• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK GOTH, TOKOH YORU

2.5. Psikoanalisis Freud

2.5.2. Sistem Kepribadian

2.5.2.1. Id

Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam alam bawah sadar manusia

yang berisi insting-insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan sepertinya berupa energi buta. Id beropasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu

membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.

Id tidak mampu menilai atau membedakan yang benar atau yang salah, dan

tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasaan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.

2.5.2.2. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego

beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasaan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Ego memiliki dua tugas utama; pertama, memilih dorongan mana yang

akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya kecil.

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai

hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasaan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluriah organism disatu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan

naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya Ego harus benar-benar menjaga bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

2.5.2.3. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan

yang menyangkut baik buruk dan juga berisi kata hati seseorang. Kata hata ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.

Ada tiga fungsi Super Ego, yaitu:

(a) mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moral istik.

(b) merintangi implus Id terutama implus yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.

(c) mengejar individu mencapai kesempurnaan.

Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego merupakan

pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem kepribadian ini secara seimbang. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dn penyesalan didalam diri. Bila Ego gagal menjaga

keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus-menerus dan konflik ini akan menjadi dasar dari gangguan kejiwaan.

Sikap tertentu dari sikap observasi diri,koreksi atau kritik diri juga

bersumber dari Super Ego, Id, Ego ; dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Karena jumlah energi terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Apabila ternyata satu sistem merupakan energi lebih banyak dan oleh karenanya menjadi kuat. Maka sistem yang lain akan kekurangan energi dan menjadi lemah sampai energi baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.

Tidak semua dorongan primitif dapat dipenuhi sesuai dengan prinsip

kenyataan. Sebagian daripadanya harus tetap tidak dapat dipenuhi. Tetapi dorongan-dorongan yang tidak dipenuhi tidak menghilang begitu saja, melainkan menghendaki untuk dilaksanakan agar memenuhi perasaan senang. Untruk menjaga keseimbangan dalam kepribadian individu yang bersangkutan, maka dorongan-dorongan yang belum dilaksanakan ini disebut kanalisasi yang dilakukan melalui mekanisme-mekasnisme pertahanan tertentu.

2.5.3. Dinamika Kepribadian

Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh

psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis.

2.5.3.1. Naluri (Insting)

Menurut Freud dalam Sumadi (1995:103) didalam diri kita ini ada dua

macam insting-insting, yaitu insting-insting hidup dan insting-insting mati.

a. Insting-insting Hidup

Fungsi insting hidup adalah melayani maksud individu untuk tetap hidup

dan memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama dari insting hidup ini adalah insting makan, minum, dan seksual. Bentuk energi psikis yang dipakai oleh insting hidup ini disebut “libido”.

Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting

hidup, manusia dalam kenyataannya yang diutamakan adalah insting seksual

b. Insting-insting Mati

Insting-insting mati ini yang disebut juga insting-insting merusak

(deskruktif) fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah kenyataan yang tidak bisa diingkari bahwa semua manusia pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang

menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Suatu penjelasan daripada insting mati ini ialah dorongan agresif.

Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan pada dua

arah, yaitu kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan kepada diri sendiri terwujud dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendirinya.Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, yang ditujukan kepada orang lain.

Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu

dipergunakan oleh Id, Ego, dan Super Ego. Oleh karena banyaknya energi itu terbatas. Maka akan terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian itu didalam hal menggunakan energi psikis itu. Menjadi lebih kuatnya salah satu aspek karna mempergunakan banyak psikis, dengan sendirinya berarti menjadi lebih lemahnya aspek-aspek yang lain lagi.

Pada mulanya hanya ada Id yang memiliki semua energi psikis itu. Tetapi

karena dia sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dia lalu memberikan sebagian dari energinya kepada kedua aspek yang lain yang juga akan mempergunakannya untuk kepentingan organism itu sendiri, hanya cara dan bentuknya yang berbeda.

Mana diantara ketiga aspek itu yang paling banyak mempergunakan energi psikis itu juga berpengaruh terhadap bentuk tingkah laku yang dilakukan oleh manusia.

(a) Apabila Id menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka tindakan- tindakannya akan bersifat primitif, implusif dan agresif. Dia akan mengumbar dorongan-dorongan primitifnya.

(b) Apabila Ego yang menguasai sebagian besar dari energi psikis itu, maka pribadi akan bertindak dalam cara-cara yang realistis dan ragional-logis, pikiran ragional-logis memegang peranan penting.

(c) Apabila yang menguasai sebagian besar energi psikis itu Super Ego, maka orang akan mengejar hal-hal yang moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yag kadang-kadang kurang rasional.

2.5.3.2. Kecemasan

Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.

Kecemasan adalah variabel pentig dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan- ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.

yang utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kecemasan Realisric, yaitu merupakan kecemasan atau ketakutan individu

terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

2. Kecemasan Neurotic, yaitu merupakan kecemasan atas tidak terkontrolnya

naluri-naluri primitive oleh ego yang kemungkinan bisa mendangtangkan ego.

3. Kecemasan Moral, yaitu merupakan kecemasan yang timbul akibat

tekanan Super Ego tas Ego atas individu yang telah ataupun sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.

Dokumen terkait