• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KLASIFIKASI TANAH

Dalam dokumen Mekanika Tanah 1 Fakultas Program Studi (Halaman 57-62)

Klasifi kasi Tanah

3.2. SISTEM KLASIFIKASI TANAH

Ada tiga macam sistem klasifikasi tanah , yaitu:

1 .

Sistem klasifikasi berdasarkan persentase susunan butir tanah (Te x­ tural classification system). Seperti diketahui bahwa di alam ini tanah terdiri dari susunan butir-butir antara lain: Pasir, lumpur dan lempung yang persentasenya berlainan.

Klasifikasi tekstur ini dikembangkan oleh departemen Pertanian Amerika Serikat (U.S. Department of Agriculture) dan deskripsi batas­ batas susunan butir tanah di bawah sistem U . S . D.A. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk pekerjaaan jalan raya yang lebih dikenal dengan klasifikasi tanah berdasarkan persentase susunan butir tanah oleh U.S. Public Roads Administration.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar

3.1 .

30 40

% Lumpur (Silt)

silly loam

60 70

Contoh pemakaian:

-Suatu contoh tanah terdiri dari campuran butir-butir:

20%

pasir,

30%

lumpur dan

50%

lempung.

Termasuk jenis apa contoh tanah tersebut, jika diklasifikasikan dengan diagram tekstur?

Penyelelesaian:

Ambil titik-titik:

20

pasir,

30

lumpur dan

50

lempung.

Dari titik-titik tersebut termasuk tanah lempung (clay) lihat gambar

3.1 .

Jika susunan tanah terdiri dari:

20%

kerikil,

1 0

pasir,

30%

lumpur dan

40%

lempung, maka penyelesaiannya sebagai berikut: Pasir =

% pasir x1 00% 1 0

=

x1 00%

=

1 2,50%

1 00 - % Kerikil 1 00 - 20

% Lum pur 30

Lumpur =

1 00 - % Kerikil x1 00%

=

x1 00%

=

37,50%

1 00 - 20

% Lem pung 40

- Lempung =

x1 00%

=

x1 00%

=

50,00%

1 00 - % Kerik il 1 00 - 20

Dengan cara yang sama, maka akan dapat diketahui jenis tanahnya.

2.

Klasifikasi sistem kesatuan tanah (Unified soil classification system).

Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan tanah. Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan batas-batas Atterberg. Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil percobaan ini.

Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar,

< 50%

melalui ayakan No.

200

dan tanah-tanah berbutir halus

> 50%

melalui ayakan

No.

200.

Tanah-tanah berbutir halus kemudian diklasifikasikan atas dasar plasti­ sitasnya dan kadar persenyawaan organiknya. Dalam hal ini ukuran butir bukan merupakan dasar yang menentukan pembagiannya. Sistem ini yang pada awalnya dikembangkan untuk pembangunan la­ pangan terbang, diuraikan oleh Casagrande

(1 948).

la telah dipakai sejak tahun

1 942,

tetapi diubah sedikit pada tahun

1 952

agar dapat terpakai pada konstruksi bendungan dan konstruksi-konstruksi lainnya. Huruf-huruf yang dipakai untuk tanah-tanah berbutir halus adalah sebagai berikut:

"' Cll (/) t5 <1l a: (/) <1l (ii ea Huruf pertama: 0 = Organik (organic) C = Lempung (clay) M = Lumpur/lanau (mud/silt) Huruf kedua:

H = Bats cair tinggi

(Hight liquid limit)

L = Batas cair rendah

(Low liquid limit)

Dengan mengkombinasikan huruf pertama dan kedua, maka enam kelompok yaitu: OH, OL, CH, CL, MH dan ML. Klasifikasi ke dalam golongan lanau dan lempung dilakukan dengan menggunakan Dia­ gram plastisitas (Plasticity chart) seperti terlihat pada Gb.

3.2.

Dia­ gram ini merupakan grafik hubungan antara PI. dan L.L. Dalam hal ini digambarkan sebuah garis diagonal yang disebut garis A dan satu garis tegak lurus yang ditarik pada batas cair =

50%.

100 80 60 40 20 CL-ML CL ML dan OL CH MH dan OH 20 40 60 80 1 00 120 1 40 1 60 1 80 200

Batas Cair (Liquid limit) Huruf pertama

M = lanau (silt) C = lempung (clay)

0 = organik

Hurufkedua

L = batas cai rrendah (low LL)

H = batas cair tinggi (high LL)

Garis A adalah batas empiris antara lempung inorganik yang khas (CL dan CH) dengan lanau inorganik yang khas (ML dan MH) atau tanah organik (OL dan OH).

