• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Sistem Manajemen Rantai Pasok Pertanian

Menurut Van der Vorst dalam Setiawan (2009), rantai pasok lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasok menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasok. Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Marimin dan Maghfiroh (2010), bahwa manajemen rantai pasok SCM produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Oleh karena itu, dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan.

Konsep rantai pasok (supply chain) merupakan konsep baru dalam menerapkan sistem logistik yang terintegrasi. Konsep tersebut merupakan mata

rantai penyediaan barang dari bahan baku sampai barang jadi (Indrajit dan Djokopranoto, 2002). Jadi, sistem manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan. Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena (1) produk pertanian bersifat mudah rusak; (2) proses penanaman, pertumbuhan pemanenan tergantung pada iklim dan musim; (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi; (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditanggani (Brown, 1994). Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai pasok pada umumnya.

DOMINATION FLOW OF PRODUCT AND SERVICES

DOMINANTION FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION

Gambar 4. Pola aliran material dalam SCM (Marimin dan Maghfiroh, 2010)

Berdasarkan konsep supply chain terdapat tiga (3) tahapan dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical distribution.

MANUFACTUR DISTRIBUTION SYSTEM Physical Supply Manufacturing Planning and Control Physical Distribution S U P P L I E R C U S T O M E R

Aliran material tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 (Arnold dan Chapman, 2004).

Pola aliran material pada Gambar 4 menunjukkan bahwa bahan mentah didistribusikan kepada supplier dan manufacture yang melakukan pengolahan, sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kepada customer melalui distributor. Aliran produk terjadi mulai dari supplier hingga ke konsumen, sedangkan arus balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Permintaan dari customer diterjemahkan oleh distributor dan distributor menyampaikan pada manufacture, selanjutnya manufacture menyalurkan informasi tersebut pada supplier.

2.5.2 Struktur Rantai Pasok

SCM merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya, serta memuaskan pelanggan. SCM bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi, dan distribusi sampai investori bahan baku, bahan dalam proses, serta barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam SCM, yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer), pendistribusi (distributor), pengecer (retailer) dan pelanggan (customer) (David et al. dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), hubungan organisasi dalam rantai pasok adalah :

a. Rantai 1 adalah Supplier merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai.

b. Rantai 1-2 adalah SupplierManufacturer. Manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, merangkai, mengonversikan, ataupun menyelesaikan barang.

c. Rantai 1-2-3 adalah SupplierManufacturerDistributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan.

d. Rantai 1-2-3-4 adalah SupplierManufacturerDistributorRetail. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri, atau menyewa dari pabrik lain.

e. Rantai1-2-3-4-5 adalah

SupplierManufacturerDistributorRetailPelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan, atau pembeli.

2.5.3 Mekanisme Rantai Pasok

Mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Mekanisme ini dapat bersifat tradisional ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya langsung ke pasar atau lewat tengkulak dan tengkulak yang akan menjualnya ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Sedangkan mekanisme rantai pasok modern terbentuk oleh beberapa hal, antara lain mengatasi kelemahan karakteristik dari produk pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi ekonomi dan sosial, meningkatkan permintaan kebutuhan pelanggan akan produk mutu, dan memperluas pangsa pasar yang ada (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Menurut Jaffee et al (2008) rantai pasok pertanian modern adalah jaringan yang biasanya mendukung tiga (3) aliran utama yaitu (1) arus produk fisik, yang merupakan gerakan produk fisik dari pemasok input ke produsen untuk pembeli kepada konsumen akhir; (2) arus keuangan, berupa syarat-syarat kredit dan pinjaman, jadwal pembayaran dan pelunasan, tabungan, serta pengaturan asuransi; (3) arus informasi, berupa koordinasi produk fisik dan arus keuangan.

2.5.4 Kelembagaan Rantai Pasok

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Bentuk-bentuk kelembagaan rantai pasok mengalami keragaman dengan keberadaan pasar tradisional dan modern seperti mini market, supermarket, hypermarket, dan departemen store dan keberadaan konsumen institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit dan keberadaan industri pengolahan.

Pola kelembagaan kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian, atau

kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Secara umum, pola kemitraan rantai pasok pertanian yang dilakukan petani, antara lain kemitraan petani dengan Koperasi Unit Desa (KUD), atau asosiasi tani dan petani dengan manufaktur, atau pengolah.

Keberhasilan kelembagaan rantai pasok pertanian tergantung bagaimana pelaku menerapkan kunci sukses. Kunci sukses tersebut adalah (Marimin dan Maghfiroh, 2010) :

a. Trust Building

Kepercayaan diantara anggota rantai pasokan mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran transaksi penjualan, distribusi produk dan distribusi informasi pasar.

b. Koordinasi dan Kerjasama

Hal ini dilakukan guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan mulai dari produsen hingga retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.

c. Kemudahan Akses Pembiayaan

Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif yang tidak rumit akan memudahkan anggota dalam rantai pasokan mengembangkan usahanya.

d. Dukungan Pemerintah

Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator sangat penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai pasokan yang mapan.

Dokumen terkait