R. apiculata; A1= A. marina
B0= dosis 0 mg/l; B1= dosis 5 mg/l; B2= dosis 10 mg/l; B3= dosis 15 mg/l
Hasil uji lanjut pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa nilai NPA kedua jenis anakan mengalami penurunan mulai dari dosis B1 dan semakin menurun seiring dengan ditingkatkannya dosis minyak mentah yang diberikan (B1, B2 dan B3), hanya
saja nilai rata-rata NPA jenis A. marina lebih tinggi dibandingkan dengan R. apiculata.
Pengaruh minyak mentah terhadap berat kering total anakan mangrove jenis
R. apiculata dan A. marina
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan dosis minyak mentah terhadap berat kering total anakan R. apiculata dan A. marina disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Sidik ragam BKT anakan R. apiculata dan A. marina Source DF Type III
SS
Mean
Square F Value Pr > F R-sq uare
A 1 1261.3500 1261.3480 85.9200 <.0001 Signifikan 0.5882 B 3 187.2910 62.4303 4.2500 0.0080 Signifikan A*B 3 60.8779 20.2926 1.3800 0.2551 Tidak Signifikan Error 72 1057.0600 14.6814 Total 79 2566.5700
Keterangan: A= faktor jenis; B= faktor perlakuan dosis minyak mentah
Berdasarkan Tabel 9, besarnya respon BKT berbeda, baik untuk faktor jenis (R. apiculata dan A. marina) maupun dosis (B0, B1, B2 dan B3). Oleh karena itu, uji lanjut diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh utama faktor jenis (A) dan pengaruh utama faktor dosis minyak mentah (B) seperti pada Tabel 10.
Tabel 10 Rata-rata nilai berat kering total anakan jenis R. apiculata dan A. marina pada setiap dosis perlakuan minyak mentah
B0 B1 B2 B3 rata-rata
A0 15.90 11.40 11.2 9.40 11.97
A1 5.19 3.82 3.57 3.53 4.03
Rata-rata 10.55 7.61 7.39 6.46 8.00
Keterangan: A0 = jenis R. apiculata; A1= A. marina
B0 = dosis 0 mg/l; B1= dosis 5 mg/l; B2= dosis 10 mg/l; B3= dosis 15 mg/l
Hasil uji lanjut pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa kedua jenis anakan (A0 dan A1) mengalami penurunan nilai BKT mulai dari dosis B1 dan semakin menurun seiring dengan ditingkatkannya dosis minyak mentah yang diberikan (B2 dan B3), hanya saja nilai rata-rata BKT jenis R. apiculata lebih tinggi dibandingkan dengan jenis A. marina.
PEMBAHASAN
Pertumbuhan anakan R. apiculata dan A. marina memberikan respon yang berbeda antar dosis yang diujikan pada masing-masing variabel. Jenis R. apiculata mengalami penurunan rata-rata laju pertumbuhan diameter batang anakan pada dosis 10 mg/l sebesar 29.4% jika dibandingkan dengan anakan kontrol (0 mg/l). Dalam penelitian ini, dosis 15 mg/l memberikan pengaruh yang sama dengan kontrol dan dosis 5 mg/l, kemungkinan hal ini terjadi karena adanya faktor kesalahan alat dalam pengukuran dan juga kekurangtelitian peneliti. Pada jenis A. marina penurunan rata-rata laju pertumbuhan diameter terjadi pada dosis 15 mg/l, sedangkan pada dosis 10 mg/l dan 5 mg/l laju pertumbuhan terus meningkat dan rata-ratanya lebih tinggi dibandingkan dengan anakan kontrol (0 mg/l). Pertumbuhan diameter pada kedua jenis anakan ini mempengaruhi pertumbuhan tinggi anakan, seperti terlihat pada pertumbuhan R. apiculata yang tidak terpengaruhi oleh pemberian dosis minyak mentah. Kemungkinan hal ini disebabkan karena pertumbuhan R. apiculata lebih fokus pada pertumbuhan tinggi. Menurut Sukemi (2004), hal ini disebabkan karena jenis anakan R. apiculata yang digunakan dalam penelitian ini belum memiliki cabang, sementara jenis A. marina telah terdapat beberapa cabang yang menyebabkan pertumbuhan tinggi kurang maksimal karena unsur hara yang ditransfer oleh akar harus disebarkan ke seluruh cabang-cabangnya. Rata-rata laju pertumbuhan tinggi jenis A. marina telah mengalami penurunan sebesar 1.75% pada dosis minyak mentah 15 mg/l dibandingkan dengan anakan kontrol.
