BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Pengangkutan Sampah
2.2.2. Sistem Kontainer Tetap ( Stationary Container System =
Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau truk biasa. Sistem kontainer tetap merupakan sistem pengangkutan sampah dimana kontainer yang digunakan sebagai wadah sampah bersifat permanen, yaitu tidak berpindah lokasi kecuali di saat unloading.
Sistem Kontainer Tetap secara manual
Pola pengangkutan sampah dengan Sistem Kontainer Tetap secara manual, yaitu:
h = haul time constant, jam/trip
a,b = konstanta, bersifat empiris, a ( jam/trip) dan b ( jam/km ) x = jarak rata – rata lokasi kontainer/TPS ke TPA, km/trip
THCS = PHCS + s + a + bx . . .
PHCS = pc + uc + dbc . . . . . . . (2.4) dimana :
pc = waktu mengambil kontainer penuh, jam/trip uc = waktu meletakkan kontainer kosong, jam/trip dbc = waktu antara lokasi kontainer, jam/trip
Jumlah trip per hari :
Nd = { H ( 1 – W ) – ( t1 + t2 ) } / THCS . . . .. . . .. . . . . . . (2.5) dimana :
Nd = Jumlah trip ( trip/hari ) H = Waktu kerja per hari ( jam ) W = Faktor waktu nonproduktif
t1 = Waktu dari pool ke lokasi pertama ( jam ) t2 = Waktu dari lokasi terakhir ke pool ( jam )
15 TPS 1
(Bak/Kontain (Bak/KontainTPS 2 (Bak/KontainTPS 3 (Bak/KontainTPS 4
TPA
- Kendaraan pengangkut sampah yang berasal dari poll menuju ke TPS pertama, kemudian sampah dimuat ke dalam truk kompaktor atau truk biasa.
- Selanjutnya kendaraan pengangkut sampah menuju ke TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju ke TPA.
- Demikian seterusnya sampai pada ritasi yang terakhir.
Sistem Kontainer Tetap secara manual dapat dilihat pada gambar 2.6.
Waktu dan jumlah ritasi yang dapat dilakukan oleh kendaraan pengangkut sampah per hari pada Sistem Kontainer Tetap (Stationary Container System) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Tchobanoglous et al., 1993) :
Gambar 2.6. Sistem kontainer tetap secara manual (Direktorat PPLP, 2012)
Waktu pengangkutan per trip dapat dihitung dengan persamaan :
Tscs = Pscs + s + a + b x . . . .. . . . . . (2.6) dimana :
Pscs = Waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi pertama sampai lokasi terakhir (jam/trip)
S = Waktu terpakai dilokasi untuk menunggu dan membongkar sampah di TPA
a,b = Konstanta, bersifat empiris, a (jam/trip) dan b (jam/trip) x = Jarak rata-rata TPA ke TPS, km/trip
16
Kegiatan pengangkutan sampah akan sangat terkait dengan jarak serta metode pengangkutan sampah yang diterapkan. Agar biaya yang dikeluarkan menjadi lebih ekonomis serta penggunaan peralatan menjadi lebih efektif dan efisien, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Dengan :
Pscs = Ct.uc + (np – 1 ) dbc . . . .. . . (2.7) dimana :
Ct = jumlah kontainer dikosongkan per trip, kontainer/trip
Uc = waktu rata-rata mengosongkan kontainer, jam/kontainer np = jumlah lokasi kintainer per trip
dbc = waktu rata-rata antar lokasi kontainer, jam/lokasi dengan :
Ct = v r / cf . . . (2.8) dimana : e alat angkut, m3/trip
r = Ratio pemadatan
c = Volume kontainer, m3/kontainer
f = Faktor penggunaan berat kontainer Jumlah trip per hari dapat dihitung dengan rumus : Nd = Vd / v
V = Volum r . . . (2.9) dimana :
Nd = Jumlah trip per hari Vd = Jumlah sampah per hari
Dari jumlah trip per hari, maka waktu sebenarnya yang dibutuhkan : H = [ (t1 + t2) + Nd. Tscs] / (1 – W) . . . (2.10) dimana :
H = Waktu kerja per hari, jam/hari
t1 = Waktu dari garasi ke lokasi pertama, jam t2 = Waktu dari lokasi terakhir ke garasi, jam
17
Menggunakan kendaraan pengangkut sampah yang hemat energi.