Garis tegak lurus pada batas cair

50

itu memisahkan lanau dan lempung yang batas cairnya tinggi (H). Di bagian bawah diagram , di bawah batas cair kira-kira

29

dan antara nilai

P.l.

sebesar 4 dan 7, sifat-sifat tanah menunjukkan gejala saling berhimpitan dan karena itulah garis A di daerah ini menjadi suatu daerah. Klasifikasi dualistis CL - ML dipakai untuk tanah-tanah yang berbeda di dalam daerah ini.

Tanah-tanah berbutir kasar dibagi menjadi pasir dan kerikil dan kemu­ dian dibagi lagi menjadi: yang mengandung bahan halus dalam jumlah yang ada artinya dan yang bebas dari bahan-bahan halus.

Yang mengandung bahan-bahan halus kemudian diklasifikasikan me­ nurut diagram plastisitas (menjadi golongan yang bersifat kelanauan atau bersifat kelempungan) dan yang bebas dari bahan-bahan halus menurut grafik lengkungan-gradasi dengan mempergunakan koefisien­ koefisien derajat keseragaman dan koefisien-koefisien lengkungan. Huruf-huruf yang dipakai adalah:

Huruf pertama: G

=

kerikil (Gravel) S

=

pasir (Sand) M

=

lanau (Mud) C = lempung (Clay) 0

=

organik (Organic) Huruf kedua:

W =

bergradasi baik (Well graded)

P

=

bergradasi buruk (Poor graded)

W

& P dari lengkung gradasi

M = Kelanauan (Muddy)

C = kelempungan (Clayey)

dari diagram plastisitas L = batas cair rendah (Low LL)

H

=

batas cair tinggi (High LL)

Persamaan garis A : PI

= 0,

73 (LL -

20)

Batas cair rendah (L), jika: LL <

50%

Batas cair tinggi (H), jika: LL >

50%

3. Klasifikasi sistem AASHTO (AASHTO classification system).

Klasifikasi tanah sistem ini dikembangkan pada tahun

1 929

oleh Pu­ blic Road Administration Classification System. Dengan beberapa kali perubahan, sekarang telah digunakan dan dianjurkan oleh Committee

on Classification of Materials for Subgrade and granular type Roads of the Highway Research Board pada tahun 1 945. (ASTM menggunakan kode D-3282 dan AASHTO dengan metoda M 1 45).

Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel 3. 1 . Dalam sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar yaitu:

A-1 sampai dengan A-7.

Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1 , A-2 dan A-3 adalah tanah-tanah berbutir kasar di mana 35% atau kurang butir-butir tersebut melalui ayakan No. 200.

Tanah-tanah di mana 35% atau lebih yang melalui ayakan No. 200 diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-tanah ini adalah lumpur dan lempung.

Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Ukuran butir: Kerikil Pasir Lumpur dan lempung b. Plastisitas:

Butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal di atas ayakan No. 1 0 dengan lubang 2 mm.

Butiran melalui ayakan No. 1 0 (2 mm) dan ter­ tinggal di atas ayakan No. 200 dengan lubang 0,074 mm.

Butiran melalui ayakan No. 200

Disebut lumpur, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas

=

1 0 atau kurang.

Disebut lempung, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas

=

1 1 atau lebih.

c. Batu (bouldrs) yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak digo-longkan dalam klasifikasi ini.

Gambar 3.3. menunjukkan gambaran daerah yang berhubungan de­ ngan batas cair dengan indeks plastisitas tanah yang termasuk dalam kelompok-kelompok: A-2, A-4, A-5, A-6 dan A-7.

70

60

50

(/) .;g "Ui

40

:;:::; "Ui et! 0.. (/) .:.: Q)

30

-o E:

A-2-6 A-6

20 A-2-7 A-7-5

10 A-2-4 A-4 A-2-5 A-5

0 0 10 20

30

40 50 60 70 80 90 100

Batas cair

Gb. 3.3. Daerah batas cair dan indeks plastisitas tanah-tanah kelompok A-2,

A-4, A-5, A-6

&

A-7.

Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat

Dalam dokumen Mekanika Tanah 1 Fakultas Program Studi (Halaman 57-62)

Dokumen terkait