Keberadaan cabang pada kedua jenis anakan ternyata juga mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun, jenis anakan R. apiculata memiliki rata-rata jumlah daun 3 helai/ind, sedangkan anakan A. marina memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak dengan rata-rata 13 helai/ind. Kedua anakan mengalami penurunan rata-rata jumlah daun setelah diberi minyak mentah dengan dosis yang berbeda, R. apiculata mengalami penurunan laju pertumbuhan jumlah daun mulai dari dosis 5 mg/l, sedangkan pada dosis B2 dan B3 anakan ini mengalami peluruhan daun (kebotakan). Hal ini didukung oleh Chaw, Chin dan Ooi (1984) dalam Chaw and Chen (1984), yang menyatakan bahwa pada mangrove setelah dua bulan pemberian minyak mentah, minyak mentah telah memasuki jaringan akar dan daun sehingga menyebabkan terjadinya defoliasi. Selanjutnya Chaw and Chen (1984) juga menyatakan bahwa kematian mangrove lebih banyak disebabkan oleh deposit di daun daripada diabsorsi akar yang menyebabkan terjadinya peluruhan daun (Gambar 6).
Gambar 6 Anakan R. apiculata (kiri) dan A. marina (kanan) seminggu setelah
disiram minyak mentah.
Berbeda halnya dengan jenis A. marina, pada dosis 5 mg/l laju pertumbuhan jumlah daun masih terus meningkat (lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol) dan mulai mengalami penurunan rata-rata laju pertumbuhan jumlah daun pada dosis 10 mg/l. Pada A. marina tidak ditemukan adanya peluruhan daun seperti yang terjadi pada jenis anakan R. apiculata, meskipun dengan meningkatnya dosis minyak mentah penurunan rata-rata jumlah daun juga semakin meningkat. Rata-rata jumlah daun diakhir pengamatan menunjukkan perbedaan yang sangat drastis antara kedua anakan, jenis A. marina 97.8% lebih banyak dibandingkan dengan jenis R. apiculata.
Nilai NPA pada jenis A. marina memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis R. apiculata, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena rata-rata jumlah daun pada A. marina lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah daun pada jenis R. apiculata. Penurunan nilai NPA pada kedua jenis anakan ini terjadi pada dosis yang sama yaitu dosis 5 mg/l dan semakin menurun seiring dengan meningkatnya dosis minyak mentah yang diberikan. Menurut Sukemi (2004), penurunan nisbah pucuk akar dengan meningkatnya dosis minyak mentah disebabkan terakumulasinya minyak mentah di dalam jaringan akar anakan yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mangrove. Berbeda halnya dengan rata-rata nilai BKT, R. apiculata memiliki rata-rata nilai BKT yang lebih tinggi dibandingkan dengan anakan A. marina. Hal ini disebabkan karena diameter batang anakan R. apiculata lebih besar dibandingkan dengan A. marina dan juga laju pertumbuhan tinggi anakan pada R. apiculata lebih tinggi dibandingkan dengan A. marina serta daunnya yang lebih tebal menyebabkan biomassa rata-rata anakannya lebih tinggi. Penurunan nilai berat kering total dengan meningkatnya dosis minyak mentah disebabkan minyak mentah telah masuk ke dalam jaringan daun dan akar, sehingga penyerapan unsur hara dan proses fotosintesis menjadi terganggu. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Darus (1994) dalam Chaw et al. (1984), 60 hari setelah pemberian minyak pada mangrove maka klorofil daun akan mengalami kerusakan yang dapat mengganggu proses fotosintesis.