Pemilihan rute yang harus dibuat sependek mungkin dan paling sedikit hambatannya.
Menggunakan kendaraan pengangkut sampah jenis truk yang berkapasitas atau daya angkut semaksimal mungkin.
Jumlah ritasi pengangkutan sampah sebanyak mungkin dalam waktu kerja yang diijinkan.
Selain hal-hal yang telah dikemukakan di atas yang juga perlu untuk diperhatikan dalam kegiatan pengangkutan sampah adalah dapat ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat. Pemilihan rute harus diupayakan agar tidak mengganggu estetika dan kesehatan masyarakat terutama pada daerah-daerah yang memiliki aksesibilitas yang rendah (Alagoz dan Kocasoy,2008).
Demikian halnya dengan peralatan pengangkutan sampah yang akan digunakan untuk mengangkut sampah sangatlah berpengaruh terhadap efisiensi pengangkutan sampah. Pengangkutan dengan menggunakan pola manual membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan container. Waktu mengangkat sampah maupun membongkar sampah yang menggunakan waktu lebih panjang sehingga dapat mengurangi efisiensi dan produktifitas dari kendaraan pengangkut sampah.
Penentuan rute pengangkutan seyogayanya dibuat agar para pekerja maupun peralatan yang digunakan dapat berjalan dengan efektif. Dalam penentuan rute pengangkutan sampah sangat dipengaruhi oleh kondisi lalu lintas, kondisi jalan, jenis jalan, kondisi cuaca, kondisi topografi, dan peralatan pengangkutan. Sehingga rute pengangkutan sampah yang dibuat harus mempertimbangkan kondisi dari daerah setempat maupun kelas jalan yang akan dilalui kendaraan pengangkut sampah karena hal tersebut akan mempengaruhi tingginya konsumsi akan bahan bakar dari kendaraan pengangkut sampah (Ericson et al., 2006).
18
2.2.3 Faktor-faktor penting yang mempengaruhi sistem pengangkutan sampah
Sistem pengangkutan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor selain timbulan sampah itu sendiri (Tchobanoglous et al., 1993). Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi sistem pengangkutan sampah :
Rute Pengangkutan Sampah
Rute pengangkutan sampah dibuat dengan menggunakan metode trial dan error, disebabkan karena tidak ada aturan baku untuk membuat rute, hanya berupa pedoman pembuatan rute pengangkutan sampah, yaitu :
Kondisi sitem yang ada, misalnya jumlah pekerja dan jenis kendaraan. Kebijakan dan aturan terkait pengangkutan dan frekuensi pengangkutan Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir dekat jalan utama,
menggunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute. Rute dibuat sedemikian hingga TPS/container terletak sedekat mungkin
dengan TPA
Sampah yang terletak di lokasi dengan arus lalu lintas yang padat, diangkut sepagi mungkin untuk menghindari kemacetan.
Pada dearah berbukit, rute dimulai dari bagian yang lebih tinggi ke arah yang lebih rendah.
Sampah yang tersebar pada beberapa TD/TPS yang jumlahnya sedikit diupayakan diangkut dengan satu trip dihari yang sama.
Sumber sampah terbanyak harus dilayani lebih dahulu. Faktor Hambatan
Faktor Hambatan / W (factor off route) merupakan waktu yang dihabiskan selama proses pengangkutan yang terbuang atau non produktif, misalnya waktu untuk menyiapkan kendaraan, waktu untuk mengisi bahan bakar, serta waktu perbaikan kendaraan dan sebagainya.
Karakteristik Jalan
Sistem jaringan jalan di daerah perkotaan pada umumnya, yaitu : Sistem jalan arteri (jalan utama)
19 Sistem jalan kolektor (jalan raya) Sistem jalan lingkungan
Kecepatan Pengendara Kendaraan Pengangkut
Kecepatan kendaraan pengangkut sampah juga sangat mempengaruhi waktu pengangkutan sampah, yaitu pick up time, haul time, dan at site time